20 Contoh KPI Departemen Produksi untuk Kesuksesan Bisnis

contoh KPI departemen produksi banner

Departemen produksi memiliki peran sentral dalam perusahaan, yakni untuk bertanggung jawab atas pembuatan produk atau penyediaan layanan. Oleh karena itu, perusahaan perlu memantau kinerja mereka melalui berbagai contoh KPI departemen produksi.

Apa saja yang termasuk ke dalam KPI produksi? Apa itu KPI produksi? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini.

Apa yang Dimaskud dengan KPI Produksi?

Key Performance Indicator (KPI) produksi adalah pengukuran secara spesifik dalam industri manufaktur yang digunakan untuk mengevaluasi kinerja proses produksi.

Perusahaan manufaktur biasanya akan menggunakan KPI ini untuk membantu melacak dan meningkatkan produksi mereka.

Dengan KPI produksi, perusahaan akan memperoleh wawasan tentang proses manufaktur, yang memungkinkan manajemen dan dan tim produksi mencapai tujuan.

Baca Juga: Manajemen Produksi: Arti, Fungsi, Hingga Ruang Lingkupnya

contoh KPI departemen produksi 2

Apakah KPI Produksi itu Penting?

Ya, KPI produksi sangat penting karena mendatangkan banyak manfaat bagi perusahaan Anda. Berikut beberapa di antaranya:

1. Memantau Pencapaian

KPI produksi membantu memahami dengan jelas sejauh mana departemen produksi telah mencapai tujuan dan target yang telah ditetapkan.

Dengan mengukur kinerja berdasarkan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, Anda dapat dengan mudah mengidentifikasi area mana yang memerlukan perbaikan atau perhatian khusus.

Hal ini memungkinkan perusahaan untuk mengambil tindakan perbaikan sebelum masalah berkembang menjadi besar dan semakin sulit untuk diatasi.

2. Meningkatkan Akuntabilitas

Penggunaan KPI juga dapat meningkatkan akuntabilitas di antara anggota tim. Dengan menetapkan target dan terus memantau progres, karyawan menjadi lebih sadar akan tanggung jawab mereka dan termotivasi untuk bekerja lebih baik.

3. Menetapkan Fokus

Selanjutnya, KPI produksi membantu perusahaan untuk tetap fokus pada hal yang paling penting, yaitu memberikan nilai kepada pelanggan.

Dengan memastikan KPI yang digunakan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan, Anda pun dapat memastikan bahwa perusahaan selalu memenuhi harapan pelanggan secara konsisten.

4. Meningkatkan Efisiensi, Produktivitas, dan Keuntungan

Menerapkan KPI dalam proses produksi juga dapat meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keuntungan bisnis.

Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memilih KPI secara tepat dan hati-hati, sehingga dapat memberikan keuntungan dan mendorong peningkatan berkelanjutan dalam seluruh perusahaan.

Baca Juga: Contoh Template Business Continuity Plan, Arti, dan Manfaatnya

Apa Saja Fokus dalam KPI Produksi?

Fokus KPI produksi dapat dikategorikan ke dalam tiga area berbeda, yaitu:

1. Berfokus pada Mesin atau Aset

Kategori pertama berfokus pada pemantauan mesin, termasuk tingkat waktu kerja mesin, yang mengukur waktu mesin bebas dari perawatan dan bekerja seperti yang diharapkan. KPI ini juga mencakup waktu yang dibutuhkan untuk menyiapkan mesin untuk berbagai produk.

2. Berfokus pada Unit atau Produk

Kategori kedua adalah KPI yang berfokus pada produk yang dihasilkan, seperti tingkat unit, hasil, dan tingkat siklus produksi.

3. Berfokus pada Biaya

Biaya yang dikaitkan dengan proses produksi, seperti avoided cost (biaya yang dapat dihindari), biaya staf, atau biaya bahan baku.

Baca Juga: Bagaimana Cara Menghitung Biaya Tenaga Kerja?

Apa Saja Contoh KPI Departemen Produksi?

Berikut adalah beberapa contoh KPI departemen produksi yang dapat membantu meningkatkan proses prroduksi perusahaan:

1. Waktu Siklus

KPI waktu siklus atau cycle time mengukur waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk dari awal sampai selesai. Fungsi utama dari KPI ini adalah untuk memberikan pemahaman yang jelas tentang efisiensi proses produksi.

Rumus waktu siklus = Waktu Akhir Produksi – Waktu Mulai Produksi

2. Tingkat Throughput

Tingkat throughput mengacu pada jumlah unit, bahan, item, atau produk jadi dalam jangka waktu tertentu. Misalnya, dalam pembuatan sekrup, tingkat throughput menunjukkan jumlah unit yang diproduksi dalam satu jam.

Dengan mengukur tingkat throughput, Anda dapat mengetahui seberapa cepat produksi berjalan dan apakah Anda dapat memenuhi pesanan dengan baik. Semakin tinggi tingkat throughput, maka akan semakin tinggi tingkat efisiensi dalam proses produksi.

Rumus Tingkat Throughput = Jumlah Unit yang Diproduksi / Waktu

Rumus: Tingkat Throughput = Jumlah Unit yang Diproduksi / Waktu.

3. Pencapaian Produksi

Contoh KPI departemen produksi yang selanjutnya adalah pencapaian produksi, di mana Anda dapat melihat sejauh mana proses produksi mencapai sasaran atau target yang telah ditetapkan.

Hal ini membantu Anda mengetahui apakah produksi berjalan sesuai rencana atau jika ada masalah yang perlu diperbaiki.

Jika pencapaian produksi rendah, hal ini menunjukkan adanya masalah dalam mesin, perencanaan produksi, atau barang cacat yang mengganggu proses produksi.

Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pencapain produksi, yang pada akhirnya dapat membantu perusahaan menghemat biaya dan meningkatkan kualitas produk.

Rumus = (Jumlah Unit yang Diproduksi / Target Unit yang Diproduksi) x 100.

4. Tingkat Waktu Kerja Mesin

KPI tingkat waktu kerja mesin sangat penting karena mesin adalah bagian utama dalam proses produksi. KPI ini membantu Anda melihat seberapa baik mesin-mesin tersebut dapat digunakan. Jika mesin bekerja dengan kurang efisien, bisa jadi terdapat masalah pada mesin itu sendiri.

Semakin tinggi presentasenya, artinya semakin baik mesin-mesin tersebut untuk memproduksi barang.

Rumus Tingkat Waktu Kerja Mesin = (Total Waktu Mesin yang Digunakan / Waktu Produksi yang Tersedia) x 100.

5. Tingkat Kapasitas Produksi

Kapasitas produksi adalah seberapa banyak barang atau produk yang bisa Anda hasilkan pada tingkat puncak. Hal ini seperti batas teratas dari produksi Anda.

Ketika Anda memahami kapasitas produksi, Anda pun bisa membuat rencana produksi yang lebih baik, sehingga mengurangi pemborosan waktu.

Dengan kata lain, KPI tingkat kapasitas produksi membantu Anda memahami berapa banyak barang yang dapat dihasilkan saat departemen produksi bekerja pada kapasitas maksimum.

Rumus Kapasitas Produksi = Tingkat Kapasitas Mesin x Waktu

Baca Juga: Inventory Turnover: Pengertian, Manfaat, Hingga Cara Meningkatkannya

6. Biaya Pemeliharaan per Unit

Biaya pemeliharaan per unit adalah cara untuk memahami berapa biaya tambahan yang diperlukan untuk merawat setiap unit produk yang dihasilkan.

Misalnya, jika perusahaan Anda memproduksi sekrup, pikirkan berapa biaya tambahan yang diperlukan untuk memastikan setiap sekrup dapat berfungsi dengan baik dan aman.

Melalui pengukuran ini, Anda dapat menghitung berapa biaya total yang harus dikeluarkan untuk menjaga kualitas produk perusahaan.

