Saat ini, departemen HR di dalam perusahaan banyak memanfaatkan penggunaan teknologi AI untuk mengotomatiskan alur kerja dan menyelesaikan tugas-tugas sederhana. Meskipun demikian, apakah (artificial intelligence) AI benar-benar dapat menggantikan peran HR di perusahaan?
Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, perlu Anda pahami bahwa tugas-tugas sederhana tersebut mungkin bisa berupa membuat job description, menulis email untuk kandidat, atau menggunakan chatbot AI untuk menjawab pertanyaan pada situs career page perusahaan Anda.
Selain itu, AI Juga dapat meringankan berbagai pekerjaan rutin tim HR, sehingga mereka lebih fokus pada aspek-aspek yang lebih penting.
Dengan berbagai kemudahan tersebut, tenaga profesional yang bekerja di bidang HR mungkin akan merasa khawatir. Apakah peran mereka tergantikan oleh HR?
Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas apakah AI dapat menggantikan peran HR hingga alasan HR tidak dapat digantikan AI.
Apa Saja Manfaat AI untuk HR?
Saat ini AI telah membantu banyak bagian dalam pengelolaan HR. Namun, perlu Anda ketahui bahwa AI tidak dirancang untuk menggantikan tugas-tugas yang membutuhkan empati atau sentuhan manusia.
Sebaliknya, kehadiran AI membantu tim HR meningkatkan efisiensi, membuat proses lebih terogranisir, dan dapat memberikan wawasan yang lebih mendalam.
Bahkan, 63% manajer HR percaya AI bisa meminimalkan tugas-tugas atau aktivitas yang sifatnya berulang.
Berikut beberapa manfaat AI dalam dunia HR:
- Mempermudah proses rekrutmen, screening, dan perekrutan karyawan
- Memberikan pengalaman onboarding yang lebih personal
- Meningkatkan proses evaluasi kinerja dan feedback
- Mengotomatiskan tugas-tugas administratif, sehingga beban kerja berkurang
- Menggunakan analisis prediktif untuk membantu pengambilan keputusan berbasis data
- Meningkatkan keterlibatan dan kepuasan karyawan
AI memungkinkan tim HR menganalisis data, mendapatkan wawasan yang lebih akurat, dan mengambil keputusan berdasarkan kondisi nyata.
Sementara itu, beberapa tugas-tugas HR yang bisa dilakukan dengan bantuan AI adalah:
- Menulis deskripsi pekerjaan dan iklan lowongan pekerjaan
- Memilih kandidat terbaik dari kumpulan pelamar
- Mengotomatisasi komunikasi dengan kandidat
- Menyusun email dan surat offer letter
- Membuat rencana pengembangan dan pelatihan yang disesuaikan
- Mengidentifikasi karyawan berprestasi
- Memberikan feedback kinerja
- Memprediksi kebutuhan tenaga kerja di masa depan
Namun, perlu diingat meskipun AI dapat mendukung berbagai tugas, teknologi ini tidak dapat menggantikan peran manusia dalam aspek-aspek terpenting di HR.
Baca Juga: 10 Peran AI dalam Payroll untuk Bisnis Anda
Apa Saja Aspek HR yang Tidak Dapat Digantikan oleh AI?
Meskipun AI sudah banyak digunakan dalam talent management, teknologi ini tidak dapat menggantikan peran manusia dalam aspek-aspek terpenting dari fungsi SDM.
Berikut beberapa aspek yang tidak bisa digantikan oleh HR:
1. Empati dan Kecerdasan Emosional
AI tidak memiliki kemampuan untuk menunjukkan empati dan kecerdasan emosional seperti yang dimiliki manusia, apalagi pada level yang dibutuhkan dalam pekerjaan SDM.
Tim HR menggunakan kemampuan ini untuk membangun hubungan yang baik dengan karyawan dan menciptakan budaya perusahaan yang mendukung.
Sebagai contoh, ketika seorang karyawan menghadapi masalah pribadi atau profesional, tim SDM dapat memahami situasinya, menunjukkan empati, dan menawarkan solusi yang sesuai.
AI tidak memiliki kemampuan untuk memahami perasaan unik yang dialami karyawan atau merespons situasi dengan mempertimbangkan emosi individu.
Kemampuan ini adalah esensi dari peran manusia di SDM, yang tidak dapat digantikan oleh teknologi.
2. Membangun Hubungan dan Kepercayaan
Tim HR memiliki peran penting dalam menciptakan dan memelihara budaya perusahaan yang positif.
Mereka adalah pihak pertama yang berinteraksi dengan kandidat saat proses perekrutan, dan mereka juga menjadi tempat karyawan mencari dukungan saat menghadapi tantangan di tempat kerja.
