Pekerjaan Pink Collar: Sejarah, Kerugian, dan Strategi Rekrutmen

pekerjaan pink collar banner

Pekerjaan pink collar sering kali dianggap sebagai pekerjaan yang lebih cocok untuk perempuan. Meskipun banyak orang berpikir bahwa pilihan karier tidak dipengaruhi gender, namun data menunjukkan sebaliknya.

Secara rata-rata, perempuan mengirim hampir 12% lebih banyak lamaran untuk pekerjaan di sektor layanan dibandingkan pria.

Mereka juga mengirim lebih sedikit lamaran untuk pekerjaan di bidang teknik, kerajinan, dan konstruksi dibandingkan dengan pria, meskipun mereka memiliki latar belakang pendidikan dan pengalaman kerja yang serupa.

Fenomena tersebut berdampak pada distribusi tenaga kerja di berbagai industri dan dampaknya tidak selalu menguntungkan kedua gender.

Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas apa itu pekerjaan pink collar, sejarah, contoh, dan strategi rekrutmennya.

Apa yang Dimaksud dengan Pekerjaan Pink Collar?

pekerjaan pink collar 1

Pekerjaan pink collar adalah peran yang secara tradisional dilakukan oleh perempuan dan sering dikaitkan dengan industri seperti kesehatan, pendidikan, ritel, atau perhotelan.

Biasanya, pekerjaan ini melibatkan tugas-tugas yang berhubungan dengan perawatan, sesuatu yang dianggap lebih alami dilakukan oleh perempuan dalam masyarakat kita.

Beberapa karakteristik pekerjaan pink collar termasuk gaji yang lebih rendah, tetapi membutuhkan keterampilan interpersonal, empati, dan kecerdasan emosional.

Meskipun pekerjaan ini tidak terbatas untuk perempuan, peran ini sangat terkait dengan gender perempuan di masyarakat kita.

Pekerjaan pink collar juga sering kali dianggap kurang dihargai meskipun membutuhkan upaya yang besar.

Baca Juga: 8 Peraturan Pekerja Perempuan yang Wajib Perusahaan Taati

Bagaimana Sejarah Pekerjaan Pink Collar?

pekerjaan pink collar 2

Pekerjaan pink collar mungkin merupakan istilah yang lebih baru, namun sebenarnya fenomena ini sudah ada sejak jaman dulu. Berikut ringkasan sejarahnya:

Perang Dunia II

Selama Perang Dunia II, ketika banyak pria bertugas di medan perang, perempuan harus mengambil peran yang berbeda di masyarakat.

Hal ini menjadi perubahan besar karena perempuan mulai bekerja di pabrik, galangan kapal, dan tempat-tempat yang biasanya didominasi oleh pria.

Periode Pasca Perang

Ketika perang berakhir, meskipun ada tekanan bagi perempuan untuk kembali ke norma tradisional, banyak perempuan yang sudah menemukan kemandirian di luar rumah.

Mereka bekerja di bidang kesehatan, pendidikan, ritel, dan lainnya.

Pekerjaan yang Berasarkan Gender

Istilah “pink collar” pertama kali diperkenalkan pada tahun 1970-an untuk menggambarkan semakin banyaknya posisi di industri layanan yang didominasi oleh perempuan.

Pekerjaan ini secara khusus terkait dengan peran pengasuhan yang dianggap cocok untuk sifat perempuan.

Gerakan Feminis

Gerakan Feminis pada tahun 60-an dan 70-an membawa perhatian besar pada diskriminasi gender dan ketidaksetaraan di tempat kerja.

Perempuan mulai memperjuangkan kesetaraan gaji, akses ke posisi yang lebih tinggi, dan pengakuan yang tepat.

Meskipun ada kemajuan, pekerjaan pink collar masih kurang dihargai dan tetap didominasi oleh perempuan.

Tren Kontemporer

Dalam beberapa tahun terakhir, pekerjaan pink collar mengalami pertumbuhan karena beberapa faktor seperti penuaan populasi dan meningkatnya permintaan di industri pendidikan dan kesehatan.

Namun, masalah kesenjangan gaji dan tantangan dalam representasi di posisi kepemimpinan masih menjadi ketidaksetaraan yang dihadapi setiap hari.

Baca Juga: Pentingnya Analisis Kesetaraan Gaji bagi Pekerja dan Perusahaan

Apa yang Membedakan Pekerjaan White, Blue, dan Pink Collar?

pekerjaan pink collar 3

Berikut beberapa hal yang membedakan antara pekerjaan white collar, blue collar, dan pink collar:

1. Pekerjaan White Collar

Pekerjaan white collar biasanya mengacu pada posisi profesional, manajerial, atau administratif.

Pekerjaan ini umumnya membutuhkan pendidikan tinggi, keterampilan khusus, dan pemikiran analisis.

Biasanya dilakukan di kantor dan melibatkan pengambilan keputusan serta keterampilan pemecahan masalah.

Contoh pekerjaan white collar adalah pengacara, dokter, insinyur, akuntan, eksekutif, dan manajer.

Baca Juga: Pekerja Kerah Putih dan Biru: Pengertian, Contoh dan Perbedaannya

2. Pekerjaan Blue Collar

Pekerjaan blue collar melibatkan pekerjaan manual dan biasanya memerlukan keterampilan tertentu di sektor seperti manufaktur, konstruksi, atau perdagangan.

Pekerjaan ini sering kali memerlukan pelatihan langsung, kerja fisik, pengoperasian mesin, atau perbaikan.

Contoh pekerjaan blue collar adalah tukang las, teknisi listrik, tukang kayu, pekerja konstruksi, mekanik, dan pekerja pabrik.

Baca Juga: Blue Collar Crime, Apa itu dan Apa Saja Contohnya?

3. Pekerjaan Pink Collar

Seperti yang telah dibahas, pekerjaan pink collar adalah pekerjaan yang berfokus pada layanan dan secara tradisional dijalani oleh perempuan karena melibatkan aspek perawatan dan perhatian.

Biasanya berada di sektor kesehatan, pendidikan, ritel, atau perhotelan, pekerjaan ini dikaitkan dengan keterampilan seperti empati, komunikasi, dan perhatian terhadap detail.

Contoh pekerjaan pink collar adalah perawat, guru, petugas layanan pelanggan, asisten administrasi, dan staf perhotelan.

Perbandingan Singkat Pekerjaan White, Blue, dan Pink Collar

Karakteristik White Collar Blue Collar Pink Collar
Deskripsi Pekerjaan profesional di kantor Pekerjaan manual atau fisik Pekerjaan layanan yang berfokus pada perawatan
Tempat Kerja Kantor, lingkungan profesional Pabrik, lokasi konstruksi, lapangan Rumah sakit, sekolah, toko, hotel
Contoh Pekerjaan Pengacara, dokter, insinyur, manajer Tukang las, teknisi listrik, tukang kayu Perawat, guru, petugas layanan pelanggan
Keterampilan yang Dibutuhkan Pemecahan masalah, analisis, komunikasi Keterampilan teknis, fisik, keselamatan kerja Empati, komunikasi, kecerdasan emosional
Penghasilan Lebih tinggi, sesuai dengan kualifikasi tinggi Lebih rendah, kecuali keterampilan tinggi Lebih rendah, terkait dengan pekerjaan layanan
Tantangan Stres, tanggung jawab besar, jam kerja panjang Kerja fisik berat, risiko cedera Beban emosional tinggi, kurang dihargai

Baca Juga: Back Office: Jenis, Contoh Pekerjaan, Skill Penting, dan Gajinya

Apa Saja Contoh Pekerjaan Pink Collar?

pekerjaan pink collar 4

Untuk lebih memahami apa saja pekerjaan pink collar dalam masyarakat kita, berikut beberapa contohnya:

1. Perawat

Perawat memberikan perawatan langsung di berbagai fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, klinik, dan panti jompo.

Mereka mengevaluasi kebutuhan pasien, memberikan obat, memantau tanda vital, dan bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya untuk memastikan perawatan yang terbaik bagi pasien.

2. Guru

Guru bekerja di berbagai tingkat pendidikan, mengajar dan mendidik anak-anak dari berbagai kelompok usia.

Mereka membuat rencana pelajaran, menilai perkembangan siswa, memberikan dukungan akademik, serta menciptakan lingkungan belajar yang positif untuk mendukung keberhasilan siswa.

3. Customer Service Representative

Customer service representatif berinteraksi langsung dengan pelanggan untuk menjawab pertanyaan, memberikan solusi atas masalah, menangani keluhan, dan memberikan bantuan terkait produk atau layanan.

Mereka dapat berkomunikasi melalui telepon, email, atau platform obrolan online.

Baca Juga:Jobdesk Customer Service, Gaji, dan Skill yang Dibutuhkan

gajihub 3

4. Asisten Administratif

Asisten administratif mendukung organisasi dengan berbagai tugas, seperti mengatur jadwal pertemuan, mengelola surat-menyurat, menyimpan dokumen, dan mengoordinasikan kegiatan kantor. Mereka sering menjadi kontak pertama bagi klien, pengunjung, dan karyawan.

5. Asisten Penjualan Ritel

Asisten penjualan ritel bekerja di toko atau platform daring, membantu pelanggan dalam memilih produk, menjawab pertanyaan, memproses transaksi, dan mengatur tampilan toko.

Tugas mereka adalah menciptakan pengalaman belanja yang positif bagi pelanggan serta mencapai target penjualan.

6. Resepsionis

Resepsionis bertugas menyambut pengunjung, menjawab panggilan telepon, dan menangani pertanyaan di berbagai tempat, seperti kantor, fasilitas medis, hotel, atau spa.

Baca Juga: Jobdesk Frontliner, Skill Penting, Hingga Jenjang dan Gajinya

Mengapa Pekerjaan Pink Collar Didominasi oleh Perempuan?

pekerjaan pink collar 5

Sejarah menunjukkan bahwa saat perempuan mulai bekerja secara massal, mereka cenderung berhasil di profesi yang sesuai dengan peran mereka di rumah.

Pekerjaan ini sering melibatkan emotional labor atau kemampuan mengelola emosi diri dan orang lain, seperti perawat, pekerja sosial, dan guru.

Profesi seperti ini dianggap sesuai dengan peran alami perempuan sebagai pengasuh.

Namun, alasan pekerjaan pink collar tetap didominasi perempuan hingga kini adalah karena ekspektasi ini masih melekat. Perempuan masih sering diharapkan memprioritaskan pengasuhan anak.

Misalnya, selama pandemi, perempuan dengan anak kecil lebih banyak mempertimbangkan untuk berhenti bekerja daripada laki-laki, dengan perbedaan mencapai 10%.

Ekspektasi ini tidak hanya menimbulkan bias, tetapi juga memengaruhi keterampilan dan minat mereka.

Cara perempuan dibesarkan juga turut berperan. Penelitian menunjukkan orang tua lebih sering berbicara tentang emosi dengan anak perempuan dibandingkan anak laki-laki.

Hal ini bisa membentuk persepsi bahwa perempuan lebih cocok untuk pekerjaan yang “mengasuh,” dan memperbesar kesenjangan gender di dunia kerja.

Meski perempuan sudah mulai memasuki pekerjaan “maskulin,” laki-laki belum banyak memasuki pekerjaan pink collar.

Untuk mengubah keadaan ini, diperlukan perubahan sosial, seperti memperluas peran laki-laki dan merayakan sifat pengasuhan di semua gender.

Selain itu, organisasi juga bisa berperan dengan menarik kandidat dari berbagai identitas gender melalui praktik rekrutmen yang inklusif.

Baca Juga: Tantangan Rekrutmen Tradisional dan Solusinya Terbaiknya

Bagaimana Cara Menarik Kandidat yang Beragam ke Pekerjaan Pink Collar?

kerja 6

Kesetaraan gender di tempat kerja dapat menguntungkan semua pihak. Penelitian Pipeline menunjukkan bahwa peningkatan 10% dalam kesetaraan gender dapat meningkatkan pendapatan perusahaan 1 hingga 2%.

Dengan menciptakan keragaman, perusahaan juga dapat mengurangi angka karyawan yang keluar.

Penelitian menunjukkan keragaman gender yang lebih baik dan kebijakan HR yang inklusif berkontribusi pada retensi karyawan yang lebih tinggi.

Tips terbaik yang perlu Anda lakukan adalah mengurangi bias dan menarik kandidat dari berbagai latar belakang, yang dapat diterapkan tidak hanya untuk pekerjaan pink collar, tetapi juga pada profesi lainnya.

Berikut adalah beberapa cara yang perlu Anda lakukan untuk menarik kandidat beragam:

1. Gunakan Bahasa Netral Gender di Iklan Kerja

Agar iklan kerja lebih inklusif, hindari penggunaan kata-kata yang cenderung terasosiasi dengan satu gender.

  • Ganti kata ganti seperti “dia” dengan “Anda.”
  • Fokus hanya pada keterampilan atau atribut penting untuk pekerjaan tersebut.
  • Cantumkan komitmen perusahaan terhadap keberagaman dan inklusi.

Hindari juga menggunakan istilah pekerjaan seperti “pramugari” atau “pelayan wanita,” dan ganti dengan istilah netral seperti “awak kabin” atau “pelayan.”

Baca Juga: 7 Tips Rekrutmen Industri Hospitality, HRD Wajib Tahu

2. Rekrut Berdasarkan Keterampilan, Bukan Pengalaman

Setelah menarik kandidat yang beragam, proses seleksi harus dilakukan secara adil. Cara terbaik adalah menggunakan tes keterampilan daripada melihat pengalaman kerja dari resume.

Ketergantungan pada pengalaman kerja sering kali membuat sulit bagi orang untuk masuk ke industri baru. Padahal, pengalaman tidak selalu mencerminkan kemampuan yang sebenarnya.

Dengan skill test, Anda bisa langsung mengevaluasi kemampuan kandidat yang relevan dengan pekerjaan. Misalnya, untuk posisi perawat, keterampilan yang diuji bisa berupa:

Penelitian bahkan menunjukkan bahwa tes keterampilan 10 kali lebih efektif dalam memprediksi kinerja kerja dibandingkan dengan pengalaman kerja.

3. Gunakan Wawancara Terstruktur

Pendekatan wawancara yang terstruktur sangat membantu mengurangi bias selama proses perekrutan.

Dalam wawancara tradisional, pertanyaan sering kali berbeda untuk setiap kandidat atau tidak selalu relevan dengan pekerjaan.

Hal tersebut dapat menimbulkan interviewer bias. Sebaliknya, wawancara terstruktur memastikan semua kandidat:

  • Mendapat pertanyaan yang sama.
  • Ditanya dalam urutan yang sama.
  • Dinilai berdasarkan kriteria yang sudah disepakati sebelumnya.

Cara ini membantu Anda mendapatkan data yang setara dari semua kandidat, sehingga peluang menjadi lebih adil untuk semua, terutama di pekerjaan yang biasanya didominasi oleh satu gender.

Baca Juga: 28 Tanda Red Flag Interview, HRD Wajib Tahu

4. Cari Kandidat yang Bisa Menambah Nilai Budaya

Alih-alih mencari kandidat yang “cocok dengan budaya” perusahaan, fokuslah pada kandidat yang bisa membawa perspektif baru.

Anda bisa menilai ini dengan mengajukan pertanyaan seperti, “Seberapa penting empati dalam bekerja dalam tim?”

Pendekatan ini akan membantu menciptakan tim yang lebih inklusif dan mendukung keberagaman dalam perusahaan.

5. Dorong Mobilitas Internal dengan Pembelajaran Berbasis Keterampilan

Untuk meningkatkan peluang pengembangan karyawan pink collar, catat hasil tes keterampilan mereka.

Data ini bisa digunakan untuk membantu mereka menemukan peluang karir baru di dalam perusahaan, sehingga mereka merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk berkembang.

6. Ciptakan Lingkungan Kerja yang Aman Secara Psikologis

Pastikan karyawan pink collar memiliki saluran yang nyaman untuk menyampaikan keluhan atau memberikan masukan. Hal ini bisa berupa diskusi pribadi, survei anonim, atau sistem pelaporan yang terpercaya.

Lingkungan kerja yang aman secara psikologis akan membuat mereka merasa didukung dan dihargai.

Dengan menerapkan langkah-langkah ini, perusahaan dapat menciptakan proses perekrutan yang lebih inklusif sekaligus membangun lingkungan kerja yang mendukung keberagaman gender.

Keberagaman ini bukan hanya meningkatkan kinerja tim tetapi juga menciptakan manfaat jangka panjang bagi organisasi.

Baca Juga: 8 Cara Menciptakan Psychological Safety di Tempat Kerja

Apa Saja Keuntungan Pekerjaan Pink Collar?

kerja 7

Meskipun setiap profesi seharusnya tidak dibatasi oleh gender, namun pekerjaan pink collar tetap memiliki beberapa keuntungan tertentu:

1. Pekerjaan yang Memuaskan

Banyak pekerjaan berkerah merah muda seperti di bidang kesehatan, pendidikan, layanan pelanggan, atau administrasi berfokus pada membantu orang lain.

Hal ini memberikan rasa tujuan dan kepuasan yang bisa meningkatkan kebahagiaan dalam bekerja.

2. Stabilitas Pekerjaan

Industri seperti kesehatan, pendidikan, dan beberapa sektor jasa biasanya tidak terlalu terpengaruh oleh kondisi ekonomi. Ini membuat pekerjaan di sektor ini cenderung lebih aman dan stabil.

3. Fleksibilitas

Beberapa pekerjaan berkerah merah muda menawarkan jadwal kerja yang fleksibel.

Misalnya, perawat bisa memilih jam kerja tertentu, dan asisten administratif kadang bisa bekerja dari rumah atau dengan jam kerja fleksibel.

4. Peluang Karier Beragam

Pekerjaan ini mencakup banyak bidang, sehingga memungkinkan pekerja mengeksplorasi berbagai jalur karier sesuai minat dan bakat mereka.

5. Lingkungan Kerja yang Mendukung

Karena sifat pekerjaan yang sering melibatkan empati, pekerjaan ini cenderung memiliki suasana kerja yang hangat dan mendukung, menciptakan hubungan profesional yang baik dan rasa kebersamaan.

6. Mengasah Keterampilan Komunikasi

Pekerjaan ini membutuhkan keterampilan interpersonal yang kuat, yang tidak hanya bermanfaat untuk pekerjaan, tetapi juga kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Cuti Melahirkan bagi Suami dalam UU KIA 2024

Apa Saja Kerugian dari Pekerjaan Pink Collar?

kerja 8

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa pekerjaan pink collar juga menimbulkan hal negatif tertentu, seperti:

1. Gaji Rendah

Salah satu kelemahan pekerja pink collar adalah gaji yang cenderung lebih rendah dibandingkan jenis pekerjaan lain, meskipun perannya sangat penting dan sering kali menuntut banyak tenaga.

2. Peluang Karier yang Terbatas

Meski ada beberapa jenjang karir, sebagian pekerjaan di sektor ini memiliki peluang promosi yang terbatas.

Hal ini bisa disebabkan oleh kurangnya dukungan pendidikan atau struktur di industri tersebut.

3. Beban Emosional

Pekerjaan ini sering kali melibatkan beban emosional yang besar, seperti memberikan dukungan dan empati kepada orang lain.

Beban ini sering tidak sebanding dengan penghargaan yang diterima, sehingga bisa menyebabkan kelelahan emosional.

4. Beban Kerja Tinggi

Bidang seperti kesehatan dan pendidikan sering menuntut jam kerja yang panjang, tugas yang banyak, dan jadwal yang padat.

Tekanan ini bisa menyebabkan stres dan menurunkan kepuasan kerja.

Baca Juga: Analisis Beban Kerja: Pengertian dan Cara Manajemennya

5. Stereotip Gender

Pekerjaan ini sering diasosiasikan dengan perempuan, sehingga muncul stereotip dan bias gender di tempat kerja.

Pria yang bekerja di bidang ini juga sering menghadapi stigma atau diskriminasi karena melawan norma tradisional.

6. Benefit yang Terbatas

Beberapa pekerja di sektor ini mungkin tidak mendapatkan manfaat seperti asuransi kesehatan, rencana pensiun, atau cuti berbayar, yang bisa meningkatkan risiko keuangan mereka.

Baca Juga: Pahami Aturan Pekerja Disabilitas yang Wajib Ditaati Perusahaan

Kesimpulan

Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami bahwa pekejerana pink collar merupakan pekerjaan yang secara tradisional dianggap cocok untuk perempuan.

Pekerjaan ini biasanya melibatkan pelayanan dan perawatan di sektor seperti kesehatan, pendidikan, dan ritel.

Faktor budaya dan ekspektasi gender menjadi alasan pekerjaan ini lebih banyak diisi perempuan, padahal pekerjaan seharusnya tidak didasarkan pada gender tertentu.

Untuk menarik kandidat beragam ke pekerjaan pink collar, perusahaan perlu menggunakan bahasa netral gender, fokus pada keterampilan daripada pengalaman, serta menciptakan lingkungan kerja yang inklusif dan mendukung.

Selain itu, perusahaan juga dapat menggunakan sistem HRIS dari GajiHub. Sistem ini memudahkan proses onboarding sampai offboarding, terutama dalam pembayaran bonus, tunjangan, dan kompensasi lainnya.

Dengan otomatisasi tersebut, tim HR juga dapat lebih berfokus pada pengembangan strategi rekrutmen yang lebih inklusif.

Tertarik mencoba GajiHub? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.

Amelia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *