Manajemen karyawan mencakup berbagai aspek penting dalam dunia kerja, seperti penggajian, cuti, kinerja karyawan, pengalaman kerja, keterlibatan, hingga pengembangan profesional.
Semua hal tersebut berperan penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman dan produktif.
Jika dikelola dengan baik, karyawan akan merasa lebih dihargai dan termotivasi untuk bekerja secara optimal.
Sayangnya, masih banyak mitos seputar manajemen karyawan yang membuat perusahaan keliru dalam mengelola timnya.
Padahal, jika diterapkan dengan benar strategi ini bisa membantu perusahaan mengoptimalkan potensi karyawannya.
Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas beerbagai mitos manajemen karyawan dan fakta yang ada di baliknya.
Apa Saja Mitos tentang Manajemen Karyawan?

Agar dapat mengelola karyawan dengan baik, berikut sejumlah mitos yang perlu Anda perhatikan:
1. Performance Review Hanya untuk Mengkritik Karyawan yang Kurang Berprestasi
Mitos
Banyak orang mengira bahwa performance review atau evaluasi kinerja hanya dilakukan untuk menegur dan mengkritik karyawan yang kurang berprestasi.
Akibatnya, banyak karyawan merasa cemas setiap kali akan dievaluasi.
Fakta
Evaluasi kinerja bukan hanya untuk foks pada kekurangan, tetapi juga untuk membantu semua karyawan yang sedang berkembang.
Dengan evaluasi rutin, karyawan bisa memahami kelebihan dan kekurangannya, menetapkan tujuan baru, serta bersiap untuk tanggung jawab yang lebih besar.
Hal yang Perlu Dilakukan
Saat melakukan evaluasi, penting untuk tidak hanya fokus pada kekurangan atau karyawan yang kurang berprestasi.
Anda juga juga perlu memberikan apresiasi kepada karyawan yang sudah bekerja dengan baik, misalnya dengan menunjukkan dampak positif dari pekerjaan mereka dan memberikan arahan agar mereka bisa berkembang lebih jauh.
Jika ada karyawan yang belum memenuhi harapan, berikan bimbingan dan solusi agar mereka bisa memperbaiki kinerja di masa depan.
Melalui cara ini, evaluasi kinerja bisa menjadi alat untuk pertumbuhan, bukan hanya sekadar untuk mengkritik karyawan.
Baca Juga: Kritik Konstruktif: Cara Menyampaikan, Manfaat, dan Contohnya
2. Karyawan yang Lembur adalah Karyawan yang Produktif

Mitos
Semakin lama seseorang bekerja, semkain tinggi produktivitasnya.
Banyak yang beranggapan bahwa karyawan yang sering lembur tentunya lebih rajin dan dapat memberikan kontribusi yang lebih besar.
Fakta
Produktivitas tidak ditentukan oleh seberapa lama seseorang bekerja, melainkan juga oleh kualitas hasil kerjanya.
Karyawan yang bekerja selama 8 jam sehari bisa saja lebih efisien dibanding mereka yang bekerja lebih lama tetapi kurang fokus.
Oleh karena itu, saat menilai kinerja karyawan, penting untuk melihat hasil dan kontribusinya, bukan sekadar jumlah jam kerja.
Hal yang Perlu Dilakukan
Sebaliknya, bekerja terlalu lama justru bisa berdampak buruk.
Karyawan yang sering lembur berisiko mengalami burnout atau kelelahan kerja, yang dapat menurunkan motivasi, kepercayaan diri, dan semangat kerja.
Bahkan, sebuah studi dari Stanford menunjukkan bahwa setelah seseorang bekerja lebih dari 50 jam per minggu, produktivitas per jamnya justru menurun.
Oleh karena itu, perusahaan perlu menanamkan budaya kerja cerdas yang lebih efisien, dibandingkan mendorong lembur yang kurang produktif.
Baca Juga: Toxic Productivity: Pengertian, Ciri, dan Cara Mengatasinya
3. Karyawan Hanya Peduli pada Gaji

Mitos
Banyak yang mengira bahwa gaji adalah satu-satunya faktor yang membuat karyawan bertahan di sebuah perusahaan.
Fakta
Gaji memang penting, namun bukan satu-satunya hal yang perlu diperhatikan karyawan.
Saat ini, banyak karyawan juga mempertimbangkan benefit lain seperti jam kerja fleksibel, asuransi kesehatan, dan program kesejahteraan.
Bahkan, survei dari Staples menunjukkan asuransi kesehatan, dan program kesejahteraan karyawan.
Hal yang Perlu Dilakukan
Untuk menarik dan mempertahankan karyawan terbaik, perusahaan bisa menawarkan berbagai benefit tambahan.
Beberapa contoh tunjangan yang banyak diminati saat ini adalah opsi remote working, cuti berbayar, asuransi kesehatan yang komprehensif, jam kerja fleksibel, dan program pensiun yang menarik.
Baca Juga: Unpaid Leave dan Paid Leave: Perbedaan dan Contohnya
4. Program Apresiasi Tidak Memberikan Dapak
Mitos
Menghargai karyawan dianggap tidak terlalu penting dan tidak memberikan dampak nyata bagi perusahaan.
Fakta
Penghargaan terhadap karyawan berperan besar dalam meningkatkan motivasi dan kinerja mereka.
Saat karyawan merasa dihargai, mereka akan lebih semangat bekerja dan memahami peran mereka dalam mencapai tujuan perusahaan.
Sayangnya, banyak perusahaan masih mengabaikan hal ini.
Hal yang Perlu Dilakukan
Membangun program apresiasi yang efektif memang membutuhkan waku dan sumber daya.
Namun, perusahaan bisa memulainya dengan langkah sederhana, seperti mengucapkan terima kasih atau memberikan apresiasi secara spesifik dan tepat waktu.
Penghargaan juga bisa diumumkan dalam rapat tim atau melalui sistem komunikasi internal untuk meningkatkan semangat kerja.
Dengan membangun budaya apresiasi sejak awal, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif.
Baca Juga: Pentingnya Employee Recognition, Hingga Tips Melakukannya
5. Milenial dan Gen Z Tidak Loyal pada Perusaahaan

Mitos
Banyak yang menggap bahwa Milenial dan Gen Z sering berpindah kerja setiap 2-3 tahun untuk mencari peluang dan manfaat yang lebih baik.
Fakta
Sebenarnya, mereka tidak selalu suka berpindah kerja.
Laporan dari Zapier menunjukkan bahwa rata-rata Gen Z berencana bekerja di perusahaan yang sama selama 6 tahun, sedangkan Milenial berencana bertahan hingga sepuluh tahun.
Generasi ini lebih memilih pekerjaan yang memberi mereka tujuan dan kepuasan, bukan sekadar gaji atau fasilitas.
Hal yang Perlu Dilakukan
Untuk menarik dan mempertahankan Milenial serta Gen Z, perusahaan perlu membangun budaya kerja yang kuat yang sesuai dengan nilai-nilai mereka.
Generasi ini cenderung lebih setia kepada perusahaan yang memiliki visi dan misi yang selaras dengan prinsip mereka.
Selain itu, mereka ingin memahami bagaimana pekerjaan mereka memberikan dampak, baik bagi tim maupun masyarakat luas.
Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk memberikan makna pada setiap pekerjaan yang mereka lakukan.
Kesempatan untuk berkembang juga menjadi salah satu faktor utama yang mereka cari dalam sebuah pekerjaan.
Dengan menyediakan pelatihan, mentoring, dan jalur karier yang jelas, perusahaan dapat meningkatkan loyalitas karyawan dari generasi ini.
Baca Juga: Perilaku Gen Z dalam Dunia Kerja yang Wajib Dipahami HRD
6. Karyawan yang Bahagia Pasti Lebih Produktif dan Bertahan Lama
Mitos
Mitos manajemen karyawan selanjutnya adalah banyak perusahaan berpikir bahwa karyawan yang bahagia pasti akan lebih produktif dan lebih loyal terhadap perusahaan.
Fakta
Kebahagiaan memang penting, tetapi bukan satu-satunya faktor yang menentukan keterlibatan dan retensi karyawan.
Ada banyak alasan lain yang bisa membuat karyawan tetap bertahan atau justru memilih pergi.
Lingkungan kerja yang positif memang diperlukan, tetapi itu saja tidak cukup untuk memastikan karyawan tetap produktif dan loyal.
Hal yang Perlu Dilakukan
Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman adalah langkah pertama untuk meningkatkan produktivitas dan retensi karyawan.
Perusahaan perlu memastikan bahwa setiap karyawan merasa dihargai, didengar, dan didukung dalam pekerjaannya.
Selain itu, memberikan kesempatan bagi mereka untuk berkembang juga menjadi kunci.
Karyawan yang melihat adanya peluang untuk bertumbuh di dalam perusahaan akan lebih cenderung bertahan dalam jangka panjang.
Kesejahteraan karyawan juga perlu diperhatikan, termasuk work life balance, beban kerja yang wajar, serta penghargaan yang sesuai dengan kontribusi mereka.
Baca Juga: 9 Faktor yang Mempengaruhi Retensi Karyawan
7. Software Pemantauan Karyawan Melanggar Privasi dan Menurunkan Motivasi

Mitos
Banyak karyawan merasa bahwa software pemantauan atau pelacakan karyawan mengganggu privasi mereka selama jam kerja dan bisa menurunkan semangat kerja.
Fakta
Pada kenyataannya, sebagian besar perusahaan menggunakan software ini secara transparan dan adil.
Sistem pemantauan justru dapat membantu karyawan tetap fokus, meningkatkan produktivitas, dan memberi pemahaman lebih baik bagi manajer tentang kebutuhan timnya.
Hal yang Perlu Dilakukan
Transparansi dalam penggunaan software pemantauan menjadi faktor utama dalam membangun kepercayaan karyawan.
Perusahaan perlu menjelaskan dengan jelas bagaimana sistem ini bekerja dan tujuan penggunaannya, serta memastikan bahwa karyawan mendapatkan pemberitahuan resmi sebelum sistem diterapkan.
Software pemantauan juga harus digunakan dengan bijak, bukan untuk mengontrol setiap gerakan karyawan, tetapi untuk membantu mereka tetap fokus dan produktif.
Ketika sistem ini diterapkan dengan tujuan yang benar, karyawan akan lebih mudah memahami manfaatnya dan tidak merasa diawasi secara berlebihan.
Kepercayaan antara manajemen dan karyawan pun akan semakin kuat.
Salah satu software pemantauan karyawan yang paling recommended adalah GajiHub.
Dengan fitur live tracking-nya, software ini dapat memantau lokasi akryawan secara real-time, sehingag memastikan tugas berjalan sesuai dengan rencana.
Fitur ini juga dilengkapi dengan presensi berbasis lokasi yang memungkinkan karyawan meng-update kehadiran secara otomatis saat mereka berada dalam wilayah kerja yang telah ditentukan.
GajiHub juga memiliki sistem keamanan dengan sistem yang terenkripsi dan kebijakan privasi yang ketat.
Setiap data yang dikumpulkan hanya dapat diakses oleh pihak yang berwenang, sehingga karyawan tidak perlu khawatir mengenai pelanggaran privasi.
Klik gambar berikut untuk cari tahu tentang GajiHub:
Kesimpulan
Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami bahwa banyak mitos keliru tentang manajemen karyawan.
Misalnya, anggapan bahwa generasi milenial dan Gen Z tidak loyal terhadap perusahaan tidak sepenuhnya benar.
Faktanya, mereka justru cenderung bertahan lebih lama jika perusahaan menawarkan lingkungan kerja yang sesuai dengan nilai, tujuan, dan peluang pengembangan karier yang mereka harapkan.
Karena itu, perusahaan perlu membangun budaya kerja yang positif serta memberikan kesempatan bagi karyawan untuk berkembang agar mereka lebih betah.
Selain itu, ada anggapan bahwa penggunaan software pemantauan karyawan hanya berdampak negatif.
Padahal, jika diterapkan secara transparan dengan komunikasi yang jelas, teknologi ini justru bisa meningkatkan produktivitas.
Salah satu software HRIS yang bisa Anda andalkan adalah GajiHub.
Dengan software ini, Anda dapat memantau produktivitas karyawan tanpa melanggar hak-hak privasi.
Selain itu, GajiHub juga memudahkan tim HR dalam mengelola tugas-tugas administrasi, sehinngga bisa lebih fokus dalam strategi manajemen karyawan.
Tertarik mencoba? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.
- Employee Relation: Manfaat, Contoh, dan Tips Terbaiknya - 7 March 2025
- 7 Mitos Manajemen Karyawan dan Fakta di Baliknya - 7 March 2025
- 8 Skill Business Acumen, Manfaat, dan Cara Meningkatkannya - 6 March 2025