Jadi, apakah AI dapat menggantikan peran HR? Meskipun AI canggih, teknologi ini tidak dapat menggantikan interaksi manusia secara tulus.
Misalnya, saat seorang karyawan menghadapi konflik atau membutuhkan saran, tim HR dapat memberikan perhatian penuh, mendengarkan secara aktif, dan memberikan solusi yang personal.
Hal-hal seperti ini menciptakan rasa kepercayaan antara karyawan dan perusahaan, yang menjadi dasar hubungan kerja yang sehat.
Selain itu, kehadiran manusia sangat penting untuk menciptakan rasa memiliki di antara karyawan.
Rasa ini mendorong keterlibatan karyawan, meningkatkan produktivitas, dan mengurangi turnover karyawan.
AI tidak mampu menawarkan interaksi mendalam yang dibutuhkan untuk membangun hubungan emosional dan kepercayaan yang kuat.
Baca Juga: 8 Skill Teknologi HR yang Wajib Anda Kuasa, Manfaat, Serta Strategi Pengembangannya
3. Menangani Dinamika Antarpribadi yang Kompleks
Hubungan antar manusia sangat kompleks, dan dinamika ini sering kali juga terjadi di tempat kerja.
Konflik antar individu atau antar tim bisa muncul, dan tim SDM biasanya menjadi pihak yang bertanggung jawab untuk menangani situasi-situasi tersebut.
Dalam kasus seperti ini, manusia di tim SDM diperlukan untuk memahami nuansa konflik, menilai sudut pandang setiap pihak, dan menjadi mediator untuk menemukan solusi yang adil.
AI mungkin bisa membantu dalam memberikan rekomendasi berdasarkan data, tetapi AI tidak dapat memahami konteks emosional atau hubungan interpersonal yang terlibat dalam konflik tersebut.
Lebih dari itu, dinamika keragaman, kesetaraan, inklusi, dan rasa memiliki juga membutuhkan pendekatan manusia.
Tim HR harus memastikan bahwa setiap karyawan merasa dihargai, diterima, dan didukung.
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, dibutuhkan sensitivitas dan pemahaman yang mendalam terhadap perbedaan individu, sesuatu yang tidak bisa ditawarkan oleh teknologi AI.
Baca Juga: Budaya Kerja Inklusif: Cara Membangun, dan Contohnya
4. Pengambilan Keputusan Secara Etis
Meskipun AI dapat dikembangkan secara bertanggung jawab, teknologi ini tetap tidak bisa menggantikan kemampuan manusia dalam mempertimbangkan aspek etika dan nilai-nilai moral.
Tim HR sering kali dihadapkan pada dilema, seperti keputusan terkait promosi, PHK, atau pengelolaan masalah sensitif lainnya.
Manusia memiliki kemampuan untuk melihat dampak jangka panjang dari keputusan mereka, baik terhadap individu maupun perusahaan.
Dalam hal ini, tim HR memahami nilai-nilai, etika, dan moral perusahaan, serta mampu menerapkannya dalam pengambilan keputusan yang kompleks.
Sebagai contoh, ketika sebuah keputusan dapat memengaruhi kesejahteraan karyawan, tim SDM dapat menilai situasi secara keseluruhan, mempertimbangkan dampaknya, dan mencari solusi yang paling etis.
Dengan demikian, meskipun AI dapat memberikan data atau rekomendasi, teknologi ini tidak bisa memahami konteks etika yang melibatkan perasaan, nilai, atau dampak sosial dari suatu keputusan.
Di sisi lain, mempertahankan standar etika adalah hal yang penting untuk menciptakan budaya kerja yang penuh dengan kepercayaan, dukungan, dan integritas.
Itulah berbagai alasan mengapa AI tidak dapat menggantikan peran HR, bahkan di era teknologi yang semakin maju.
Baca Juga: 5 Peran AI dalam Rekrutmen yang Dapat Memudahkan HR
Apa Saja Peran HR yang Paling Rentan Tergantikan AI?
Survei Skynova menunjukkan bahwa 86% profesional SDM merasa pekerjaan mereka mungkin tergantikan oleh AI dalam beberapa tahun ke depan.
Peran administratif seperti administrator penggajian dan perekrut memiliki kemungkinan tinggi untuk digantikan, sementara peran strategis seperti manajer atau direktur SDM relatif lebih aman.
Selain itu, berikut beberapa peran yang mungkin terdampak oleh keberadaan AI:
1. Hiring Manager
AI telah mengubah proses perekrutan dengan teknologi yang mampu menyaring ratusan resume dalam hitungan menit dan mengevaluasi kandidat melalui tes berbasis perilaku, keterampilan, hingga gamifikasi.
Dengan AI, perusahaan dapat mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, dan karakteristik kandidat secara lebih efisien.
Meskipun begitu, hiring manager tetap dibutuhkan untuk memastikan kesesuaian budaya, potensi talenta, serta keterampilan interpersonal kandidat.
Peran mereka akan beralih dari tugas administratif menjadi fokus pada pengelolaan hubungan dan pengembangan talenta.
Baca Juga: HR Consulting: Manfaat, Jenis, dan Tips Memilihnya
2. HR Analyst
HR analyst bertugas mengumpulkan dan mengevaluasi data untuk meningkatkan proses dan pengambilan keputusan.
Dengan AI, analisis data menjadi lebih cepat dan akurat. AI dapat menemukan pola seperti penyebab rendahnya kepuasan kerja atau tingginya tingkat turnover, sehingga HR dapat menangani masalah lebih proaktif.
Alih-alih menggantikan HR analyst, AI dapat menjadi alat pendukung yang memperkuat kemampuan mereka dalam mengambil keputusan berbasis data.
Baca Juga: Pengertian HR Analytics, Manfaat, dan Jenisnya
3. Profesional Pembelajaran dan Pengembangan
AI merevolusi pelatihan karyawan dengan pendekatan yang dipersonalisasi. Teknologi ini mampu merancang program pelatihan berdasarkan kebutuhan individu, preferensi karier, dan aspirasi karyawan.
Selain itu, AI dapat memberikan feedback real-time dan mencocokkan mentor dengan mentee berdasarkan tujuan karier dan keahlian.
Dalam beberapa tahun ke depan, pelatihan secara langsung akan bergeser menjadi modul yang lebih personal.
Namun, profesional pembelajaran tetap dibutuhkan untuk menangani aspek strategis dan eksekusi pelatihan yang kompleks.
4. Administrator Payroll
Sistem payroll berbasis AI mampu mengelola data gaji, bonus, dan pajak dengan efisiensi tinggi, mengurangi risiko kesalahan, serta meminimalkan fraud.
Namun, peran manusia tetap dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah sensitif dan memastikan keamanan serta privasi data.
Administrasi payroll di masa depan akan lebih fokus pada pengambilan keputusan strategis, manajemen kepatuhan, dan dukungan karyawan, dengan memanfaatkan AI sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi.
Baca Juga: 7 Cara Memilih Software Payroll Terbaik dan Rekomendasinya
Kesimpulan
Meskipun AI menawarkan berbagai manfaat dalam bidang HR, seperti meningkatkan efisiensi kerja, mengotomatiskan tugas administratif, dan menyediakan wawasan berbasis data, teknologi ini tetap memiliki keterbatasan.
AI memang mampu menggantikan sebagian tugas rutin, seperti proses screening, penyusunan job description, atau pengelolaan payroll.
Namun, jawaban dari apakah AI dapat menggantikan HR adalah bahwa AI tidak dirancang untuk menggantikan tugas yang membutuhkan empati, intuisi, dan kecerdasan emosional, dan berbagai hal-hal yang menjadi inti dari peran HR.
Peran manusia dalam HR tetap tak tergantikan, terutama dalam aspek strategis seperti membangun hubungan interpersonal, menciptakan budaya kerja yang inklusif, menangani konflik kompleks, dan membuat keputusan berbasis etika.
Keberadaan tim HR juga esensial untuk memastikan kepercayaan dan keterlibatan karyawan, sesuatu yang tidak dapat dicapai hanya dengan teknologi.
AI dapat menjadi alat pendukung yang kuat, tetapi sentuhan manusia tetap menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.
Untuk mendukung efisiensi dalam proses HR, perusahaan juga dapat mempertimbangkan penggunaan sistem HRIS dari GajiHub.
Sistem ini menyediakan 30 laporan performa karyawan, sehingga tim HR dapat dengan mudah melakukan performance management untuk mengoptimalkan kinerja para karyawan.
Setiap penilai juga bisa mengakses informasi tersebut kapanpun dan di mana pun, yang memudahkan mereka dalam mengambil keputusan untuk setiap karyawan.
Selain itu, sistem ini juga memungkinkan tim HR melakukan onboarding sampai offboarding secara maksimal, karena dapat membantu dalam penghitungan take home pay, bonus, pembayaran kompensasi, atau pun pesangon ketika ada karyawan yang keluar.
Tertarik mencoba GajiHub? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.
- Penilaian Objektif dan Subjektif, Apa Bedanya? - 23 December 2024
- Handover Pekerjaan Adalah: Manfaat, Tahapan & Contoh Dokumen - 23 December 2024
- Steward Adalah: Jenis, Tugas, Skill Penting, dan Kisaran Gajinya - 20 December 2024