Rumus Biaya Pemeliharaan per Unit = Rumus Total Biaya Pemeliharaan / Jumlah Unit yang Diproduksi

7. Tingkat Cacat Produksi

Tingkat cacat produksi adalah ukur penting dalam bisnis manufaktur. KPI ini memberi tahu Anda berapa banyak produk yang rusak atau catat dibandingkan dengan total produk yang dihasilkan. Apabila tingkat cacat tinggi, maka kemungkinan terjadi masalah dalam proses produksi.

Sebagai contoh, Anda melihat banyak produk cacat yang terjadi dalam satu shift. Hal tersebut dapat mengindikasikan masalah manajemen atau kebutuhan pelatihan untuk operator mesin.

Sementara apabila tingkat cacat tinggi terjadi pada mesin, hal tersebut menunjukan bahwa terdapat masalah terkait pemeliharaan mesin yang perlu diperbaiki.

Dengan kata lain, KPI ini bertujuan untuk meminimalkan tingkat cacat dalam proses produksi untuk menghemat biaya serta meningkatkan kualitas produk.

Rumus Tingkat Cacat = Rumus Jumlah Cacat / Unit yang Diproduksi x 100

contoh KPI departemen produksi

8. Biaya Produksi per Unit

Contoh KPI departemen produksi selanjutnya adalah biaya produksi per unit, yang dapat membantu Anda menghitung beberapa biaya yang dikeluarkan untuk membuat satu unit produk. Hal ini termasuk biaya bahan baku, tenaga kerja, overhead, dan lain-lain.

Dengan memahami biaya produksi per unit, Anda bisa menentukan harga jual produk, sehingga Anda bisa menghasilkan keuntungan yang diharapkan.

Biaya Produksi per Unit = Total Biaya Produksi / Jumlah Unit yang Diproduksi

9. Efektivitas Peralatan Keseluruhan

Efektivitas peralatan keseluruhan atau overall equipment effectiveness (OEE) adalah ukuran produktivitas dari mesin atau peralatan produksi secara keseluruhan. OEE sendiri menggabungkan tiga faktor penting, yaitu:

  • Ketersediaan: Seberapa sering mesin tersedia dan beroperasi sesuai jadwal.
  • Performa: Seberapa baik mesin berkinerja dalam menghasilkan produk.
  • Kualitas: Seberapa banyak produk yang dihasilkan yang memenuhi standar kualitas.

Rumus OEE = (Unit yang Diproduksi x Waktu Siklus Maksimumu) / Waktu Produksi yang Tersedia. 

10. Biaya yang Dapat Dihindari

KPI biaya yang dapat dihindari atau avoided cost adalah perkiraan penghematan biaya dengan membandingkan biaya pemeliharaan preventif dengan biaya perbaikan mesin, ditambah biaya downtime yang berkaitan dengan waktu produksi yang hilang.

KPI ini membantu Anda memahami manfaat dari praktik pemeliharaan yang baik dan berkelanjutan, yang dapat membantu mengurangi biaya secara keseluruhan.

Rumus Avoided Cost = Biaya Pemeliharaan Preventif – (Asumsi Biaya Perbaikan + Kerugian Produksi)

Baca Juga: Sistem Manajemen Bisnis: Pengertian, Kompenen, dan Fungsinya

11. Biaya Kapasitas yang Tidak Terpakai

Biaya kapasitas yang tidak terpakai mengukur biaya tambahan yang timbul saat mesin atau staf tidak bekerja pada kapasitas penuhnya. Hal ini dapat disebabkan oleh masalah mesin, tidak tersedianya staf, atau kekurangan bahan baku.

Melalui KPI ini, Anda dapat melacak biaya-biaya yang tidak direncanakan tersebut ke dalam satu nilai.

Rumus Biaya Kapasitas yang Tidak Terpakai = Persentase kapasitas yang tidak terpakai yang tersedia × Total Biaya Produksi.

12. Pemanfaatan Kapasitas

Selanjutnya, terdapat KPI pemanfaatan kapasitas yang dapat mengukur sejauh mana kapasitas produksi sebenarnya dibandingkan dengan potensi maksimum yang dapat dicapai.

KPI ini membantu perusahaan memahami apakah mereka sudah melakukan produksi sesuai kapasitas maksimal atau belum.

Rumus Pemanfaatan Kapasitas = Jumlah Unit yang diproduksi / Potensi Jumlah unit yang dapat dibuat * 100.

13. Takt Time

Takt time adalah waktu yang tersedia untuk memproduksi suatu barang atau jasa dibagi dengan jumlah barang atau jasa, yang diminta pelanggan dalam kurun waktu tertentu.

KPI takt time digunakan untuk merencanakan produksi dengan efisien, terutama saat permintaan pelanggan sedang naik.

Melalui KPI ini, Anda dapat mengukur berapa lama yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk, sehingga perusahaan dapat menyesuaikan produksi dengan permintaan pelanggan.

Rumus Takt Time = Waktu Produksi yang Tersedia / Permintaan Pelanggan Rata-rata.

14. Penggunaan Material

KPI penggunaan material membandingkan jumlah material yang benar-benar digunakan untuk produksi dengan jumlah yang sebelumnya telah direncanakan.

KPI ini membantu Anda membantu perusahaan memahami mengapa ada fluktuasi dalam penggunaan material dan bagaimana mengurangi penggunaan material yang berlebihan.

Rumus Penggunaan Material = Material yang Digunakan / Material yang Direncanakan * 100.

15. Produk atau Pekerjaan dalam Proses

KPI produk dalam proses membantu Anda memahami nilai produksi yang saat ini sedang dalam proses produksi. KPI ini biasanya digunakan untuk tujuan pemantauan dan akuntansi.

Rumus Produk dalam Proses = Produk dalam Proses + Biaya Produksi – Biaya Unit yang Diproduksi

Baca Juga: Manfaat HR Cloud untuk Proses Bisnis yang Lebih Baik

16. Prediksi Produksi atau Permintaan

Prediksi produksi menghitung perkiraan jumlah bahan baku yang diperlukan untuk memenuhi permintaan di masa depan. KPI ini membantu perusahaan merencanakan persediaan dan produksi.

Rumus Prediksi Produksi = Bahan Baku * Tingkat Produksi.

17. Jam Lembur

Jam lembur merupakan contoh KPI departemen produksi yang dapat mengukur jumlah jam lembur dibandingkan dengan jam kerja reguler atau terencana. Dengan KPI ini, Anda dapat memahami masalah terkait jadwal kerja dan produksi.

Rumus Jam Lembur = Jam Lembur / Jam Kerja yang Direncanakan x 100. 

Nah, untuk memudahkan Anda dalam pemantauan terkait jam lembur karyawan, Anda dapat menggunakan software payroll dan HR dari Gajihub.

Melalui fitur absensi yang dimiliki oleh Gajihub, Anda dapat mengetahui jumlah jam lembur masing-masing karyawan, sehingga mempermudah dalam perhitungan upah lembur mereka.

Selain itu, melalui fitur employee self service (ESS) karyawan dapat dengan mudah mencatat jam lembur mereka pada aplikasi Gajihub yang dapat diunduh di App Store dan Google Playstore.

Nantinya, pencatatan lembur tersebut akan secara otomatis terintegrasi dengan fitur payroll yang juga dimiliki software ini.

Sangat memudahkan bukan? Yuk, klik gambar berikut ini untuk informasi selengkapnya dan dapatkan coba gratis selama 14 hari.

gajihub 2

18. Mean Time Between Failure (MTBF)

MTBF atau waktu rata-rata antara kegagalan adalah KPI yang berfokus pada pemeliharaan yang mengukur jumlah waktu antara kegagalan. Hal ini membantu Anda merencanakan pemeliharaan secara terjadwal dan emmahami masa pakai mesin dan aset produksi.

Rumus MBTF = Waktu Produksi yang Tersedia / Jumlah Total Kegagalan. 

19. Planned Maintenance Percentage (PMP)

PMP atau presentase pemeliharaan terencana membantu perusahaan menentukan pemeliharaan mesin dan aset di atas pemeliharaan terjadwal. KPI ini digunakan untuk menilai dan mengoptimalkan strategi pemeliharaan saat ini.

Selain itu, KPI PMP juga memberikan wawasan mengenai masa pakai aset-aset tersebut.

Rumus PMP = Jam Pemeliharaan Terjadwal / Jumlah Total Jam Pemeliharaan * 100.

20. Waktu Pergantian

Waktu pergantian atau changeover time mengukur waktu yang dibutuhkan untuk mengganti peralatan atau alat produksi untuk memulai produksi unit yang berbeda. KPI ini membantu perusahaan mengoptimalkan waktu pergantian untuk mengurangi downtime. 

Rumus Waktu Pergantian = Waktu Produksi yang Tersedia – Waktu Produksi Aktual.

Baca Juga: 10 Keuntungan Menggunakan Sistem Absensi Online Bagi Bisnis

Bagaimana Cara Memilih KPI Produksi yang Tepat untuk Bisnis Perusahaan?

Memilih KPI yang sesuai merupakan langkah krusial dalam bisnis Anda, terutama dalam proses produksi. Oleh karena itu, Anda perlu menyesuaikan penerapan KPI sesuai dengan kebutuhan bisnis.

Berikut adalah beberapa tips yang bisa Anda lakukan:

1. Identifikasi Tujuan Perusahaan

Mulailah dengan menentukan apa yang ingin perusahan capai melalui pengukuran kinerja. Hal ini membantu Anda mengidentifikasi area mana yang perlu diperbaiki dalam proses produksi.

2. Evaluasi Ketersediaan Data

Pastikan bahwa data yang diperlukan untuk mengukur setiap KPI tersedia dan mudah diakses. Dengan memiliki data yang relevan, Anda dapat mengukur kinerja secara akurat.

3. Buatlah dengan Sederhana

Hindari memilih terlalu banyak KPI karena hal ini dapat menyebabkan kebingungan dan memberatkan karyawan. Sebaiknya, Anda lebih berfokus pada beberapa KPI kunci yang benar-benar relevan dengan kebutuhan bisnis.

4. Dapatkan Masukan dari Pemangku Kepentingan

Ajak manajer, supervisor, dan karyawan yang terlibat dalam proses produksi untuk memberikan masukan dalam indentifikasi KPI yang penting.

5. Pertimbangkan Relevansi

Pilih KPI yang memiliki dampak langsung pada kesuksesan atau kegagalan proses produksi Anda daripada yag memberikan hasil tidak langsung.

6. Prioritaskan Berdasarkan Kepentingan

Berilah peringkat pada KPI yang Anda pilih berdasarkan tingkat kepentingannya terhadap pencapai tujuan keseluruhan perusahaan. Ingatlah untuk memprioritaskan pada KPI yang paling krusial.

Baca Juga: Cara Membuat KPI dan Proses Melacaknya

Kesimpulan

Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami bahwa setiap perusahaan perlu melakukan pemantauan dan pengukuran proses produksi melalui KPI produksi.

Dengan mengukur berbagai contoh KPI departemen produksi seperti yang telah disebutkan sebelumnya, perusahaan dapat memantau pencapaian hingga meningkatkan efektivitas, produktivitas, dan keuntungan.

Selain melalui pengukuran KPI, untuk mencapai proses produksi secara maksimal, Anda juga perlu mengelola jadwal kerja karyawan secara tepat, seperti dalam pencatatan jam lembur dan jadwal shift karyawan.

Untuk memudahkan berbagai hal tersebut, Anda bisa mengandalkan Gajihub. Yuk, kunjungi tautan ini untuk coba gratis fitur-fitur canggihnya selama 14 hari.

Catatan Kaki: 

Amelia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *