Ghost jobs atau lowongan kerja untuk posisi yang sebenarnya tidak ada, semakin sering ditemukan belakangan ini.
Banyak perusahaan yang menggap bahwa ghost job merupakan cara untuk mengupulkan informasi atau agar tetap terlihat terlevan di pasar tenaga kerja.
Namun, sepertinya praktik ini bisa berdampak buruk, seperti menghilangkan kepercayaan kandidat terhadap proses rekrutmen yang adil serta merusak employer branding.
Di tengah persaingan pasar kerja yang ketat, memang wajar jika perusahaan ingin tetap kompetitif.
Namun, membuat postingan ghost job merupakan langkah berisiko yang bisa menimbulkan dampak negatif.
Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas pengertian ghost jobs, alasan perusahaan melakukannya, dampak negatif, dan cara menghidarinya.
Apa yang Dimaksud dengan Ghost Jobs?
Ghost jobs adalah lowongan pekerjaan yang sebenarnya tidak ada.
Perusahaan mungkin memposting lowongan ini dengan berbagai alasan, seperti untuk memahami kondisi pasar tenaga kerja, memunuhi kebutuhan internal, atau memberikan kesan baik pada investor.
Oleh karena itu, pada kenyataannya, perusahaan tersebut tidak memiliki niat untuk merekrut kandidat dalam waktu dekat.
Bagi job seeker, ghost jobs dapat menjadi tantangan baru di tengah ketatnya persaingan di pasar kerja.
Setelah menghabiskan waktu berjam-jam untuk melamar, menyesuaikan CV, dan menulis surat lamaran, mereka tidak mendapatkan respons dari perusahaan karena lowongan tersebut palsu.
Menurut survei ResumeBuilder, pada tahun 2024 hampir 40% dari 1.600 hiring manager mengaku pernah memposting iklan lowongan palsu.
Iklan seperti ini seringkali dibuat atas inisiatif tim HR, manajemen senior, atau bahkan investor perusahaan.
Baca Juga: 15 Rekomendasi Situs Lowongan Kerja Terpercaya di Indonesia
Apa Alasan Perusahaan Memposting Ghost Jobs?
Namun, meskipun mungkin merugikan job seeker, perusahaan memiliki alasan tersendiri dalam memposting iklan lowongan pekerjaan yang sebenarnya tidak dibuka, seperti:
1. Selalu Terbuka untuk Talenta Terbaik
Menurut survei dari Clarify Capital, 50% hiring manager memposting ghost jobs karena perusahaan mereka “selalu terbuka untuk menerima orang baru.”
Selain itu, 35% melakukannya untuk berjaga-jaga jika ada kandidat luar biasa yang melamar.
Hal ini menunjukkan bahwa beberapa perusahaan memposting lowongan tersebut karena kehilangan kesempatan merekrut kandidat terbaik.
2. Memotivasi Karyawan yang Ada
Harapannya, langkah ini akan memotivasi karyawan untuk bekerja lebih keras dan meningkatkan performa mereka.
3. Memberikan Kesan Perusahaan Sedang Berkembang
Ghost jobs juga digunakan untuk memberikan kesan bahwa perusahaan sedang tumbuh.
Hal ini dilakukan untuk menarik perhatian karyawan, pelanggan, atau bahkan investor.
4. Kesalahan Administrasi
Komunikasi yang kurang efektif antara tim perekrutan dan manajer sering kali membuat lowongan yang sudah terisi tetap dipublikasikan.
5. Membangun Cadangan Talenta
Banyak perusahaan memposting ghost jobs untuk membangun talent pipeline atau kumpulan kandidat yang siap dihubungi kapan saja.
Dengan cara ini, perusahaan dapat mengumpulkan CV, informasi pribadi, dan data lainnya dari kandidat potensial untuk kebutuhan perekrutan di masa depan.
Baca Juga: Talent Search: Pengertian, Manfaat, dan Prosesnya
6. Memantau Persaingan di Pasar Kerja
Beberapa perusahaan memposting ghost job untuk mengumpulkan informasi tentang pasar tenaga kerja tanpa benar-benar berniat merekrut.
Mereka ingin mengetahui kandidat seperti apa yang melamar, tingkat keterampilannya, hingga ekspektasi gajinya.
7. Perubahan Rencana Perekrutan
Perubahan anggaran, restrukturisasi, atau kejadian tak terduga lainnya sering membuat rencana perekrutan berubah.
Contohnya, perusahaan bisa saja tiba-tiba melakukan hiring freeze atau membatalkan perekrutan setelah lowongan diiklankan.
Hal ini sering membuat pencari kerja bingung karena tidak ada kelanjutan setelah melamar.
8. Kesan Transparansi
Beberapa perusahaan memposting ghost jobs untuk menciptakan kesan bahwa proses perekrutan dilakukan secara adil, meskipun sebenarnya kandidat internal sudah dipilih sebelumnya.
Baca Juga: Rekrutmen Jalur Orang Dalam, Ini Aturan Hukumnya
Apa Dampak dari Ghost Job?
Memposting iklan lowongan pekerjaan untuk posisi palsu dapat membawa dampak buruk, baik bagi job seeker maupun perusahaan.
Dampak bagi Job Seeker
1. Waktu dan Sumber Daya Terbuang
Proses melamar kerja membutuhkan banyak usaha.
Mulai dari mengisi formulir aplikasi, menulis surat lamaran, hingga membuat CV yang disesuaikan dengan posisi yang dilamar.
Beberapa orang bahkan rela mengeluarkan biaya untuk menyewa jasa profesional dalam menyusun lamaran kerja.
Namun, ketika kandidat melamar ghost jobs, semua usaha tersebut menjadi sia-sia.
Mereka menghabiskan waktu dan sumber daya untuk sesuatu yang pada akhirnya tidak memberikan hasil apa pun.
2. Kehilangan Kesempatan dan Terhambatnya Karier
Ghost jobs dapat membuat pencari kerja kehilangan peluang yang nyata.
Ketika terlalu banyak waktu dan energi terbuang untuk mengejar posisi yang sebenarnya tidak ada, kandidat menjadi tidak fokus pada lowongan lain yang lebih berpotensi.
Kondisi ini juga dapat menghambat perkembangan karier mereka, karena waktu yang seharusnya dimanfaatkan untuk mencari peluang kerja yang lebih baik justru habis untuk posisi yang fiktif.
Baca Juga: Pengangguran Friksional: Penyebab, dan Cara Mengatasi
3. Stres dan Menurunnya Kepercayaan Diri
Melamar kerja sudah cukup melelahkan secara emosional, dan ghost jobs hanya menambah tekanan tersebut.
Ketika kandidat tidak mendapatkan tanggapan atau kepastian, mereka cenderung merasa kecewa, frustasi, dan kehilangan kepercayaan diri.
Harapan palsu yang diberikan oleh ghost jobs sering kali membuat pencari kerja merasa digantung. Mereka menunggu kabar yang tidak pernah datang, yang akhirnya hanya membawa kekecewaan.
4. Ketidakstabilan Finansial
Bagi pencari kerja yang sedang menganggur atau sangat membutuhkan pekerjaan, ghost jobs bisa memperpanjang proses pencarian kerja mereka.
Hal ini membuat mereka semakin tertekan secara finansial, terutama di tengah kebutuhan hidup yang terus meningkat.
Baca Juga: Pahami Arti Confidential Company dalam Lowongan Kerja
Dampak bagi Perusahaan
Selain merugikan job seeker, ghost jobs juga dapat mendatangkan dampak serius bagi perusahaan, seperti:
1. Waktu HR dan Rekrutmen Terbuang
Proses rekrutmen memerlukan waktu dan tenaga yang tidak sedikit, mulai dari menyusun deskripsi pekerjaan hingga meninjau lamaran yang masuk.
Beberapa tahapan yang memakan waktu meliputi:
- Diskusi antara tim rekrutmen dan manajemen untuk menyusun deskripsi pekerjaan.
- Proses mengunggah lowongan kerja ke berbagai platform yang memerlukan waktu cukup lama.
- Screening CV yang membutuhkan waktu sekitar 30-90 detik per dokumen.
- Wawancara awal untuk screening kandidat, yang biasanya memakan waktu 15-30 menit.
Ghost jobs menambah beban administrasi dengan membanjiri tim HR atau rekrutmen dengan lamaran yang tidak relevan.
Waktu yang terbuang ini seharusnya bisa digunakan untuk kebutuhan HR lainnya atau rekrutmen yang benar-benar penting.
2. Merusak Citra Perusahaan
Ketika kandidat melamar pekerjaan tetapi tidak pernah mendapat tanggapan, mereka akan merasa kecewa dan kehilangan kepercayaan pada perusahaan Anda.
Hal ini dapat merusak citra perusahaan sebagai pemberi kerja, sehingga kandidat berkualitas enggan melamar di masa depan.
Selain itu, pengalaman buruk selama proses rekrutmen bisa berdampak pada bisnis.
Kandidat yang merasa kecewa mungkin juga enggan membeli produk atau menggunakan layanan perusahaan Anda.
Baca Juga: Branding Perusahaan: Arti, Manfaat, Hingga Cara Membangunnya
3. Ulasan Negatif di Platform Online
Kandidat yang mengalami pengalaman buruk, seperti melamar posisi yang ternyata tidak nyata, bisa saja membagikan pengalaman mereka di platform seperti Glassdoor atau LinkedIn.
Ulasan negatif ini dapat berdampak besar.
Ketika ulasan buruk tentang perusahaan menyebar, kandidat potensial lainnya akan berpikir dua kali sebelum melamar.
Hal ini tentu merugikan perusahaan, terutama jika kandidat berkualitas memilih untuk menjauh.
4. Menurunkan Semangat Kerja Karyawan
Ghost job juga dapat berdampak negatif pada karyawan yang sudah ada di perusahaan.
Beberapa dampaknya adalah:
- Karyawan merasa tidak dihargai atau khawatir akan posisi mereka ketika perusahaan memposting lowongan palsu untuk “memotivasi” mereka.
- Ketidakpuasan meningkat ketika karyawan melihat lowongan baru dipasang sementara tim mereka sendiri kekurangan sumber daya atau menghadapi pemotongan anggaran.
- Jika karyawan mengetahui bahwa perusahaan memposting ghost jobs, kepercayaan terhadap manajemen bisa runtuh, yang pada akhirnya menurunkan komitmen dan loyalitas mereka.
5. Biaya Rekrutmen yang Meningkat
Citra perusahaan yang rusak akibat ghost jobs dapat meningkatkan biaya rekrutmen.
Perusahaan mungkin perlu menawarkan gaji lebih tinggi atau mengeluarkan lebih banyak anggaran untuk menarik kandidat yang berkualitas.
Selain itu, perusahaan tetap harus membayar biaya langganan platform rekrutmen atau sistem pelacakan pelamar untuk memposting ghost jobs.
Beberapa perusahaan bahkan membayar lebih untuk mempromosikan lowongan palsu guna menarik lebih banyak pelamar.
6. Risiko Hukum dan Kepatuhan
Ghost jobs dapat menimbulkan risiko hukum terkait undang-undang ketenagakerjaan dan praktik perekrutan yang adil.
Baca Juga: Job Board: Pengertian, Manfaat, dan 7 Cara Menggunakannya
Bagaimana Cara Menghindari Ghost Job?
Sebagai job seeker, ada beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk terhindar dari ghost job.
1. Periksa Tanggal Posting Lowongan
Sebelum melamar, selalu cek tanggal posting lowongan.
Lihat di job board, platform media sosial, atau halaman karier perusahaan.
Menurut riset, rata-rata waktu perekrutan adalah sekitar 44 hari.
Jika lowongan sudah lebih dari dua bulan atau memiliki tanggal berbeda di beberapa platform, itu bisa jadi ghost job.
1. Periksa Jenis Pekerjaan
Beberapa pekerjaan, seperti engineering memang membutuhkan waktu lebih lama untuk diisi karena membutuhkan keterampilan yang sangat spesifik dan langka.
Namun, jika Anda melamar posisi yang terlalu umum seperti di bidang digital marketing dan lowongannya sudah dibuka terlalu lama, ini bisa menjadi tanda red flag.
2. Waspadai Posting Berulang
Perhatikan pola di mana perusahaan sering memposting deskripsi pekerjaan yang sama dalam waktu singkat.
Hal ini jadi indikasi ghost job.
3. Cermati Bahasa dalam Deskripsi Pekerjaan
Deskripsi pekerjaan dengan bahasa yang tidak jelas bisa menjadi tanda ghost job.
Oleh karena itu, perhatikan tanda berikut:
- Judul pekerjaan yang tidak spesifik, seperti “marketing specialist.”
- Tugas yang tidak menjelaskan aktivitas sehari-hari, misalnya “bekerja pada berbagai proyek” atau “mendukung pertumbuhan perusahaan.”
- Persyaratan yang tidak menyebutkan keterampilan spesifik, misalnya “mencari seseorang yang proaktif dengan semangat wirausaha.”
4. Riset Perusahaan di Glassdoor dan LinkedIn
Cari ulasan dari kandidat sebelumnya di situs seperti Glassdoor, LinkedIn, atau media sosial perusahaan untuk melihat apakah ada keluhan tentang ghost jobs.
Baca Juga: Manfaat Menggunakan LinkedIn bagi Tim HR dan Pelamar Kerja
Bagaimana Cara Agar Perusahaan Tidak Dikira Memposting Ghost Job?
Bagi perusahaan, juga terdapat beberapa hal yang perlu mereka lakukan agar iklan lowongan pekerja yang dipost tidak dikira ghost job oleh calon pelamar, yaitu:
1. Hapus Lowongan yang Tidak Aktif
Tugaskan tim Anda untuk secara rutin meninjau lowongan pekerjaan perusahaan dan menghapus posisi yang tidak lagi dibuka atau sudah terisi.
Pastikan ini dilakukan di semua platform, termasuk job board, media sosial, dan halaman karier perusahaan.
2. Bersikap Transparan tentang Lowongan
Untuk menghindari menyesatkan kandidat, jelaskan apakah posisi yang tersedia untuk perekrutan segera atau untuk pertimbangan di masa depan.
Contohnya, Deloitte memiliki portal “Future Opportunities” yang memungkinkan kandidat mengirimkan CV mereka untuk ditinjau, meskipun belum ada posisi yang sesuai dengan keterampilan mereka.
Upaya tersebut dapat menjadi cara transparan untuk membangun talent pipeline
3. Hindari Memposting Lowongan Secara Terus-Menerus
Pastikan Anda hanya memposting lowongan ketika sudah mendapatkan persetujuan untuk merekrut, dan segera hapus lowongan setelah posisi tersebut terisi.
Jika Anda memang sering merekrut untuk jenis pekerjaan yang sama seperti software engineer, lakukan perubahan kecil pada job description agar terlihat lebih fresh.
Misalnya, tambahkan informasi tentang departemen yang membutuhkan posisi tersebut.
4. Berikan Deskripsi Pekerjaan yang Jelas
Pastikan semua deskripsi pekerjaan spesifik, jelas, dan berbasis keterampilan, yakni dengan menjelaskan secara detail soft skill dan hard skill yang dibutuhkan.
Informasi yang lengkap tentang tanggung jawab, kualifikasi, dan waktu perekrutan dapat membuat kandidat lebih percaya bahwa posisi tersebut benar-benar ada.
5. Berikan Respons yang Cepat
Sebuah laporan menyebutkan bahwa 81% kandidat menginginkan komunikasi yang berkelanjutan selama proses perekrutan.
Oleh karena itu, pastikan Anda memberikan feedback kepada semua kandidat, termasuk yang tidak lolos.
Jika volume kandidat terlalu banyak, gunakan pesan otomatis melalui applicant tracking system (ATS) untuk menghemat waktu.
Selain itu, jika Anda membatalkan posisi yang dibuka atau menyadari ada kesalahan dalam posting lowongan, komunikasikan secara transparan kepada kandidat agar mereka tidak dibiarkan dalam ketidakpastian.
Baca Juga: 10 Kesalahan Rekrutmen yang Wajib Dihindari dan Solusinya
Bagaimana Cara Membangun Talent Pipeline Tanpa Perlu Lakukan Ghosting?
Dibandingkan menggunakan strategi ghost jobs, ada beberapa cara aman yang bisa Anda lakukan untuk membangun talent pipeline:
1. Gunakan Tes Keterampilan untuk Kandidat
Saat meminta kandidat mengirimkan CV untuk dipertimbangkan di masa depan, ajak mereka untuk mengikuti tes keterampilan singkat.
Anda bisa mewajibkan tes soft skill seperti komunikasi yang relevan untuk berbagai posisi.
Selain itu, tawarkan pilihan tes keterampilan teknis (hard skills) agar kandidat bisa memilih yang paling sesuai dengan keahlian mereka.
Cara ini membantu Anda membangun database kandidat berkualitas untuk kebutuhan di masa depan sekaligus menunjukkan bahwa Anda benar-benar menghargai keterampilan mereka.
Hal ini juga dapat meningkatkan citra perusahaan Anda di mata kandidat.
2. Bangun Program Employee Referral
Ajak karyawan Anda untuk ikut membantu dengan merekomendasikan orang-orang dari jaringan mereka yang cocok untuk posisi terbuka atau sebagai pertimbangan di masa depan.
Dengan employee referral, Anda bisa mendapatkan kandidat yang terampil sekaligus berpotensi cocok dengan budaya perusahaan.
3. Tetap Jalin Hubungan dengan Kandidat Lama
Jangan lupakan kandidat yang pernah mengesankan Anda meskipun mereka tidak lolos seleksi sebelumnya atau menolak tawaran Anda.
Anda bisa tetap terhubung melalui newsletter atau komunikasi lainnya, lalu hubungi mereka jika ada posisi yang sesuai di kemudian hari.
4. Kumpulkan Informasi Pasar Lewat Survei atau Penelitian Eksternal
Cobalah untuk mengirimkan survei kepada database kandidat Anda untuk mengumpulkan informasi seperti keterampilan, gaji, atau hal lainnya.
Berikan insentif berupa uang atau produk gratis agar mereka mau berpartisipasi.
Selain itu, Anda juga bbisa melakukan benchmarking industri untuk mendapatkan wawasan lebih dalam tentang tren perekrutan, ekspektasi gaji, dan sebagainya.
Baca Juga: Benchmarking HR: Arti, Langkah, Cara Mendapatkan Data
Kesimpulan
Berdasarkan artikel di atas, ghost jobs merupakan fenomena yang kerap terjadi dalam proses perkrutan, di mana perusahaan memposting lowongan pekerjaan yang sebenarnya tidak aktif.
Beberapa perusahaan kerap melakukan praktik ini untuk tujuan internal seperti membangun talent pool atau meningkatkan citra perusahaan.
Padahal, ghost job dapat menyebabkan frustasi bagi para job seeker, membuang waktu dan egeri, serta mengurangi kepercayaan terhadap perusahaan.
Kerugian yang dirasakan oleh job seeker tentunya juga akan berimbas kepada perusahaan, seperti menurunkan citra perusahaan dan melahirkan ulasan negatif di platform LinkedIn atau Glassdoor.
Oleh karena itu, untuk menarik talenta terbaik, perusahaan sebaiknya berfokus pada membangun kepercayaan dengan calon karyawan melalui komunikasi yang jelas, jujur, dan profesional.
Selain itu, perusahaan juga dapat mempermudah proses rekrutmen karyawan dengan software HRIS dari GajiHub.
Dengan sistem ini, proses rekrutmen mulai dari onboarding sampai offboarding dapat dilakukan secara optimal dan memudahkan tim HR dalam pembayaran kompensasi dan tunjangan karyawan.
Tertarik mencoba GajiHub? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.
- Superintendent Adalah? Ini Tugas, Skill Penting, dan Gajinya - 30 January 2025
- Ghost Jobs: Arti, Penyebab, Dampak, dan Tips Menghindarinya - 30 January 2025
- Mental Block: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya - 28 January 2025