Leadership: Pengertian, Jenis, Gaya, dan Cara Mengasahnya

pengertian leadership banner

Kemampuan leadership adalah hal yang harus dimiliki oleh seorang eksekutif, manajer, dan orang lain dalam posisi otoritas dan sering mengandalkan model atau kerangka kerja untuk memandu proses pengambilan keputusan mereka.

Dengan miliki sifat leadership yang baik, Anda dapat mencapai pertumbuhan bisnis yang lebih baik serta dapat berperan penting bagi orang-orang di sekitar Anda.

Seorang pemimpin yang baik mampu menginspirasi, memotivasi, dan menciptakan lingkungan kerja yang positif di mana setiap anggota tim merasa dihargai dan didukung.

Dengan pendekatan yang tepat, seorang pemimpin dapat membangun kepercayaan, meningkatkan kinerja tim, serta mendorong inovasi dalam bisnis atau organisasi.

Leadership pun bukan hanya tentang memimpin tim, tetapi juga tentang kemampuan untuk beradaptasi, berpikir strategis, dan mengambil keputusan yang tepat dalam berbagai situasi.

Pada artikel kali ini kami akan membahas apa itu leadership, mengapa leadership adalah hal penting, jenisnya, dan cara mengasah kemampuan leadership untuk kesuksesan karir Anda.

Daftar isi show

Apa itu Leadership?

leadership adalah 1

Leadership atau kepemimpinan adalah keterampilan yang melibatkan seseorang membimbing orang lain untuk mencapai tujuan sasaran dan mendorong orang-orang dalam tim untuk bertindak sebagai kelompok yang bersatu dalam upaya mereka.

Ide leadership adalah bahwa memiliki satu orang yang mengoordinasikan kegiatan orang lain dalam suatu kelompok akan memungkinkan kelompok itu menjadi lebih sukses dan berdaya.

Tentu saja, tidak semua proses kepemimpinan berdampak sama, sehingga beberapa konsep kepemimpinan dapat menghasilkan hasil yang lebih baik daripada yang lain.

Kepemimpinan yang baik melibatkan tidak hanya memiliki pemimpin yang ditunjuk tetapi memastikan bahwa pemimpin dapat beradaptasi dengan kebutuhan tim mereka dan memberikan bentuk motivasi yang benar untuk setiap situasi.

Sama seperti pemimpin yang baik dapat menggalang tim untuk melampaui tujuan pencapaian, pemimpin yang buruk dapat menggagalkan kelompok yang sudah sukses dan menyebabkan perselisihan dalam suatu organisasi.

Baca juga: Pahami Prinsip dan Keuntungan Menerapkan Servant Leadership di Tempat Kerja

Bagaimana Pentingnya Leadership di dalam Organisasi?

leadership adalah 2

Leadership merupakan kemampuan yang dibutuhkan oleh setiap pemimpin untuk mengelola organisasi.

Dengan skill ini, berikut sejumlah manfaat yang akan Anda peroleh:

1. Meningkatkan Komunikasi

Salah satu tugas utama pemimpin adalah memastikan komunikasi dalam tim berjalan dengan baik.

Komunikasi yang jelas dan terbuka sangat penting agar tim bisa bekerja secara efektif.

Pemimpin yang baik akan selalu membuka ruang diskusi, menciptakan lingkungan kerja yang nyaman, dan mendorong karyawan untuk menyampaikan ide serta pendapat mereka.

Dengan begitu, kesalahpahaman bisa diminimalisir, dan ide-ide baru lebih mudah berkembang.

2. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Lebih Baik

Pemimpin berperan besar dalam membangun suasana kerja yang positif.

Pemimpin yang baik menciptakan lingkungan yang penuh rasa saling percaya dan menghargai, sehingga karyawan merasa nyaman bekerja sama.

Hal ini juga meningkatkan semangat kerja dan memperkuat hubungan antar rekan kerja.

Saat karyawan merasa dihargai dan terlibat dalam tim, mereka akan lebih termotivasi untuk memberikan yang terbaik.

3. Meningkatkan Produktivitas

Kepemimpinan yang baik dapat meningkatkan produktivitas tim. Karyawan yang merasa antusias dan dihargai cenderung lebih bersemangat dalam bekerja.

Sebaliknya, kepemimpinan yang buruk bisa membuat karyawan kehilangan semangat dan menjadi kurang produktif.

Pemimpin yang efektif mampu membangun tim yang lebih efisien, produktif, dan sukses.

Baca Juga: Achievement-Oriented Leadership: Karakteristik dan Tipsnya

4. Meningkatkan Efisiensi

Pemimpin yang baik tahu bagaimana mengoptimalkan potensi timnya.

Dengan memberikan arahan yang jelas dan mendistribusikan tugas sesuai dengan keahlian masing-masing, pemimpin bisa memastikan bahwa semua anggota tim bekerja dengan efektif.

5. Mengurangi Kesalahan

Kesalahan dalam pekerjaan bisa berdampak besar, terutama dalam lingkungan kerja yang penuh tekanan.

Pemimpin yang kompeten mampu mengidentifikasi masalah lebih awal dan segera mencari solusinya.

Dengan adanya kepemimpinan yang baik, kesalahan dapat diminimalkan, dan tim bisa bekerja dengan lebih lancar.

6. Memotivasi Karyawan

Setiap karyawan memiliki cara yang berbeda dalam menerima motivasi.

Pemimpin yang baik memahami hal ini dan berusaha mengenal timnya secara lebih mendalam.

Dengan pendekatan yang tepat, pemimpin dapat meningkatkan semangat kerja karyawan, sehingga mereka lebih termotivasi untuk memberikan kontribusi terbaiknya.

Baca Juga: Task Oriented Leadership: Pengertian, Manfaat, dan Strateginya

7. Menjadi Teladan yang Baik

Pemimpin yang efektif bukan hanya memberikan arahan, tetapi juga menjadi contoh bagi timnya.

Karyawan lebih cenderung mengikuti pemimpin yang mereka anggap sebagai panutan.

Dengan menunjukkan sikap profesional, kerja keras, dan dedikasi, pemimpin dapat menginspirasi tim untuk melakukan hal yang sama.

8. Menginspirasi Kerja Keras

Pemimpin yang hebat bisa membangun rasa tujuan dalam timnya.

Ketika karyawan merasa bahwa pekerjaan mereka memiliki makna dan berdampak besar, mereka akan lebih bersemangat untuk bekerja keras.

Pemimpin yang efektif mampu mengarahkan semangat ini agar menghasilkan kinerja yang lebih baik.

9. Menentukan Arah dan Visi yang Jelas

Pemimpin yang sukses selalu memiliki visi yang jelas untuk masa depan.

Mereka tahu bagaimana menetapkan tujuan dan menyusun strategi agar tim bisa mencapainya.

Dengan adanya visi yang jelas, tim bisa bekerja lebih fokus dan terarah, sehingga lebih mudah mencapai kesuksesan jangka panjang.

10. Menjaga Fokus dan Konsistensi Karyawan

Setelah visi perusahaan ditetapkan, pemimpin berperan dalam memastikan bahwa tim tetap fokus untuk mencapainya.

Hal ini mencakup komunikasi yang jelas mengenai perkembangan perusahaan, serta memberikan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan agar tim bisa terus bergerak maju.

Baca Juga: 4 Gaya Pengambilan Keputusan, Contoh, dan Tipsnya

Apa Hubungan antara Leadership dan Manajemen?

leadership adalah 3

Leadership dan manajemen merupakan dua hal yang saling berkaitan, tetapi memiliki fokus yang berbeda dalam sebuah organisasi.

Manajemen berperan dalam mengatur sistem, mengontrol operasional, dan memastikan semua berjalan sesuai rencana melalui perencanaan, penganggaran, serta prosedur yang telah ditetapkan.

Sementara itu, kepemimpinan berfokus pada menciptakan visi, menginspirasi, serta mendorong perubahan dan inovasi.

Organisasi sendiri membutuhkan keduanya: kepemimpinan menentukan arah dan visi, sedangkan manajemen menjalankan serta mengimplementasikannya.

Kedua peran ini juga tidak selalu bisa dipisahkan karena manajer yang sukses juga perlu memiliki keterampilan kepemimpinan.

Seseorang bisa menjadi manajer tanpa harus menjadi pemimpin, tetapi pemimpin yang efektif sering kali juga memiliki keterampilan manajerial.

Kepemimpinan tidak hanya ada di posisi tertinggi, tetapi juga bisa muncul dari berbagai peran dalam organisasi, seperti tenaga medis, pendidik, atau profesional lainnya.

Dengan kata lain, leadership dan manajemen saling melengkapi dalam menciptakan organisasi yang stabil sekaligus adaptif terhadap perubahan.

Baca Juga: Manajemen Perkantoran: Jenis, Fungsi, Peran, dan Tipsnya

Apa Saja Teori Kepemimpinan yang Perlu Diketahui?

leadership adalah 4

Ada berbagai teori yang menjelaskan bagaimana seorang pemimpin bisa efektif dalam berbagai situasi.

Beberapa teori menekankan pentingnya fleksibilitas, sementara yang lain berfokus pada motivasi atau transaksi antara pemimpin dan tim.

Berikut adalah lima teori kepemimpinan utama yang banyak digunakan dalam dunia manajemen dan bisnis:

1. The Contingency Theory

Teori ini menekankan bahwa tidak ada satu gaya kepemimpinan yang selalu efektif. Cara memimpin yang baik bergantung pada situasi, seperti:

  • Hubungan antara pemimpin dan tim
  • Tingkat pengalaman dan kesiapan karyawan
  • Tujuan yang ingin dicapai
  • Lingkungan kerja dan kebijakan perusahaan

Pemimpin yang menerapkan teori ini harus mampu menyesuaikan pendekatannya berdasarkan kondisi yang ada.

Misalnya, jika mayoritas karyawan adalah anak muda, bentuk insentif seperti tiket konser mungkin lebih efektif dibanding hadiah tradisional seperti perjalanan wisata dengan bus.

Teori ini juga berkaitan dengan model Situational Leadership dari Paul Hersey dan Ken Blanchard, yang menyoroti pentingnya menyesuaikan gaya kepemimpinan dengan kesiapan tim.

2. The Transactional Leadership Theory

Teori ini berfokus pada hubungan transaksional antara pemimpin dan tim, di mana:

  • Kinerja baik → Mendapatkan hadiah
  • Kinerja buruk → Mendapatkan sanksi

Pendekatan ini banyak digunakan dalam industri yang memiliki target kerja yang jelas, seperti sales.

Misalnya, karyawan yang mencapai target penjualan bisa mendapat bonus, sementara yang gagal bisa dikenakan sanksi tertentu.

Namun, teori ini sering dianggap kaku karena kurang mempertimbangkan faktor lain, seperti motivasi jangka panjang dan pengembangan karyawan.

3. The Transformational Leadership Theory

Teori ini menekankan bahwa pemimpin tidak hanya mengarahkan, tetapi juga menginspirasi dan membantu tim untuk berkembang.

Pemimpin dengan gaya ini biasanya memiliki karakteristik seperti:

  • Mendorong inovasi dan kreativitas
  • Memberikan bimbingan serta dukungan
  • Menyatukan tujuan individu dengan visi perusahaan

Pendekatan ini banyak diterapkan di perusahaan modern karena dapat meningkatkan loyalitas karyawan, membangun budaya kerja yang positif, dan mengurangi tingkat turnover.

Baca juga: 7 Tahap dalam Membuat Leadership Development Plan

4. The Great Man Leadership Theory

Teori ini berasal dari abad ke-19 dan beranggapan bahwa pemimpin hebat dilahirkan, bukan dibentuk.

Teori ini menekankan bahwa seseorang memiliki bakat kepemimpinan sejak lahir, dengan sifat seperti:

  • Karisma
  • Kecerdasan
  • Kebijaksanaan
  • Kemampuan beradaptasi

Namun, teori ini sudah banyak ditinggalkan karena sekarang kita tahu bahwa kepemimpinan bisa dipelajari dan dikembangkan oleh siapa saja.

Meski begitu, masih banyak orang yang secara tidak sadar percaya bahwa hanya orang-orang tertentu yang “terlahir sebagai pemimpin.”

5. The Trait Leadership Theory

Teori ini mirip dengan The Great Man Theory, tetapi lebih spesifik dalam mengidentifikasi sifat-sifat yang umum dimiliki oleh pemimpin sukses, seperti:

  • Kestabilan emosi
  • Rasa tanggung jawab
  • Kemampuan komunikasi
  • Empati
  • Ambisi

Meski teori ini memiliki keterbatasan, konsepnya bisa digunakan sebagai panduan untuk menilai potensi kepemimpinan seseorang dan membantu mengembangkan keterampilan yang diperlukan.

Baca Juga: 11 Interpersonal Skill Penting dan Tips Meningkatkannya

Apa Saja Peran Leadership dalam Membantu Perusaahaan Mencapai Tujuan?

leadership adalah 5

Seorang pemimpin bukan hanya bertugas mengelola pekerjaan atau mengawasi tim, tetapi juga menginspirasi dan membimbing mereka mencapai tujuan bersama.

Berikut adalah peran leadership untuk membantu perusahaan mencapai tjuan:

1. Menentukan Arah dan Mencapai Tujuan

Pemimpin harus memiliki visi yang jelas dan menarik tentang masa depan.

Dengan visi ini, tim dapat bekerja dengan arah yang sama dan memahami tujuan besar yang ingin dicapai.

Ketika karyawan mengerti gambaran besarnya, mereka akan lebih termotivasi dan bersemangat dalam bekerja.

2. Strategi yang Tepat

Pemimpin yang baik tidak hanya menetapkan tujuan, tetapi juga menyusun strategi yang bisa dijalankan.

Mereka mampu menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang, sehingga perusahaan tetap berada di jalur yang benar.

3. Pengelolaan Sumber Daya

Sumber daya seperti waktu, tenaga kerja, dan modal harus digunakan dengan efisien.

Pemimpin yang cerdas tahu cara mengalokasikan sumber daya ini agar target jangka pendek dan jangka panjang dapat tercapai dengan optimal.

4. Membangun Budaya Kerja yang Positif

Ketika karyawan merasa dipercaya dan diberikan tanggung jawab, mereka akan lebih berani mengambil inisiatif dan berinovasi.

Pemimpin yang memberikan kebebasan dan dukungan akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif.

5. Komunikasi yang Jelas dan Terbuka

Pemimpin yang baik selalu terbuka dalam berkomunikasi.

Transparansi dalam kepemimpinan akan membangun kepercayaan, mengurangi kebingungan, dan membantu tim memahami arah perusahaan.

Baca Juga: Cara Mengurangi Miskomunikasi di Tempat Kerja

6. Menghargai dan Mengapresiasi Karyawan

Dengan mengakui pencapaian karyawan, sekecil apa pun, Anda dapat meningkatkan semangat kerja dan loyalitas mereka.

Pemimpin yang menghargai timnya akan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan suportif.

7. Mendorong Pertumbuhan dan Pengembangan

Pemimpin yang peduli dengan perkembangan karyawan akan memberikan peluang bagi mereka untuk belajar dan berkembang.

Hal ini tidak hanya meningkatkan keterampilan mereka, tetapi juga menunjukkan bahwa perusahaan benar-benar memperhatikan masa depan mereka.

8. Menjunjung Tinggi Integritas

Pemimpin harus menjadi teladan dalam hal kejujuran dan etika kerja.

Ketika pemimpin menunjukkan sikap yang jujur dan dapat dipercaya, tim akan lebih menghormati dan mengikuti jejaknya.

9. Bersikap Tangguh dan Adaptif

Dalam situasi sulit atau penuh perubahan, pemimpin harus tetap tenang dan fleksibel.

Kemampuan untuk beradaptasi dan menghadapi tantangan dengan kepala dingin akan memberi tim rasa aman dan percaya diri.

Baca Juga: 7 Contoh Adaptif dalam Bekerja dan Cara Meningkatkannya

Faktor-faktor yang Dapat Mempengaruhi Leadership

kepemimpinan 6

Salah satu konsep leadership yang paling penting adalah bahwa ia harus beradaptasi dengan lingkungannya agar efektif.

Kebutuhan setiap orang dalam kelompok, jenis tujuan yang ingin mereka capai dan sumber daya yang mereka miliki semuanya dapat mempengaruhi jenis kepemimpinan yang ideal untuk skenario mereka.

Ada empat faktor utama yang perlu dipertimbangkan ketika menentukan bagaimana alat dan karakteristik kepemimpinan yang berbeda akan berdampak pada suatu situasi.

Leader

Orang yang memimpin kelompok memiliki pengaruh langsung atas hasil kepemimpinan dalam sebuah tim.

Ketika seseorang ditunjuk untuk menjadi pemimpin, kemampuan mereka untuk berhubungan dengan kelompok, memberikan arahan dan membuat keputusan, semuanya dapat mempengaruhi efektivitas upaya kepemimpinan mereka.

Beberapa kelompok tidak memiliki pemimpin yang ditunjuk dan bergantung pada seseorang yang melangkah untuk mengklaim peran tersebut dengan mengambil inisiatif untuk membimbing rekan-rekan mereka.

Nilai, kepribadian, dan metode pemimpin untuk mencapai tujuan semuanya dapat memengaruhi kepemimpinan secara keseluruhan dalam kelompok itu.

Para pengikut

Sama seperti karakteristik unik seorang pemimpin kelompok yang dapat menentukan hasil dari kepemimpinan tim, demikian juga kualitas setiap anggota tim secara individu.

Tidak hanya faktor pengikut individu menjadi kepemimpinan tim, tetapi cara mereka berinteraksi satu sama lain juga dapat memengaruhi jenis teknik dan konsep kepemimpinan apa yang paling berhasil.

Setiap orang mungkin menanggapi teknik kepemimpinan yang berbeda, jadi penting bagi pemimpin dan pengikut untuk mengenal satu sama lain untuk menentukan tindakan terbaik untuk kepemimpinan yang kuat.

Situasi

Lingkungan, timeline, dan tujuan yang terkait dengan tim juga memengaruhi kepemimpinan.

Mencoba menunjukkan kepemimpinan dalam situasi yang sangat mendesak berbeda dengan menunjukkan kepemimpinan dalam lingkungan yang santai dengan banyak ruang untuk mengoreksi kesalahan.

Berikut adalah beberapa faktor situasional yang dapat mempengaruhi sifat leadership:

  • Anggaran
  • Keterampilan yang tersedia
  • Level stres
  • Waktu
  • Struktur perusahaan

Saluran komunikasi

Cara seorang pemimpin berkomunikasi dengan para pengikut dan cara para pengikut berkomunikasi satu sama lain adalah bagian penting lain dari leadership.

Setiap tim memiliki konvensi sendiri untuk komunikasi, termasuk isyarat non-verbal, check-in satu lawan satu, dan pertemuan kelompok.

Komunikasi melibatkan pemodelan perilaku yang sukses, menghargai keunggulan, melacak kemajuan dan mendorong kolaborasi antar tim.

Baca Juga: Toxic Leadership: Tanda dan Cara Menyikapinya

Prinsip Leadership

Beberapa prinsip leadership yang sukses berlaku terlepas dari berbagai faktor yang berperan.

Prinsip-prinsip leadership adalah perilaku dasar yang harus diikuti oleh orang-orang dalam peran kepemimpinan untuk mendapatkan hasil maksimal dari tim mereka.

Praktik terbaik ini merupakan bagian penting dalam membangun hubungan yang sukses antara pemimpin dan pengikut, memungkinkan pemimpin untuk mengembangkan lingkungan mereka:

  • Introspeksi diri untuk memahami kekuatan Anda sendiri yang dapat Anda bawa ke sebuah proyek.
  • Carilah peluang untuk pertumbuhan pribadi dan profesional untuk memodelkan ambisi tim Anda.
  • Pahami aspek teknis pekerjaan tim Anda untuk memberikan keahlian materi pelajaran.
  • Terima pertanggungjawaban atas tindakan Anda dan hasil tim Anda.
  • Pertimbangkan dengan cermat semua kemungkinan hasil sebelum membuat keputusan dan tindak lanjuti dengan pilihan Anda.
  • Model perilaku ideal untuk memimpin tim Anda dengan memberi contoh dan menjunjung tinggi standar kesuksesan.
  • Luangkan waktu untuk mengenal tim Anda sehingga Anda dapat memahami fungsi dari setiap peran dan bagaimana memotivasi setiap individu.
  • Advokasi kebutuhan anggota tim Anda untuk memastikan mereka memiliki sumber daya yang diperlukan untuk berkembang.
  • Tetapkan saluran komunikasi yang jelas dan periksa secara teratur dengan grup Anda.
  • Investasikan dalam pengembangan tim Anda dan berdayakan mereka untuk menumbuhkan tanggung jawab mereka dan mengendalikan pekerjaan mereka.
  • Saat memberikan instruksi, gunakan check and balance untuk pemahaman untuk memastikan tim Anda tahu apa yang harus mereka lakukan.
  • Pantau kualitas hasil tim Anda dan berikan pengawasan yang lebih ketat untuk tugas-tugas yang menantang.
gajihub 2

Baca Juga: Kemampuan Leadership: Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Cara Mengembangkannya

Jenis Gaya atau Model Kepemimpinan

Banyak model kepemimpinan berteori tentang cara terbaik untuk memimpin orang lain.

Setiap model kepemimpinan memiliki idenya sendiri tentang apa yang membuat seorang pemimpin paling efektif dalam berbagai situasi.

Model kepemimpinan dapat spesifik untuk jenis tempat kerja, industri, atau tujuan tim tertentu.

Berikut adalah beberapa kategori model kepemimpinan atau leadership paling umum yang digunakan orang untuk memandu keputusan kepemimpinan mereka:

Otoriter

Model kepemimpinan otoriter melibatkan pemimpin yang memiliki kendali dan kekuasaan mutlak atas timnya. Pemimpin otoriter atau otokratis menggunakan instruksi langsung dan pengawasan konstan untuk membantu tim mereka mencapai tujuan.

Kepemimpinan otoriter didasarkan pada gagasan bahwa satu orang yang memenuhi syarat dapat mendelegasikan tugas-tugas khusus untuk mencapai tujuan dengan cara yang sepenuhnya konsisten.

Sebagian besar kelompok dengan pemimpin otoriter memiliki kesempatan terbatas untuk mendapatkan umpan balik dari pengikut.

Organisasi dan tim yang menggunakan model kepemimpinan otoriter seringkali harus memiliki hasil yang spesifik dan teliti.

Memiliki satu orang yang membuat semua penilaian secara teoritis memungkinkan konsistensi yang sempurna, rantai komando yang jelas, dan kemampuan untuk mengimplementasikan perubahan dengan cepat dan efektif.

Kepemimpinan otoriter memiliki kelemahan karena sifatnya yang sepihak.

Dapat menjadi tantangan untuk mendukung moral tim ketika para pengikut tidak memiliki kesempatan untuk menyumbangkan ide-ide mereka sendiri, dan para pemimpin mungkin kehilangan wawasan dari orang-orang yang melakukan setiap pekerjaan individu.

Baca juga: Kepemimpinan Instruksional: Pengertian dan Tips Mengembangkannya

Laissez-faire

Model kepemimpinan laissez-faire didasarkan pada gagasan bahwa mendelegasikan tugas kepada individu dan memungkinkan mereka untuk menggunakan metode mereka sendiri adalah cara terbaik untuk mencapai tujuan.

Kepemimpinan Laissez-faire berada di ujung spektrum yang berlawanan dari kepemimpinan otoritatif.

Pemimpin Laissez-faire lepas tangan dan sebagian besar bekerja untuk memastikan kualitas bagian individu, kemudian mengubahnya menjadi proyek yang kohesif.

Pemimpin Laissez-faire bertanggung jawab atas tindakan setiap anggota tim tanpa terlibat langsung dalam pekerjaan mereka.

Kepemimpinan Laissez-faire sangat ideal dalam situasi di mana karyawan sangat terampil, termotivasi dan berdedikasi untuk pekerjaan mereka.

Setiap pengikut memiliki otonomi mereka sendiri di tempat kerja dan menggunakan pengalaman mereka untuk membuat keputusan terbaik untuk tugas mereka.

Banyak pemimpin menggunakan gaya laissez-faire untuk tim dengan peran yang jelas dan interaksi terbatas antara setiap anggota tim.

Jika karyawan individu tidak termotivasi secara internal atau tidak memiliki keterampilan untuk melakukan pekerjaan mereka sendiri, kepemimpinan laissez-faire dapat menyebabkan kelalaian atau kesalahan yang serius.

Beberapa kelompok menjadi terputus-putus dan tidak terkoordinasi di bawah gaya laissez-faire karena kurangnya interaksi kelompok dan dukungan dari manajemen.

Baca Juga: Pahami Prinsip dan Keuntungan Menerapkan Servant Leadership di Tempat Kerja

Demokratis

Kepemimpinan demokratis, juga dikenal sebagai “kepemimpinan partisipatif,” terjadi ketika pemimpin mencari masukan dari tim mereka saat menentukan alur kerja dan membuat keputusan.

Salah satu ciri utama model kepemimpinan demokratis adalah jalur komunikasi yang benar-benar terbuka di mana para pengikut merasa nyaman berbicara tentang pengalaman mereka dan berbagi ide tentang cara terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan mereka.

Kepemimpinan demokratis melibatkan diskusi yang jujur ​​dan kontribusi yang setara dari semua orang.

Pemimpin kelompok masih memiliki otoritas terakhir dan dapat memberikan umpan balik dan bimbingan untuk membantu pengikut individu unggul.

Model kepemimpinan demokratis sangat ideal untuk tim individu berkualitas yang berkembang dengan kombinasi kebebasan dan pembinaan.

Tempat kerja yang menggunakan kepemimpinan demokratis sering menekankan produktivitas, kreativitas, dan pertumbuhan.

Kepemimpinan demokratis dapat memiliki beberapa aspek negatif, seperti komunikasi yang lebih lambat yang mengakibatkan penundaan dalam alur kerja.

Karena banyak orang mendiskusikan sebagian besar keputusan, hal ini dapat menyebabkan perselisihan atau ketegangan ketika pemimpin memilih ide seseorang daripada ide orang lain.

Baca Juga: 9 Tipe Kepemimpinan yang Perlu Anda Ketahui

Instruksional

Kepemimpinan instruksional atau kepemiminan belajar adalah gaya kepemimpinan yang umumnya dimiliki oleh pemimpin di bidang pendidikan.

Fokus utamanya adalah menginspirasi dan menciptakan lingkungan positif.

Sebagai pemimpin instruksional, mereka berfungsi sebagai contoh positif dengan bertindak secara adil dan jujur.

Mereka mendukung anggota timnya dan memberikan semangat untuk mencapai tujuan bersama.

Selain itu, kemampuan berkomunikasi yang baik, keterbukaan terhadap masukan, dan kemampuan membuat keputusan yang matang adalah ciri khas pemimpin instruksional.

Mereka memiliki tanggung jawab dalam mengelola aspek-aspek seperti pelajaran, anggaran, dan jadwal sekolah, serta memastikan keberhasilan siswa di institusi pendidikan yang mereka pimpin.

Baca Juga: Kepemimpinan Visioner: Karaketristik, Kelebihan, dan Tipsnya

Transaksional

Kepemimpinan transaksional adalah cara memimpin yang lebih fokus pada aturan, struktur, dan rencana untuk mencapai tujuan.

Seorang pemimpin transaksional biasanya menginformasikan timnya secara langsung apa yang harus dilakukan.

Dengan kata lain, gaya kepemimpinan ini lebih suka menjaga keadaan yang sudah ada dibandingkan mencoba mengubahnya.

Dalam kepemimpinan ini, pemimpin sering menggunakan imbalan sebagai cara untuk meningkatkan motivasi karyawan.

Mereka mendorong anggota tim untuk bekerja dengan baik dengan menjanjikan hadiah atau insentif.

Jadi, ketika karyawan bekerja dengan baik, mereka mendapatkan hadiah. Sebaliknya, jika kinerja mereka buruk, mereka mungkin mendapat hukuman tertentu. Oleh karena itu, aturan, prosedur, dan standar sangat penting dalam kepemimpinan transaksional.

Tetapi, dibandingkan membantu organisasi berkembang dan berubah, pemimpin transaksional lebih fokus pada menjaga situasi tetap sama dan memastikan aturan serta harapan yang sudah ada terpenuhi.

Pemimpin jenis ini umumnya sangat baik dalam menetapkan harapan dan standar yang membantu meningkatkan efisiensi dan produktivitas organisasi.

Mereka memberikan umpan balik yang konstruktif tentang kinerja karyawan, sehingga mereka dapat memperbaiki hasil kerja mereka untuk mendapatkan umpan balik yang lebih baik.

Transformasional

Kepemimpinan transformasional adalah cara seorang pemimpin menginspirasi dan memotivasi timnya untuk membuat perubahan positif dalam organisasi atau perusahaan.

Dengan gaya kepemimpinan ini, karyawan merasa lebih termotivasi, inovasi didorong, konflik diselesaikan, dan tingkat pergantian karyawan berkurang. Ini juga menciptakan rasa kepemilikan dan kerjasama di antara anggota tim.

Pemimpin transformasional mendorong proses di mana mereka dan timnya saling mendorong untuk mencapai motivasi yang lebih tinggi.

Beberapa tindakan yang biasanya dilakukan oleh pemimpin transformasional termasuk memberikan dorongan, menetapkan tujuan yang jelas, memberikan pengakuan dan dukungan, serta menginspirasi orang untuk mencapai tujuan mereka.

Penting untuk dicatat bahwa “transformasional” di sini mengacu pada menciptakan makna bagi perusahaan.

Melalui kepemimpinan ini, pemimpin dan anggota tim dapat mengembangkan keterampilan dan kualitas mereka.

Gaya ini juga memberikan kebebasan kepada karyawan untuk mengambil keputusan dan mencari cara baru untuk menyelesaikan masalah.

Meskipun pemimpin transformasional mendapat penghargaan dari karyawan, fokus utamanya bukanlah mencari pujian atau pengakuan.

Mereka lebih berorientasi pada melakukan yang terbaik untuk perusahaan.

Baca juga: Ketahui Arti dan Karakteristik Kepemimpinan Transaksional

leadership adalah 2

Cara Mengasah Skill Leadership

kepemimpinan 7

Pemimpin harus bekerja untuk membangun kualitas kunci ini dalam tim mereka, lingkungan kerja mereka dan diri mereka sendiri untuk menghasilkan dampak terbesar dan hasil yang diinginkan:

  • Kepercayaan: Pengikut harus dapat mempercayai pemimpin mereka untuk membuat keputusan yang baik dan sebaliknya.
    Sebuah tim yang terdiri dari orang-orang yang saling percaya dapat dengan sukses fokus pada tugas mereka sendiri atau meminta bantuan sesuai kebutuhan.
  • Inklusi: Pemimpin tim memupuk lingkungan yang inklusif untuk memastikan semua orang merasa seperti bagian yang berharga dari kelompok, memberdayakan mereka untuk mendedikasikan diri pada pekerjaan mereka.
  • Transparansi: Pemimpin harus transparan tentang fungsi tim, jadwal, tujuan dan masalah untuk memfasilitasi komunikasi yang lebih baik di tim mereka.
  • Delegasi: Pemimpin yang baik harus dapat mendelegasikan tugas kepada orang-orang di tim mereka, menetapkan tujuan secara strategis kepada anggota tim berdasarkan kekuatan mereka.
  • Fokus: Kemampuan untuk fokus pada tujuan bersama adalah salah satu karakteristik utama tim yang sukses.
    Pemimpin harus dapat membantu pengikut mereka mengasah tujuan utama.
  • Inovasi: Pemimpin yang sukses mendukung kreativitas dan ide-ide baru di antara pengikut mereka.
    Mereka menyarankan cara-cara inovatif untuk memecahkan masalah dan mendorong tim mereka untuk berbagi ide.
  • Konsistensi: Anggota tim mungkin lebih mungkin berkembang ketika mereka memiliki lingkungan yang konsisten di mana pemimpin menjunjung tinggi kebijakan dan alur kerja yang dapat diandalkan.
  • Agile: Pemimpin hebat dapat beradaptasi dengan perubahan dalam tim mereka dan menggunakan pola pikir yang gesit untuk menetapkan kembali tugas atau memperkuat tim mereka.

Baca juga: 10 Karakteristik Kepemimpinan Transformasional

Leadership vs. Boss, Apa Bedanya?

Berikut sejumlah perbedaan antara leadership dan boss:

1. Cara Menyelesaikan Masalah

Bos biasanya langsung memberikan jawaban tanpa mengajak tim mencari tahu penyebab dan solusinya.

Mereka cenderung ingin masalah cepat selesai.

Pemimpin justru lebih memilih berdiskusi bersama tim, mencari solusi yang tepat, dan sekaligus mendorong anggota tim untuk belajar menyelesaikan masalah.

Dengan begitu, tim jadi berkembang dan lebih mandiri.

2. Cara Memberi Apresiasi

Bos hanya fokus pada hasil yang besar.

Karyawan yang melakukan pencapaian kecil sering kali diabaikan.

Kritik pun diberikan tanpa pertimbangan, sehingga bisa membuat karyawan merasa tidak dihargai.

Sementara itu, pemimpin menghargai setiap pencapaian, sekecil apapun.

Mereka juga memberi kritik secara membangun, disampaikan dengan cara yang membuat karyawan tetap termotivasi untuk terus belajar dan memperbaiki diri.

3. Cara Memberi Nilai

Bos hanya menghitung hasil kerja.

Fokus utamanya adalah angka, target, dan hasil akhir.

Jika hasilnya kurang bagus, biasanya akan langsung mendapat teguran tanpa pembinaan.

Pemimpin menciptakan nilai lewat keteladanan.

Mereka membangun budaya kerja yang sehat, memberikan arahan, dan membantu karyawan berkembang.

Kritik yang diberikan bertujuan untuk perbaikan, bukan sekadar menegur.

Baca Juga: Achievement-Oriented Leadership: Karakteristik dan Tipsnya

4. Cara Mengelola Karyawan

Bos cenderung ingin mengontrol semua hal, mulai dari cara kerja hingga keputusan kecil.

Sikap ini bisa membuat karyawan tidak berkembang dan merasa tidak dipercaya.

Pemimpin memberikan kepercayaan penuh kepada timnya.

Mereka memantau proses tanpa terlalu ikut campur, dan hadir saat tim butuh dukungan atau arahan.

5. Cara Berkomunikasi

Bos lebih sering memerintah dan jarang mendengarkan.

Biasanya, keputusan akan dibuat sepihak tanpa mempertimbangkan pendapat bawahan.

Sementara itu, pemimpin aktif mendengarkan masukan dari tim.

Mereka terbuka menerima saran, kritik, bahkan keluhan.

6. Cara Membangun Tim

Bos hanya berfokus pada hasil kerja dan siapa yang paling menonjol.

Biasanya ia tidak terlalu peduli dengan perkembangan pribadi setiap anggota timnya.

Sementara itu, pemimpin justru membangun sistem yang dapat mendorong karyawan untuk terus berkembang.

Mereka memberi kesempatan dan kepercayaan agar timnya suatu hari bisa menjadi pemimpin juga.

Baca Juga: Task Oriented Leadership: Pengertian, Manfaat, dan Strateginya

7. Kemampuan Mendengarkan

Bos sulit menerima keluhan dan saran.

Misalnya, saat ada masalah, mereka cenderung menyalahkan tim tanpa mencari tahu penyebabnya.

Di sisi lain, pemimpin selalu mau mendengarkan.

Saat target tidak terccapai, mereka akan bertanggung jawab bersama, mencari solusi, dan memberi dukungan agar tim bisa kembali bangkit.

8. Cara Memberi Arahan

Bos sering memaksa karyawan bekerja melebihi batas kemampuan, bahkan menetapkan target yang tidak masuk akal.

Seorang pemimpin biasanya akan lebih bijak dalam memberi arahan.

Mereka akan fokus memperbaiki proses kerja tim terlebih dahulu, baru kemudian mengejar hasil.

Pemimpin juga berusaha memahami situasi dan kondisi karyawan sebelum membuat keputusan.

9. Suasana Kerja yang Diciptakan

Bos sering menciptakan suasana tegang dan penuh ketakutan.

Akibatnya, karyawan jadi takut untuk mengemukakan pendapat atau melakukan hal baru.

Sementara itu, pemimpin membangun suasana kerja yang nyaman, terbuka, dan penuh semangat.

Mereka memberi ruang bagi karyawan untuk berpendapat, berekspresi, dan belajar tanpa rasa takut.

Baca Juga: Toxic Leadership: Tanda dan Cara Menyikapinya

Kesalahan dalam Meningkatkan Leadership

Dalam meningkatkan leadership, ada beberapa hal yang perlu Ada hindari, yaitu:

1. Tidak Mengenali Diri Sendiri

Kesalahan besar saat meningkatkan keterampilan leadership adalah tidak mengenali diri senidi dengan baik.

Hal ini disebabkan karena kelebihan, kekurangan, nilai-nilai, motivasi, dan sifat diri mempengaruhi gaya kepemimpinan.

Apabila Anda tidak memahami berbagai hal tersebut, maka Anda akan sulit berkomunikasi, bekerja sama, dan beradaptasi.

Untuk itu, hindari kesalahan tersebut dengan lebih mengenali diri lewat feedback, penilaian, atau pembinaan.

2. Meniru Orang Lain

Kesalahan umum lain adalah meniru pemimpinan lain tanpa memikirkan konteks dan tujuan sendiri. Anda boleh belajar dari pemimpin yang sukses, tetapi jangan hanya sekadar meniru.

Sebab, gaya kepemimpinan harus otentik dan sesuai dengan tujuan serta nilai Anda.

Hindari kehilangan kredibilitas dan identitas sebagai pemimpin dengan mengembangkan filosofi kepemimpinan sendiri.

Baca Juga: Kemampuan Leadership: Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Cara Mengembangkannya

3. Terlalu Kaku

Kesalahan lain adalah bersikap kaku dan tidak fleksibel dalam kepemimpinan. Padahal, setiap situasi dan orang membutuhkan gaya kepemimpinan yang berbeda-beda.

Oleh karena itu, jangan terpaku pada satu gaya saja agar untuk tetap fleksibel dan bisa beradaptasi.

Dalam hal ini, Anda bisa mencoba model kepemimpinan situasional atau gaya kepemimpinan Daniel Goleman untuk membantu menyesuaikan gaya dengan kebutuhan Anda.

4. Mengabaikan Feedback

Kesaalahan lain adalah mengabaikan feedback dari orang lain, sebab feedback sangat penting untuk perkembangan kepemimpinan.

Oleh karena itu, bantu identifikasi kekuatan dan kelemahan serta pandangan orang lain tentang gaya kepemimpinan.

Jangan abaikan feedback, cari dari berbagai sumber, dan terapkan perubahan sesuai saran.

5. Tidak Mau Belajar dari Kesalahan

Kesaalahan lain adalah tidak belajar dari pengalaman dan kesalahan, sebab kepemimpinan memerlukan pembelajaran terus-menerus.

Untuk itu, jangan berhenti belajar agar tidak stagnan atau tertinggal dari perubahan dunia.

Hindari kesalahan ini dengan selalu ingin tahu, terbuka, dan rendah hati.

Tetapkan tujuan, eksperimen dengan ide baru, refleksikan tindakan, dan kembangnkan pengetahuan serta keterampilan baru.

Baca Juga: Kepemimpinan Demokratis: Arti, Ciri-Ciri, dan Tips Penerapannya

Karakteristik Pemimpin yang Hebat

Tidak semua pemimpin memiliki karakteristik yang sama, tetapi beberapa kualitas menunjukkan potensi kepemimpinan yang kuat.

Para pemimpin yang sukses dengan sengaja mengembangkan aspek-aspek kepribadian mereka dan menerapkannya pada situasi profesional:

Pandangan positif

Memiliki pandangan positif sangat penting untuk memotivasi tim dan meyakinkan mereka untuk mencoba yang terbaik untuk bekerja melalui situasi yang menantang.

Pemimpin menggunakan sikap positif sebagai alat untuk mendorong orang lain dan tetap termotivasi secara pribadi selama proyek.

Memiliki empati yang tinggi

Pemimpin yang baik menggunakan empati untuk memahami perspektif anggota tim mereka.

Mereka harus berbelas kasih terhadap tantangan yang dialami anggota tim mereka dan bekerja untuk memperbaiki kondisi mereka atau membantu mereka mengatasi masalah.

Jujur

Pemimpin yang kuat adalah orang-orang yang otentik dan asli yang jujur ​​dan terbuka dengan tim mereka tentang tindakan yang diperlukan.

Mereka berkomunikasi langsung dengan pengikut mereka untuk meningkatkan transparansi dan menunjukkan rasa hormat antarpribadi.

Baca Juga: Kepemimpinan Visioner: Karaketristik, Kelebihan, dan Tipsnya

Strategis

Pemimpin strategis dan analitis yang mempertimbangkan dampak dari keputusan mereka dapat membimbing tim mereka sambil menyeimbangkan berbagai peran.

Orang yang berpikir secara strategis dapat membangun sistem logis untuk menyelesaikan pekerjaan, membantu menentukan cara menetapkan peran.

Gigih

Orang-orang yang gigih dan ulet berpotensi menjadi pemimpin yang berdampak karena mereka terus mengejar kesuksesan.

Mereka mendedikasikan diri untuk pekerjaan mereka dan berpikir kreatif untuk menyelesaikan masalah dan belajar dari kesalahan mereka.

Baca juga: Orientasi Karyawan: Pengertian, Fungsi, Jenis, dan Tips Melakukannya

Bagaimana Leadership di Era AI?

Saat ini, AI digunakan di berbagai bidang, mulai dari analisis data, customer service, hingga manajemen bisnis.

Itulah mengapa peran dan kemampuan seorang pemimpin juga harus berkembang.

Agar bisa sukses di era AI, ada beberapa perubahan penting yang perlu dilakukan oleh para pemimpin supaya bisa tetap relevan dan efektif, seperti:

1. Manfatkan Keunggulan Manusia

Meski teknologi makin canggih, AI tetap tidak bisa menggantikan emosi dan empati manusia.

Justru di sinilah nilai lebih seorang pemimpin.

AI memang pintar mengolah data, tapi tidak bisa memahami perasaan tim, menyelesaikan konflik antar orang, atau membangun kepercayaan.

Faktanya, menurut riset Gartner, hanya 29% karyawan yang merasa atasan mereka benar-benar punya kepedulian dan empati.

Di era AI, kemampuan seperti empati, kreativitas, dan kecerdasan emosional ini jadi sangat penting.

Selain itu, laporan Top Employers Institute 2024 juga menyebutkan bahwa 68% karyawan berharap perusahaan memberikan pelatihan non-teknis seperti kesehatan mental, mindfulness, dan pengembangan diri.

Artinya, pemimpin perlu lebih dari sekadar paham soal teknologi.

2. Tahu Kapan Harus Menggunakan AI

AI memang bisa membantu banyak hal, seperti analisis data, membuat prediksi, atau menyusun jadwal.

Namun, ada situasi yang tetap membutuhkan sentuhan manusia, misalnya saat mengambil keputusan penting, menyelesaikan masalah antar tim, atau membuat strategi kreatif.

Dari artikel Harvard Business Review, ada dua pertanyaan yang bisa membantu menentukan apakah sebaiknya pakai AI atau manusia:

  • Apakah situasi ini butuh logika, data, atau analisis?
  • Atau justru butuh empati, komunikasi, dan intuisi?

3. Biasakan Diri untuk Terus Belajar

Di era AI seperti sekarang ini, kemampuan leadership yang itu-itu saja tidaklah cukup.

Pemimpin harus terus mempelajari hal baru, khususnya soal teknologi.

Studi Harvard Business Review menyebutkan bahwa perusahaan yang dipimpin oleh pemimpin dengan growth mindset (pikiran terbuka untuk belajar) cenderung lebih inovatif dan produktif.

Beberapa langkah yang bisa dilakukan:

  • Pelajari dasar-dasar AI, seperti machine learning dan predictive analytics.
  • Biasakan belajar rutin, bisa lewat artikel, webinar, podcast, atau pelatihan singkat.
  • Bangun budaya growth mindset di tim, ajak mereka terbuka dengan perubahan, mencoba hal baru, dan tidak takut gagal.

Baca Juga: Fixed Mindset, Apa Perbedaannya dengan Growth Mindset?

Mengapa Leadership Berkaitan Erat dengan Pengambilan Keputusan?

Pengambilan keputusan adalah salah satu skill penting yang perlu dimiliki seorang pemimpin, karena skill ini berperan penting dalam kelancaran kerja.

Berikut beberapa alasannya:

1. Meningkatkan Produktivitas Kerja

Keputusan yang tepat bisa menghemat waktu dan mempercepat jalannya proyek, sehingga produktivitas karyawan ikut meningkat.

Contohnya, karyawan di sebuah toko furnitur kecil saling berbeda pendapat soal kapan waktu yang pas untuk mengadakan diskon tahunan musim semi.

Karena belum ada keputusan, mereka tidak bisa mulai promosi dan menyiapkan toko.

Lalu, manajer memutuskan bahwa diskon akan diadakan bulan April.

Keputusan ini langsung memulai proses persiapan dan membuat semua karyawan semangat menyelesaikan tugas masing-masing.

2. Menentukan Langkah Saat Kondisi Darurat

Di situasi tak terduga, manajer perlu mengambil keputusan cepat dan tepat agar kerugian bisa diminimalkan dan peluang tetap didapat.

Misalnya, saat sebuah kota kecil mengalami pemadaman listrik, karyawan di sebuah toko kelontong khawatir soal jam kerja mereka.

Manajer lalu memutuskan untuk tetap buka dengan menggunakan genset dan tetap memberikan jam kerja bagi karyawan yang bisa datang.

Dengan begitu, toko tetap beroperasi dan karyawan tetap bisa bekerja.

Di saat-saat seperti ini, penting bagi manajer untuk cepat menilai situasi dan mengambil langkah yang paling sesuai.

3. Membangun Kepercayaan Karyawan

Keputusan yang baik bisa menunjukkan kalau manajer peduli dengan pekerjaan dan kesejahteraan karyawannya.

Saat manajer mau meluangkan waktu untuk mempertimbangkan, menganalisis, dan menjelaskan setiap keputusan yang diambil, itu bisa membuat karyawan merasa dihargai dan percaya.

Mereka pun jadi lebih nyaman untuk berbagi ide, pendapat, atau masalah yang sedang dihadapi.

4. Mengurangi Konflik di Tempat Kerja

Proses pengambilan keputusan yang jelas bisa mengurangi potensi konflik karena setiap orang tahu apa yang harus dilakukan.

Misalnya, saat ada proyek besar, manajer bisa langsung membagi karyawan ke dalam beberapa tim agar beban kerja lebih merata.

Dengan adanya keputusan dan aturan kerja yang jelas, karyawan jadi paham tugasnya masing-masing dan kemungkinan salah paham pun bisa diminimalisir.

Baca Juga: 6 Jenis Konflik di Tempat Kerja dan Tips Mengelolanya

Kesimpulan

Itu adalah pembahasan lengkap mengenai leadership dan juga cara meningkatkan skill leadership yang akan membantu Anda membawa bisnis Anda menjadi lebih baik.

Seaorang pemimpin yang baik juga harus memiliki kepekaan terhadap kebutuhan organisasi, salah satu proses pengelolaan operasional yang lebih baik.

Hentikan proses manual yang memakan waktu dan akan membawa bias informasi dalam operasional bisnis.

Sebagai solusi, Anda bisa mencoba menggunakan software payroll dan HR yang memiliki fitur terlengkap dan mudah digunakan seperti Gajihub yang bisa Anda coba secara gratis melalui tautan ini.

sugi priharto

3 thoughts on “Leadership: Pengertian, Jenis, Gaya, dan Cara Mengasahnya

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *