Sabbatical Leave: Pengertian, Manfaat, Tantangan, hingga Aturannya di Indonesia

sabbatical leave banner

Setiap karyawan tentunya pernah merasa lelah dan jenuh yang membuat produktivitas mereka terganggu. Untuk mengatasinya, beberapa perusahaan menerapkan kebijakan sabbatical leave. Saat mengambil cuti ini, karyawan dapat beristirahat, mengksplorasi minat pribadi, ataupun mengikuti pelatihan.

Pada artikel kali ini, Gajihub akan membahas tentang apa itu sabbatical leave, manfaat, aturannya di Indonesia, hingga tantangannya.

Apa yang Dimaksud dengan Sabbatical Leave?

Sabbatical leave dapat diartikan sebagai “cuti panjang” di mana karyawan dapat mengejar minat mereka, seperti berpergian, menjadi relawan, beristirahat, atau melakukan kegiatan lainnnya. Meskipun selama sabbatical leave karyawan tersebut tidak bekerja, namun mereka tetap berstatus karyawan aktif.

Praktik ini umumnya terjadi di lembaga pendidikan. Misalnya, seorang profesor yang ingin mengajar di luar negeri atau melakukan riset dapat mengambil sabbatical leave selama satu hingga dua semester.

Selain itu, cuti panjang ini juga ditawarkan oleh beberapa perusahaan sebagai benefit karyawan. Hanya saja biasanya cuti diberikan kepada karyawan yang telah bekerja selama beberapa tahun, umumnya lebih dari lima tahun.

Perlu Anda ketahui, bahwa sabbatical leave terpisah dari jenis cuti lainnya. Dengan kata lain, sebagai karyawan Anda tetap berhak mendapatkan cuti tahunan ditambah cuti sabbatikal setelah bekerja selama lima tahun atau lebih.

Baca Juga: Pengertian Cuti Alasan Penting Ini Wajib Dipahami Karyawan

Manfaat Sabbatical Leave 

Program sabbatical leave memiliki beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh karyawan dan perusahaan. Berikut penjelasannya.

1. Karyawan kembali dengan semangat baru

Setelah bekerja dengan rutinitas yang sama setiap hari, karyawan sering mengalami kelelahan dan kehilangan semangat untuk bekerja. Oleh karena itu, liburan yang panjang merupakan cara terbaik bagi karyawan untuk beristirahat dan kembali bekerja dengan membawa semangat baru.

2. Karyawan lebih fokus pada tujuan pribadi

Manfaat selanjutnya adalah karyawan dapat lebih fokus pada tujuan pribadi mereka. Selama masa sabbatical leave, tentunya mereka berkesempatan untuk menemukan kembali minat mereka, menjelajahi ide-ide baru, berpergian, mengurus keluarga, dan masih banyak lagi.

3. Karyawan memiliki kesempatan berkembang

Ketika karyawan yang lebih berpengalaman mengambil cuti panjang, maka anggota tim lain harus mengambil alih pekerjaan karyawan tersebut. Hal ini dapat menjadi kesempatan bagus bagi karyawan lain untuk mengembangkan keterampilan mereka.

4. Mempertahankan karyawan

Saat ini, banyak karyawan sering berpindah-pindah pekerjaan atau biasa disebut dengan “kutu loncat“. Umumnya mereka hanya bekerja satu hingga dua tahun di suatu perusahaan. Untuk mencegah hal ini terjadi, perusahaan menerapkan program sabbatical leave agar karyawan dapat bekerja dalam jangka waktu yang lebih lama.

5. Menunjukkan kepedulian perusahaan

Seiring berkembangnya zaman, karyawan semakin memahami work life balance, sehingga mereka ingin bekerja di perusahaan yang dapat menjaga keseimbangaan pekerjaan dan kehidupan pribadi.

Oleh karena itu, perusahaan memberikan benefit berupa cuti sabbatikal sebagai bentuk kepedulian mereka terhadap para karyawan.

Meskipun banyak berusahaan yang menolak ide sabbatical leave, namun fasilitas ini memberikan manfaat besar bagi karyawan dan perusahaan. Bahkan menjadi salah satu cara terbaik untuk menarik bakat potensial dan mempertahankan karyawan.

gajihub 5

Baca Juga: 7 Jenis Cuti Karyawan Menurut Undang-Undang Terbaru

Berapa Lama Sabbatical Leave? 

Setiap lembaga memiliki durasi sabbatical leave yang berbeda-beda. Beberapa universitas mungkin akan memberikan cuti ini selama enam bulan hingga satu tahun.

Sementara perusahaan swasta mungkin menawarkan cuti sabbatikal selama satu hingga beberapa bulan tergantung kebijakan mereka dan berapa lama karyawan tersebut sudah bekerja.

Contohnya, perusahaan Adobe menawarkan cuti empat minggu bagi karyawan yang telah bekerja selama setidaknya lima tahun, dan lima minggu bagi karyawan yang telah bekerja selama 10 tahun.

Baca Juga: Apa Itu Abseenteism? Simak Arti, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya Berikut Ini

Apakah Sabbatical Leave Tetap Dibayar?

Sama seperti durasinya, aturan pembayaran gaji sabbatical leave juga tergantung dari kebijakan masing-masing perusahaan. Ada perusahaan yang membayar dengan gaji penuh atau sebagian, ada juga yang tidak sama sekali memberikan gaji selama cuti panjang tersebut.

Berikut perbedaan paid sabbatical dan unpaid sabbatical:

Paid sabbatical

Biasanya, cuti sabatikal dianggap sebagai cuti yang dibayar, tetapi keputusan ini tergantung pada perusahaan. Beberapa perusahaan mungkin hanya membayar sebagian dari gaji karyawan selama cuti sabatikal.

Paid sabbatical umumnya diperuntukkan bagi karyawan yang sudah cukup lama bekerja di perusahaan. Meskipun demikian, beberapa perusahaan hanya memberikan paid sabbatical untuk alasan profesional, seperti untuk mendapatkan gelar atau sertifikasi, bukan untuk liburan pribadi.

Unpaid sabbatical 

Unpaid sabbatical artinya karyawan tidak akan menerima gaji selama cuti mereka.  Kebijakan cuti ini umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti lama cuti, alasan cuti, dan berapa lama karyawan telah bekerja di perusahaan.

Misalnya, karyawan harus bekerja selama lima tahun terlebih dahulu untuk mendapatkan paid sabbatical, sementara bagi yang kurang dari itu tetap bisa mengambil cuti ini namun tidak memperoleh gaji.

sabbatical leave

Baca Juga: UU Ketenagakerjaan Terbaru, Ketahui Poin-Poin Pentingnya

Sistem Sabbatical Leave 

Untuk memperoleh cuti panjang ini, karyawan harus mengajukan pada beberapa bulan sebelumnya. Apabila karyawan tersebut telah memenuhi persyaratan yang ditentukan, maka perusahaan akan mempertimbangkan untuk menyetujuinya.

Kemudian, perusahaan juga perlu melakukan pengaturan untuk menggantikan karyawan tersebut selama mereka dalam masa sabbatical leave atau membagi tugas mereka kepada karyawan lain.

Selain aturan di atas, biasanya memiliki aturan khusus mengenai cuti sabatikal. Misalnya, karyawan mungkin menggunakan cuti ini dalam jangka waktu tertentu setelah memenuhi syarat, atau mereka akan kehilangan kesempatan tersebut.

Selain itu, karyawan yang melakukan cuti sabatikal, perlu berjanji untuk tetap bekerja di perusahaan mereka setidaknya dalam jangka wakttu tertentu setelah kembali.

Selama masa cuti, karyawan tetap  berstatus aktif, sehingga mereka tetap terikat dengan kebijakan perusahaan, termasuk pelecehan, kerahasiaan, perlindungan data, dan sebagainya.

Baca Juga: HR Digital: Arti, Manfaat, Tahap, dan Langkah Implementasinya

Langkah Membuat Kebijakan Sabbatical Leave

Berikut poin-poin penting yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan kebijakan cuti sabbatikal:

1. Tentukan tujuan dan manfaat

Identifikasi alasan di balik kebijakan sabbatical leave. Apakah tujuannya untuk mendorong perkembangan pribadi, meningkatkan kesejahteraan, atau memfasilitasi penelitian dan minat karyawan?

Selain itu, Anda juga perlu menentukan manfaat yang diharapkan dari kebijakan ini, seperti peningkatan produktivitas dan pengetahuan, atau sebagai upaya penerapan work life balance.

2. Definisikan sabbatical leave

Berikan definisi yang jelas tentang apa itu sabbatical leave dalam konteks perusahaan Anda. Jelaskan bahwa ini adalah periode waktu di mana karyawan diberi izin untuk mengambil istirahat dari pekerjaan rutin mereka untuk tujuan tertentu.

3. Tentukan syarat untuk mendapatkan cuti sabbatikal

Tentukan syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh karyawan untuk memenuhi syarat mendapatkan cuti panjang ini, seperti masa kerja minimum, kinerja yang baik, atau persetujuan manajerial. Selain itu, sesuaikan syarat ini dengan kebijakan dan kebutuhan organisasi Anda.

4. Susun prosedur permohonan

Susun pedoman yang jelas tentang bagaimana karyawan dapat mengajukan permohonan cuti sabatikal. Tentukan format dan prosedur pengajuan permohonan, seperti apakah harus melalui formulir tertulis atau proses pengajuan daring. Anda juga perlu menentukan batas waktu pengajuan permohonan.

5. Evaluasi dan keputusan

Tetapkan kriteria evaluasi yang jelas untuk permohonan sabbatical leave, seperti dampak terhadap tim atau proyek, rencana aktivitas selama cuti, dan manfaat yang diharapkan.

Kemudian, lakukan evaluasi dengan melibatkan manajemen atau divisi yang bertanggung jawab. Pastikan keputusan akhir disampaikan secara tertulis kepada karyawan bersangkutan, dengan penjelasan mengenai apakah permohonan mereka disetujui atau ditolak.

6. Kewajiban dan konsekuensi

Jelaskan kewajiban karyawan selama sabbatical leave, seperti mematuhi peraturan perusahaan, bersedia untuk tetap berkomunikasi dengan pihak kantor saat dibutuhkan, dan sebagainya.

Sampaikan juga konsekuensi pelanggaran kewajiban tersebut, seperti penundaan atau pembatalan cuti, atau tindakan disipliner yang sesuai.

7. Aspek pembayaran, manfaat, dan kontrak

Jelaskan bagaimana pembayaran akan diatur selama cuti sabatikal. Apakah karyawan akan menerima gaji penuh, gaji sebagian, atau tidak ada gaji sama sekali.
Jelaskan dampak terhadap manfaat seperti asuransi kesehatan atau pensiun selama cuti.

Selain itu, Anda juga perlu menjelaskan konsekuensi terkait kontrak kerja, seperti pengaruh terhadap masa kerja atau kenaikan pangkat setelah karyawan kembali.

Selanjutnya, pastikan kebijakan tersebut telah ditinjau dan disetujui oleh pihak perusahaan sebelum diterapkan. Tentunya Anda juga perlu menginformasikan kebijakan ini dengan jelas kepada semua karyawan.

Aturan Sabbatical Leave di Indonesia

Meskipun masih terdengar asing, Indonesia sebenarnya sudah memiliki aturan tentang cuti panjang yang juga dikenal sebagai sabbatical leave. Hal ini diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan Nomor 13 Tahun 2003.

Aturan tersebut menyatakan bahwa perusahaan memberikan waktu istirahat atau cuti kepada karyawan selama minimal 2 bulan, dan diberikan kepada karyawan yang telah bekerja 7 atau 8 tahun dengan durasi 1 bulan setiap tahunnya.

Namun, meskipun sudah ada aturan ini dalam undang-undang, hak cuti panjang ini tidak berlaku secara universal di Indonesia. Hal ini dikarenakan adanya peraturan Kepmenaker/51/2004 yang mengatur pemberian cuti panjang.

Hanya perusahaan-perusahaan yang sebelumnya telah menerapkan kebijakan cuti panjang sebelum peraturan Kepmenaker 51/2004 ditetapkan yang wajib memberikan cuti panjang atau sabbatical. Untuk perusahaan lainnya, keputusan mengenai cuti besar ini ditentukan oleh pihak perusahaan itu sendiri.

gajihub 2

Baca Juga: Mengetahui Aturan Cuti Menikah yang Berlaku di Indonesia

Tantangan Sabbatical Leave 

Meksipun memiliki banyak manfaat, namun ada beberapa tantangan yang perlu Anda pertimbangkan saat menerapkan kebijakan sabbatical leave.  Berikut beberapa di antaranya:

1. Dampak pada kinerja tim

Saat ada seorang karyawan yang mengambil cuti tim, hal tersebut mungkin akan mempengaruhi kinerja tim. Ini bisa terjadi karena tim harus bertanggung jawab terhadap tugas dari karyawan yang cuti tersebut. Oleh karena itu, cuti sabatikal memerlukan perencanaan yang matang agar pekerjaan tetap berjalan lancar.

2. Masalah keuangan

Jika perusahaan Anda menawarkan paid sabbatical, maka Anda perlu mempertimbangkan beban keuangan yang akan ditanggung perusahaan. Sementara jika menerapkan unpaid sabbatical, Anda juga perlu mempertimbangkan biaya terkait mencari atau melatih pengganti dari karyawan yang sedang cuti.

3. Kehilangan karyawan

Setelah memberikan waktu istirahat yang panjang kepada karyawan, terdapat kemungkinan karyawan tersebut tidak kembali lagi ke kantor. Untuk mengatasi hal ini, Anda perlu mencari cara mendorong karyawan agar tetap mau bekerja.

4. Konsistensi dalam penerapan kebijakan

Persyaratan yang diterapkan untuk sabbatical leave harus berlaku secara konsisten dan adil, misalnya dengan tidak membedakan apakah karyawan tersebut mengambil cuti melahirkan atau cuti sakit karena kondisi kesehatan jangka panjang.

Dengan kebijakan yang adil dan konsisten, semua karyawan tidak akan merasa terdiskriminasi.

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa sabbatical leave memberikan manfaat bagi karyawan dan perusahaan. Karyawan dapat kembali dengan semangat baru, fokus pada tujuan pribadi, dan mengembangkan keterampilan.

Untuk mempermudah dalam pengelolaan cuti karyawan, Anda dapat mengandalkan Gajihub, sebuah software payroll dan HR. Dengan Gajihub, Anda dapat dengan mudah melacak serta mengelola saldo cuti karyawan, membuat kebijakan cuti khusus, dan berbagai urusan administrasi karyawan lainnya.

Ccoba gratis selama 14 hari melalui tautan ini dan rasakan kemudahan dan efisiensi dalam mengelola administrasi karyawan.

 

 

3 thoughts on “Sabbatical Leave: Pengertian, Manfaat, Tantangan, hingga Aturannya di Indonesia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *