Di dunia kerja, ada banyak jenis profesi dengan tanggung jawab dan lingkungan kerja yang berbeda-beda.
Sebagian besar mungkin sudah familiar dengan pekerjaan kantoran atau yang disebut sebagai white collar.
Namun, selain pekerja kantoran juga terdapat jenis pekerjaan lain yang tak kalah penting dan justru menjadi penggerak berbagai sektor industri, yaitu yang disebut dengan blue collar.
Istilah blue collar merujuk pada jenis pekerjaan yang lebih banyak melibatkan pekerjaan fisik atau keahlian teknis tertentu.
Biasanya, pekerjaan ini dilakukan di lapangan, tidak seperti pekerja kantoran.
Dengan memahami lebih jauh tentang apa itu pekerjaan blue collar dan pilihan karier yang tersedia, Anda bisa mempertimbangkan apakah jenis pekerjaan ini cocok untuk Anda.
Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas apa itu blue collar, asal-usul, skill yang dibutuhkan, serta pilihan karier yang tersedia.
Apa yang Disebut dengan Blue Collar?

Blue collar adalah jenis pekerjaan yang mengandalkan tenaga fisik atau keahlian tertentu, biasanya pada bidang teknis.
Pekerjaan ini sering ditemukan di berbagai industri seperti manufaktur, konstruksi, atau pertambangan dan umumnya berada di bawah pengawasan serikat pekerja.
Pekerja blue collar biasanya bekerja di luar ruangan atau menggunakan alat dan mesin berat, serta dibayar berdasarkan jam kerja atau jumlah pekerjaan yang diselesaikan.
Sebutan ini berasal dari pakaian kerja yang biasa dikenakan para pekerja saat itu, seperti kemeja denim biru, celana jeans, overalls, atau wearpack.
Dari segi pendidikan, pekerjaan blue collar tidak selalu mensyaratkan gelar pendidikan tinggi.
Banyak orang yang memulai karier ini setelah lulus SMA, kemudian belajar langsung di lapangan melalui pelatihan kerja atau magang.
Karena pekerjaan blue collar lebih mengandalkan keterampilan praktik dibandingkan teori akademis, maka pekerjaan ini sangat membutuhkan pengalaman langsung di lapangan.
Beberapa contoh industri yang biasanya mempekerjakan pekerja blue collar antara lain:
- Industri manufaktur
- Minyak dan gas
- Konstruksi
- Pertambangan
- Perawatan dan pemeliharaan fasilitas atau mesin
Baca Juga: Pengertian Profesi, Ciri-Ciri, dan Bedanya dengan Pekerjaan
Bagaimana Asal-Usul Blue Collar?

Pekerjaan blue collar pertama kali berkembang pada masa Revolusi Industri di akhir abad ke-18.
Saat itu, banyak negara mulai beralih dari ekonomi berbasis pertanian ke ekonomi berbasis industri.
Perubahan ini menciptakan banyak peluang kerja baru, terutama di pabrik-pabrik yang memproduksi barang dalam jumlah besar.
Oleh karena itu, dibutuhkan banyak tenaga kerja yang bisa mengoperasikan mesin dan menangani bahan mentah.
Memasuki abad ke-19, pekerjaan blue collar menjadi sangat penting di bidang manufaktur, pertambangan, konstruksi, dan transportasi.
Pekerjaan inilah yang kemudian menjadi tulang punggung kemajuan ekonomi dan pertumbuhan kota-kota industri.
Di Amerika Serikat, kota-kota seperti Detroit, Pittsburgh, dan Chicago tumbuh menjadi pusat pekerja blue collar.
Pada pertengahan abad ke-20, jutaan orang bekerja di industri manufaktur.
Bahkan, menurut data dari Bureau of Labor Statistics, sekitar 55% tenaga kerja di AS saat itu berasal dari sektor blue collar.
Pekerjaan ini memberikan penghasilan yang cukup stabil dan membuka jalan bagi keluarga kelas pekerja dan para imigran untuk meningkatkan taraf hidup mereka.
Serikat pekerja juga punya peran besar dalam memperjuangkan hak-hak pekerja blue collar.
Mereka mendorong adanya upah yang layak, jam kerja yang manusiawi, serta tunjangan seperti asuransi kesehatan dan dana pensiun.
Perjuangan ini mendorong lahirnya berbagai perlindungan hukum, termasuk Fair Labor Standards Act/FLSA tahun 1938.
Undang-undang ini menetapkan standar penting seperti upah minimum, aturan jam lembur, dan larangan pekerja anak.
Berkat perlindungan hukum dan peran serikat pekerja, kualitas hidup para pekerja blue collar pun meningkat.
Meskipun pekerjaan ini kini mulai berubah karena kemajuan teknologi dan otomatisasi, perannya tetap penting dalam mendukung perekonomian dan dunia kerja hingga saat ini.
Baca Juga: Blue Collar Crime, Apa itu dan Apa Saja Contohnya?
Apa Saja Contoh Pekerjaan Blue Collar?

Pekerjaan blue collar ada di berbagai bidang dan biasanya menuntut keterampilan praktis serta pekerja fisik di lapangan.
Setiap jenis pekerjaan memiliki tantangan dan lingkungan kerja yang berbeda-beda.
Berikut ini beberapa contoh pekerjaan blue collar yang umum ditemui:
1. Pekerja konstruksi
Pekerja konstruksi bertugas membangun, memperbaiki, dan merawat bangunan seperti rumah, gedung, hingga jalan.
Pekerjaan ini membutuhkan tenaga fisik yang kuat dan keterampilan dalam menggunakan berbagai alat serta mesin berat.
2. Teknisi listrik
Profesi ini bertanggung jawab dalam memasang, memperbaiki, dan merawat sistem kelistrikan di rumah, gedung, atau kawasan industri.
Teknisi listrik memerlukan pelatihan khusus dan wajib mematuhi standar keselamatan kerja yang ketat.
Baca Juga: Contoh Job Deskripsi Teknisi, Skill Penting, dan Kualifikasi
3. Teknisi ledeng
Menangani instalasi dan perawatan sistem perpipaan, saluran air bersih maupun pembuangan merupakan tanggung jawab tukang ledeng.
Mereka memperbaiki dan memasang pipa, saluran air, serta peralatan sanitasi lainnya.
4. Montir
Montir bertanggung jawab untuk emeriksa dan memperbaiki kendaraan, mesin, atau peralatan industri.
Mereka bekerja dengan mengandalkan keterampilan teknis serta pengetahuan tentang mesin tertentu.
5. Pekerja pabrik
Pekerja pabrik bertugas di lini produksi untuk merakit, mengemas, atau memeriksa kualitas produk.
Mereka biasanya menggunakan mesin atau bekerja di jalur perakitan sesuai standar produksi.
Baca Juga: Jobdesk Teknisi Pabrik, Skill Penting, Hingga Kisaran Gajinya
Apa Saja Skill Penting yang Dibutuhkan Pekerja Blue Collar?

Berikut adalah beberapa keterampilan penting yang dibutuhkan oleh pekerja kerah biru:
1. Keterampilan Mekanis
Pekerja lapangan sering berurusan langsung dengan mesin untuk memproduksi barang atau membantu pelanggan.
Oleh karena itu, memahami cara kerja mesin dan mengetahui cara memperbaikinya termasuk keterampilan penting.
Misalnya, kemampuan memperbaiki mesin bor di kilang minyak bisa membantu proses pengeboran berjalan lancar dan tepat waktu.
2. Keterampilan Teknis
Saat ini, tak sedikit pekerjaan lapangan yang melibatkan teknologi komputer.
Misalnya, menggunakan sistem komputer untuk menerima instruksi kerja, memantau proses produksi, atau memperbaiki sistem yang bermasalah.
Kemampuan ini membantu menjaga kelancaran operasional di berbagai sektor industri.
3. Kemampuan Memecahkan Masalah
Di lapangan, berbagai masalah bisa terjadi. mulai dari cuaca yang tidak mendukung, kekurangan staf, hingga mesin yang rusak.
Pekerja yang berpikir dengan cepat akan lebih mudah untuk bertahan dan berkembang di dunia kerja.
4. Kekuatan dan Ketahanan Fisik
Banyak pekerjaan lapangan membutuhkan tenaga fisik, seperti mengangkat barang berat, bekerja berdiri dalam waktu lama, atau melakukan aktivitas yang membutuhkan koordinasi mata dan tangan.
Dengan menjaga kondisi fisik, pekerja blue collar akan sangat membantu dalam menjalankan tugas-tugas tersebut dengan nyaman dan aman.
5. Kesiapan Belajar dan Berlatih
Sebagaian besar keterampilan pekerja kerah biru didapat dari pelatihan langsung atau magang.
Oleh karena itu, dibutuhkan kemauan belajar dan sikap terbuka terhadap pengalaman baru.
Baca Jug: Bagaimana Cara Menilai Technical Skill Kandidat?
Apa Saja Perbedaan antara Blue Collar dan White Collar?

Pekerjaan blue-collar dan white collar memiliki banyak perbedaan.
Selain mengenai pekerjaan yang dilakukan, kedua jenis pekerjaan ini juga memiliki perbedaan cara rekrutmen, pelatihan, lingkungan kerja, sampai work life balance.
Berikut penjelasan lengkapnya:
1. Keterampilan dan Pelatihan
Blue Collar
Pekerjaan ini lebih berfokus pada keterampilan praktik dan teknis yang didapat melalui pelatihan langsung, program internship dan program apprenticeship atau sekolah kejuruan.
Banyak pekerja belajar dari pengalaman kerja langsung atau bimbingan profesional berpengalaman, seperti dalam program sertifikasi untuk teknisi listrik.
Pekerjaan kerah biru biasanya tidak terlalu mengutamakan pendidikan formal, namun dibutuhkan pengalaman nyata untuk bisa berkembang.
White Collar
Sebaliknya, pekerjaan white collar sering kali mensyaratkan pendidikan tinggi, seperti gelar sarjana atau sertifikasi khusus di bidang tertentu.
Karyawan biasanya mengembangkan kemampuan analisis, problem solving, dan pengetahuan di bidang seperti keuangan, pemasaran, atau hukum.
Selain itu, mereka juga perlu terus mengikuti perkembangan industri, misalnya dengan belajar software baru atau memahami regulasi terbaru.
Baca Juga: On the Job Training: Arti, Manfaat, Kekurangan, dan Tips Terbaiknya
2. Gaji dan Tunjangan
Blue Collar
Pekerja kerah biru mayoritas bekerja dengan upah per jam, sehingga pendapatan bisa meningkat jika bekerja lembur.
Bagi banyak pekerja, lembur menjadi bagian besar dari penghasilan bulanan.
Jika pekerja tergabung dalam serikat, mereka juga bisa mendapat manfaat tambahan seperti asuransi kesehatan, pensiun, dan cuti berbayar.
White Collar
Biasanya menerima gaji tetap setiap bulan, terlepas dari jumlah jam kerja.
Pekerjaan ini sering disertai dengan tunjangan seperti asuransi, dana pensiun, dan cuti berbayar.
Di lingkungan korporat, bisa juga ada tambahan berupa bonus tahunan atau saham perusahaan.
Baca Juga: Pekerja Kerah Putih dan Biru: Pengertian, Contoh dan Perbedaannya
3. Lingkungan Kerja
Blue-Collar
Lingkungan kerja pekerja kerah biru lebih bersifat fisik dan lapangan, seperti pabrik, gudang, proyek konstruksi, atau bengkel.
Jenis pekerjaan ini bisa cukup berat secara fisik dan seringkali memerlukan alat pelindung diri atau seragam khusus.
Cuaca dan musim juga bisa memengaruhi kondisi kerja.
White-Collar
Sementara white collar bekerja di kantor atau lingkungan dalam ruangan yang stabil dan nyaman.
Tugasnya biasanya melibatkan penggunaan komputer, menghadiri rapat, dan pengolahan data.
Walaupun tidak menuntut fisik, pekerjaan ini menuntut konsentrasi tinggi dan kemampuan mengelola stres.
Baca Juga: Manajemen Stres Kerja: Pengertian, Teknik, dan Cara Mengatasi

4. Proses Rekrutmen
Blue Collar
Rekruter lebih fokus pada keahlian teknis dan pengalaman langsung.
Oleh karena itu, wawancara cenderung bersifat sederhana dan bisa mencakup tes kemampuan fisik atau keterampilan spesifik, misalnya mengoperasikan mesin.
White Collar
Rekrutmen cenderung lebih kompleks dan seringkali melibatkan beberapa tahap seperti wawancara, tes keterampilan, hingga asesmen psikologi.
Fokus utama ada pada pendidikan, pengalaman profesional, serta soft skill seperti komunikasi, kolaborasi, dan kemampuan berpikir kritis.
5. Pola Kerja dan Work-Life Balance
Blue Collar
Banyak pekerjaan menggunakan sistem kerja shift atau proyek dengan jam kerja yang bisa berubah.
Walaupun pekerjaan ini lebih menuntut secara fisik, adanya lembur berbayar bisa menjadi keuntungan.
Namun, dampak seperti kelelahan fisik dan risiko keselamatan juga perlu diperhatikan.
White-Collar
Jam kerja biasanya lebih tetap dan terpusat pada hari kerja (Senin–Jumat).
Walaupun secara fisik tidak melelahkan, beban kerja bisa cukup tinggi dan deadline bisa menyebabkan stres.
Posisi yang lebih tinggi sering kali membutuhkan dedikasi ekstra di luar jam kerja.
Baca Juga: Work Life Balance: Definisi dan Tips Mencapainya
Apa Perbedaan Blue Collar dengan Jenis Pekerjaan Lainnya?

Selain istilah blue collar dan white collar, juga terdapat beberapa jenis “collar” lainnya yang digunakan untuk menggambarkan kelompok pekerja berdasarkan jenis pekerjaan mereka.
Istilah-istilah ini tidak selalu merujuk pada warna pakaian kerja, melainkan lebih kepada karakteristik bidang atau jenis tugas yang dilaksanakan.
Berikut jenis-jenisnya:
1. Gold Collar
Pekerja di kategori ini berasal dari profesi-profesi bergengsi dengan penghasilan tinggi, seperti dokter, pengacara, atau eksekutif tingkat atass.
Istilah “gold” melambangkan tingginya pendapatan dan status sosial yang biasanya melekat pada pekerjaan dan status sosial yang biasanya melekat pada pekerjaan ini.
Pekerjaan di sektor ini juga sering membutuhkan pendidikan tinggi, sertifikasi profesional, dan pengalaman bertahun-tahun.
2. Gray Collar
Gray collar adalah pekerja yang berada di antara white collar dan blue collar.
Mereka biasanya bekerja di bidang profesional, tetapi juga melakukan tugas-tugas fisik.
Contohnya adalah seorang engineer yang tidak hanya merancang dari balik meja, tapi juga turun langsung ke lapangan untuk memastikan implementasi teknis berjalan sesuai rencana.
Jadi, mereka butuh pengetahuan teknis sekaligus kemampuan fisik.
Baca Juga: Surveyor Adalah? Ini Jobdesk, Skill Penting, dan Gajinya
3. Pink Collar
Kategori ini merujuk pada pekerjaan di bidang layanan yang secara historis banyak dilakukan oleh perempuan, seperti guru, perawat, dan kasir ritel.
Meski istilahnya mengandung warna “pink”, bukan berarti pekerjaan ini hanya terbatas untuk perempuan saja.
Pekerjaan pink collar biasanya melibatkan interpersonal skill yang tinggi dan berfokus pada layanan pelanggan.
4. Red Collar
Red collar menggambarkan pekerja sektor pemerintahan atau pegawai negeri sipil.
Sebutan ini berasal dari tinta merah yang biasa digunakan dalam dokumen anggaran untuk mencatat pengeluaran gaji PNS.
Meskipun jam kerjanya cenderung stabil, pekerjaan ini juga memiliki aturan birokrasi yang ketat dan tanggung jawab publik yang besar.
Baca Juga: Golongan PNS: Ini Gaji dan Tunjangan yang Didapatkan
5. Green Collar
Kategori ini mencakup pekerjaan yang berfokus pada pelestarian lingkungan, energi terbarukan, atau proyek-proyek yang mendukung keberlanjutan.
Contohnya adalah teknisi panel surya, pekerja pengelolaan limbah, atau ahli konservasi alam.
Green collar menjadi semakin relevan di era modern karena meningkatnya kesadaran terhadap isu perubahan iklim dan pentingnya pembangunan berkelanjutan.
Baca Juga: 20 Pekerjaan Masa Depan dan Tips Mempersiapkannya
Kesimpulan
Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami bahwa pekerjaan blue collar mencakup jenis pekerjaan yang menekankan pada keterampilan praktis dan kerja fisik dibandingkan kerja administratif atau kantoran.
Pekerjaan ini biasanya dilakukan di lapangan seperti pabrik, bengkel, gudang, atau lokasi konstruksi.
Contohnya termasuk teknisi, operator mesin, teknisi ledeng, pekerja pabrik, dan masih banyak lagi.
Banyak dari mereka mempelajari keterampilan melalui pelatihan langsung, magang, atau sekolah kejuruan, tanpa harus memiliki gelar pendidikan tinggi.
Dibandingkan dengan pekerjaan white collar, blue collar cenderung bekerja di lingkungan yang lebih fisik dan menuntut stamina, sementara white collar umumnya bekerja di kantor dan lebih fokus pada analisis dan administrasi.
Untuk membantu perusahaan dalam mengelola pekerja blue collar atau pun jenis pekerjaan lainnya, perusahaan dapat menggunakan software absensi dari GajiHub.
Melalui software ini, Anda dapat membuat jadwal shift kerja, terutama bagi perusahaan yang mempekerjakan blue collar di industri seperti manufaktur, retail, atau pun kontraktor.
Jadwal tersebut nantinya dapat diakses oleh para karyawan dan mereka dapat melakukan presensi secara mandiri melalui fitur employee self-service (ESS) yang juga dimiliki GajiHub.
Tertarik mencoba? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.
- Interpreter Adalah? Ini Tugas, Skill, Kualifikasi, dan Gajinya - 16 April 2025
- Apa itu Resilience? Ini Arti, Contoh, dan Cara Membangunnya - 16 April 2025
- Unique Selling Proposition: Cara Membuat, Fokus, dan Contoh - 16 April 2025