Behavioral competency atau kompetensi perilaku merupakan salah satu alat yang dapat membantu rekruter untuk menilai potensi kerja seorang kandidat.
Kompetensi perilaku umumnya mencakup kemampuan seperti komunikasi, kepemimpinan, kerja tim, hingga pemecahan masalah.
Melalui berbagai kompetensi tersebut, rekruter dapat meningkatkan peluang keberhasilan dalam memilih kandidat yang tepat.
Selain bermanfaat dalam proses rekrutmen, behavioral competency juga dapat menjadi kunci untuk memprediksi efektivitas di tempat kerja dan kesuksesan karier di masa depan, terutama ketika pekerjaan menjadi semakin kompleks.
Pada artikel kali ini, Gajihub akan membahas apa itu behavioral competency, manfaat, jenis, contoh, dan cara melaksanakannya.
Apa yang Dimaksud dengan Behavioral Competency?
Behavioral competency atau kompetensi perilaku adalah perilaku, sifat kepribadian, dan sikap yang dapat membantu rekruter memprediksi potensi kesuksesan seorang kandidat dalam pekerjaan yang mereka lamar.
Kompetensi ini biasanya mencakup keterampilan, pengetahuan, dan tindakan tertentu yang dapat membuat seorang kandidat menonjol dibandingkan pelamar lainnya.
Meskipun sebagian besar kompetensi perilaku bersifat universal dan bisa meningkatkan peluang kesuksesan kandidat di bidang apa pun, rekruter dari berbagai industri mungkin akan memprioritaskan beberapa kompetensi tertentu tergantung pada bidang mereka.
Behavioral competency sendiri adlaah salah satu dari empat jenis kompetensi yang biasanya juga digunakan oleh rekruter saat menilai kandidat. Tiga lainnya adalah:
Kompetensi Inti (Core Competencies)
Kompetensi yang dapat memberikan organisasi keunggulan khusus dibandingkan dengan pesaingnya, seperti berbagai teknik khusus.
Rekruter umumnya memprioritaskan kandidat dengan kompetensi ini.
Kompetensi Fungsional (Functional Competencies)
Kompetensi teknis yang secara langsung terkait dengan pekerjaan yang dilamar kandidat. Kompetensi ini membuat seorang karyawan cenderung menghasilkan hasil kerja yang baik.
Kompetensi Manajerial (Managerial Competencies)
Kompetensi ini merupakan spesifik yang membuat seorang kandidat cenderung berhasil dalam peran manajerial, contohnya kemampuan leadership dan problem solving.
Baca Juga: Openness to Experience: Arti, Komponen, dan Cara Meningkatkan
Apakah Behavioral Competency itu Penting?
Ya, sangat penting, sebab behavioral competency dapat membantu perusahaan dalam seluruh proses talent management, mulai dari mengidentifikasi kompetensi yang relevan dengan pekerjaan, memilih tes yang tepat untuk evaluasi kandidat, melakukan wawancara terstruktur, hingga mengelola pengembangan karyawan dan kinerja.
Kompetensi inni juga membentuk budaya organisasi, mendorong kerjasama, meningkatkan employee engagement, dan memastikan bakat yang dipilih sesuai dengan nilai dan tujuan organisasi.
Selain itu, berikut sejumlah manfaat kompetensi perilaku:
1. Kinerja
Kompetensi berbasis perilaku langsung mempengaruhi kinerja individu dan tim. Alat ini menentukan keterampilan, perilaku, dan atribut yang dibutuhkan untuk berhasil dalam peran tertentu.
Selama analisis pekerjaan, atribut ini harus diidentifikasi dan digunakan untuk membuat deskripsi pekerjaan.
Kompetensi ini kemudian dapat dievaluasi di semua tahap perekrutan melalui penilaian yang tepat, wawancara terstruktur, dan penugasan terkait posisi yang dilamar.
Dengan menyelaraskan kompetensi dengan persyaratan pekerjaan, organisasi dapat meningkatkan peluang mereka untuk merekrut karyawan yang produktif, efisien, dan termotivasi untuk berprestasi dalam peran baru mereka.
2. Pengembangan
Meskipun kompetensi berbasis perilaku terdiri dari atribut yang stabil (misalnya, kepribadian) dan yang lebih mudah berubah (misalnya, kemampuan numerik), kompetensi ini dapat dipelajari dan dikembangkan.
Andai dapat menggunakan penilaian untuk mengukur tingkat kompetensi saat ini bagi karyawan di berbagai tim dan peran, serta melakukan audit talenta untuk mengevaluasi keterampilan dan kemampuan yang diperlukan di masa depan.
3. Succession Planning
Kompetensi berbasis perilaku sangat penting dalam mengidentifikasi dan mengembangkan pemimpin masa depan atau disebut dengan succession planning.
Alat ini membantu organisasi menemukan karyawan berpotensi tinggi yang memiliki keterampilan dan perilaku penting untuk peran kepemimpinan.
Dengan menilai dan mengembangkan kompetensi ini, organisasi dapat memastikan keberlanjutan dalam posisi kepemimpinan.
Cara terbaik untuk mendukung proses ini adalah dengan mengembangkan kerangka kerja multi-level yang memberikan panduan tentang jenis kompetensi yang diharapkan pada berbagai tingkat senioritas.
Karyawan dapat menggunakan model ini untuk memahami area pengembangan yang harus mereka fokuskan dan keterampilan tambahan yang dapat mereka kembangkan.
4. Kerja Tim
Behavioral competency mendorong kolaborasi dan kerja tim dalam organisasi.
Kompetensi ini menekankan keterampilan seperti komunikasi, empati, dan penyelesaian konflik yang penting untuk membangun hubungan kerja yang kuat.
Dengan memilih individu yang unggul dalam area ini, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan kooperatif.
Baca Juga: 10 Tips Membangun Manajemen Tim di Lingkungan Kerja
5. Keterlibatan dan Retensi Karyawan
Kompetensi perilaku dapat membantu meningkatkan kepuasan, keterlibatan, dan retensi karyawan.
Ketika karyawan merasa kompetensinya diakui dan dihargai, mereka cenderung lebih termotivasi dan berkomitmen terhadap pekerjaannya.
Kompetensi yang mendorong pertumbuhan dan pengembangan profesional juga dapat meningkatkan kepuasan kerja dan loyalitas.
Baca Juga: 20 Strategi untuk Meningkatkan Retensi Karyawan
6. Budaya Organisasi
Behavioral competency juga membantu membentuk budaya organisasi, karena mereka dapat mendefinisikan nilai, perilaku, dan norma yang diinginkan yang memandu interaksi dan pengambilan keputusan karyawan.
Dengan mempromosikan dan memilih kompetensi yang sesuai dengan budaya yang diinginkan, organisasi dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan inklusif.
7. Adaptabilitas dan Inovasi
Kompetensi perilaku yang berkaitan dengan kerja adaptif, kreatif, dan inovasi sangat penting di dunia kerja saat ini, terutama pada kondisi yang penuh ketidakpastian dan perubahan.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, karyawan harus mampu memahami berbagai faktor dalam industri mereka, beradaptasi dengan perubahan, berpikir kritis, dan menghasilkan ide-ide baru.
Baca Juga: 5 Manfaat Menerapkan Rekrutmen Berbasis Kompetensi
Apa Saja Jenis-Jenis Behavioral Competency?
Sebelum menilai karyawan atau calon kandidat untuk behavioral competency, penting untuk memahami kompetensi apa yang sebenarnya Anda butuhkan.
Berikut adalah beberapa jenis kompetensi perilaku yang umum dan sangat penting untuk karyawan:
1. Manajemen Hubungan
Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan interpersonal, di mana seorang karyawan baru harus bisa mengelola hubungan dengan pemangku kepentingan, bawahan, anggota tim, dan klien.
Tanpa kompetensi ini, karyawan mungkin tidak memiliki kesadaran diri dan pengelolaan emosi yang dibutuhkan untuk hubungan kerja yang positif.
2. Komunikasi
Komunikasi adalah salah satu skill utama yang dibutuhkan di lingkungan kerja manapun.
Karyawan yang kurang dalam kompetensi ini dapat menyebabkan konflik dan mengurangi produktivitas tim.
Sebaliknya, kandidat dengan kompetensi komunikasi yang kuat akan lebih terlibat dan mampu bekerja sama secara efektif dengan rekan kerja.
Baca Juga: Cara Meningkatkan Kemampuan Komunikasi dan Manfaatnya
3. Kepemimpinan
Kemampuan leadership atau kepemimpinan menunjukkan potensi seseorang untuk mengelola tim dengan baik dan melaksanakan rencana strategis.
Pemimpin yang baik mampu memecahkan masalah, membuat keputusan, berinovasi, dan mengelola waktu secara efektif.
4. Pemahaman Bisnis
Pemahaman bisnis artinya kandidat atau karyawan harus mampu memahami bisnis secara mendalam dan mengambil tindakan yang tepat.
Kompetensi ini baik bagi semua karyawan, baik yang memimpin tim maupun yang baru saja memulai karier.
5. Efektivitas Global dan Budaya
Kompetensi ini sangat penting untuk pekerjaan yang membutuhkan komunikasi lintas geografis atau budaya.
Karyawan harus menyesuaikan pendekatan mereka untuk berbagai situasi, yang semakin umm di era globalisasi ini.
6. Etika dan Nilai
Seseorang dengan kompetensi etika dan nilai mengutamakan melakukan yang benar, bukan yang mudah.
Mereka berusaha bekerja sesuai dengan kode etik dan membantu menciptakan budaya akuntabilitas dan integritas dalam perusahaan.
7. Berpikir Analitis
Kemampuan menganalisis informasi sangat penting untuk banyak pekerjaan.
Kandidat perlu membuat keputusan yang dipikirkan dengan matang dan menggunakan pemikiran kritis setiap hari, baik dalam peran pemasaran maupun teknis.
8. Ketahanan
Ketahanan di tempat kerja adalah kompetensi yang sering diabaikan, tetapi sangat penting.
Dalam dunia yang terus berubah, kemampuan beradaptasi dan belajar secara berkelanjutan sangat dibutuhkan.
Tanpa sifat ini, karyawan cenderung merasa kewalahan, burnout, dan frustrasi.
Baca Juga: 10 Cara Mengatasi Burnout dengan Mudah dan Efektif
9. Problem Solving
Kemampuan problem solving dan menyelesaikan masalah melibatkan kemampuan untuk mengenali, menganalisis, dan menyelesaikan masalah yang kompleks secara efektif.
Orang dengan keterampilan ini mampu berpikir secara kritis, mengevaluasi berbagai opsi, dan menerapkan solusi yang praktis.
Mereka menunjukkan kreativitas dan pendekatan yang teratur dalam menangani masalah, sehingga mampu mengatasi hambatan dan mencapai hasil yang diharapkan.
10. Manajemen Waktu
Kemampuan dalam manajemen waktu melibatkan kemampuan untuk memprioritaskan tugas-tugas, mengelola aktivitas, dan menggunakan waktu secara efisien untuk mencapai tujuan.
Orang dengan keterampilan ini, dapat menetapkan deadline yang realistis, mengalokasikan sumber daya secara efektif, dan tetap fokus meskipun dihadapkan pada berbagai tuntutan.
Selain itu, manajemen waktu yang efektif dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi stres, dan memastikan penyelesaian tepat waktu dari proyek dan tugas-tugas.
11. Kecerdasan Emosional
Kemampuan dalam kecerdasan emosional atau emotional intelligence (EI) mengacu pada kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri serta orang lain.
Karyawan yang memiliki EI tinggi mampu mengatur emosi mereka, berempati dengan orang lain, dan membangun hubungan yang positif.
EI sangat penting untuk kepemimpinan yang efektif, komunikasi yang baik, dan penyelesaian konflik di tempat kerja.
Baca Juga: Kemampuan Kognitif: Manfaat, Jenis, dan Cara Meningkatkannya
Bagaimana Contoh Behavioral Competency?
Dengan melihat contoh-contoh konkret dari behavioral competency, Anda akan lebih mudah memahami bagaimana keterampilan, sifat, dan perilaku tertentu berkontribusi pada kesuksesan di tempat kerja.
Berikut adalah beberapa contoh kompetensi perilaku di dunia kerja:
1. Keterampilan Komunikasi
Komunikasi yang efektif sangat penting untuk menyampaikan ide, membangun hubungan, dan mencapai tujuan di tempat kerja. Contoh keterampilan komunikasi yang baik adalah:
- Mendengarkan Aktif: Seorang manajer mendengarkan dengan seksama kekhawatiran karyawan, merangkum poin-poin utama mereka, dan mengajukan pertanyaan untuk memastikan pemahaman.
- Menulis Jelas dan Ringkas: Seorang anggota tim menyusun proposal proyek yang jelas tentang tujuan, jadwal, dan hasil yang diharapkan, sehingga mudah dipahami oleh pemangku kepentingan.
2. Kemampuan Kepemimpinan
Kemampuan kepemimpinan penting untuk bisa memotivasi dan membimbing orang lain menuju visi bersama. Contoh kemampuan kepemimpinan yang baik adalah:
- Menetapkan Harapan yang Jelas: Seorang pemimpin tim mengkomunikasikan harapan, tujuan, dan standar kinerja dengan jelas kepada anggota tim, memberikan arahan dan kejelasan.
- Memberdayakan Orang Lain: Seorang manajer mendelegasikan tugas dan tanggung jawab berdasarkan kekuatan dan keahlian anggota tim, memberdayakan mereka untuk mengambil inisiatif.
3. Adaptabilitas
Adaptabilitas adalah kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan situasi baru, tantangan, dan lingkungan dengan baik. Contoh adaptabilitas di tempat kerja adalah:
- Fleksibilitas: Seorang karyawan tetap tenang dan fleksibel saat menghadapi perubahan atau masalah yang tidak terduga, dengan cepat menyesuaikan pendekatan mereka untuk mencapai hasil yang diinginkan.
- Mendorong Inovasi: Seorang anggota tim mengusulkan ide-ide baru untuk memperbaiki proses atau memecahkan masalah, menunjukkan keterbukaan terhadap perubahan dan inovasi.
4. Keterampilan Pemecahan Masalah
Kemampuan pemecahan masalah melibatkan identifikasi, analisis, dan penyelesaian masalah kompleks dengan efisien. Contoh keterampilan pemecahan masalah yang baik adalah:
Berpikir Analitis: Seorang analis melakukan penelitian mendalam dan analisis data untuk mengidentifikasi pola dan tren, yang memungkinkan pengambilan keputusan yang tepat.
Solusi Kreatif: Sebuah tim berkolaborasi untuk mencari solusi kreatif terhadap masalah yang menantang, berpikir di luar kebiasaan dan menjelajahi ide-ide baru.
5. Kerjasama
Kerjasama penting untuk bekerja sama dengan orang lain demi mencapai tujuan bersama. Contoh kolaborasi yang baik adalah:
- Kerja Tim: Rekan kerja dari berbagai departemen berkolaborasi dalam proyek lintas fungsi, memanfaatkan keterampilan dan keahlian mereka untuk mencapai tujuan bersama.
- Resolusi Konflik: Seorang fasilitator tim menengahi ketidaksepakatan antara anggota tim, membantu mereka menemukan kesepakatan dan mencapai solusi yang diterima bersama.
6. Manajemen Waktu
Kemampuan manajemen waktu melibatkan prioritisasi tugas, pengelolaan sumber daya, dan pemenuhan tenggat waktu dengan efisien. Contoh manajemen waktu yang baik adalah:
- Prioritas: Seorang karyawan menggunakan teknik tertentu untuk memprioritaskan tugas dan mengalokasikan waktu yang cukup untuk aktivitas prioritas tinggi.
- Delegasi: Seorang manajer mendelegasikan tugas-tugas secara efektif kepada anggota tim.
Baca Juga: Gaji Berbasis Kompetensi: Arti, Kelebihan, hingga Cara Merancang
Bagaimana Cara Menilai Behavioral Competency?
Menilai kompetensi perilaku sangat penting dalam proses rekrutmen, pengembangan karyawan, dan manajemen kinerja.
Dengan menggunakan metode penilaian yang tepat dan memastikan objektivitas, sebagai HR Anda dapat mengidentifikasi individu dengan keterampilan dan kualitas yang sesuai untuk suatu peran.
Berikut adalah beberapa metode yang dapat digunakan untuk menilai kompetensi perilaku:
1. Wawancara Perilaku
Dalam wawancara ini, kandidat diminta memberikan contoh spesifik dari perilaku mereka di masa lalu dalam situasi tertentu.
Pertanyaan biasanya mengikuti metode STAR (Situation, Task, Action, Result), yang membantu kandidat menunjukkan kompetensinya dengan jelas.
2. Tes Psikometrik
Tes ini dirancang untuk mengukur berbagai aspek kepribadian, kemampuan, dan bakat individu. Tes psikometrik memberikan data objektif tentang karakteristik seperti kecerdasan emosional, kemampuan kognitif, dan sifat kepribadian.
3. Assessment Center
Proses ini melibatkan serangkaian latihan, simulasi, dan aktivitas yang menilai berbagai kompetensi dalam lingkungan yang terkontrol.
Metode ini memungkinkan pengamatan perilaku dan interaksi kandidat dalam berbagai situasi.
Baca Juga: Assessment Test: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
Bagaimana Cara Mengintegrasikan Behavioral Competency dalam Proses Rekrutmen?
Mengintegrasikan kompetensi perilaku dalam rekrutmen membantu mengidentifikasi kandidat dengan keterampilan dan kualitas yang sesuai. Berikut adalah cara mengintegrasikannya:
1. Membuat Deskripsi Pekerjaan dan Kerangka Kompetensi
Deskripsi pekerjaan harus mencakup kompetensi perilaku yang diinginkan dalam istilah yang jelas dan terukur.
Kerangka kompetensi membantu perekrut mengartikulasikan keterampilan yang dicari dan memastikan keselarasan antara persyaratan pekerjaan dan kualifikasi kandidat.
2. Teknik Wawancara Perilaku
Dalam wawancara perilaku, kandidat diminta memberikan contoh spesifik dari perilaku mereka di masa lalu.
Pertanyaan yang diajukan harus terbuka dan spesifik untuk mendapatkan wawasan tentang kemampuan dan kecocokan kandidat untuk peran tersebut.
3. Kriteria Seleksi dan Proses Penyaringan
Perusahaan harus mengembangkan kriteria seleksi yang selaras dengan kompetensi perilaku yang diinginkan.
Proses penyaringan dapat mencakup tinjauan resume, penilaian aplikasi, dan pre-employment untuk menilai kualifikasi kandidat.
4. Manfaatkan Teknologi dalam Menilai Kompetensi
Teknologi, seperti applicant tracking system (ATS) dan alat penilaian online, memungkinkan organisasi mengevaluasi kandidat dengan lebih efisien.
Teknologi ini membantu mengidentifikasi kandidat yang memenuhi kriteria kompetensi perilaku yang telah ditentukan.
Baca Juga: 8 Tips Mengoptimalkan Manajemen Penilaian Karyawan
Bagaimana Cara Mengimplementasikan Behavioral Competency dalam Manajemen Kinerja?
Mengintegrasikan behavioral competency dalam manajemen kinerja penting untuk pengembangan karyawan dan kesuksesan organisasi. Berikut adalah cara-cara mengimplementasikannya:
1. Menetapkan Harapan yang Jelas
Karyawan perlu memahami apa yang diharapkan dari mereka dalam hal kompetensi perilaku, tujuan kinerja, dan nilai-nilai organisasi.
Harapan ini harus dikomunikasikan melalui buku pegangan karyawan, sesi orientasi, dan tinjauan kinerja.
2. Feedback dan Evaluasi Reguler
Feedback harus diberikan secara terus-menerus, konstruktif, dan disesuaikan dengan kebutuhan individu.
Manajer harus mengadakan pertemuan rutin untuk membahas kemajuan karyawan dan memberikan bimbingan.
3. Penetapan Tujuan dan Rencana Pengembangan
Karyawan harus menetapkan tujuan SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, Time-bound) terkait dengan kompetensi perilaku dan kinerja.
Sementara itu, manajer harus membantu mengembangkan rencana pengembangan yang mencakup pelatihan, mentoring, dan pengalaman kerja.
4. Mengakui dan Menghargai Kompetensi
Pengakuan dan penghargaan terhadap kompetensi perilaku penting untuk memotivasi karyawan dan mempromosikan budaya keunggulan.
Oleh karena itu, perusahaan harus memberikan penghargaan yang selaras dengan kontribusi dan kinerja karyawan, seperti kenaikan gaji, bonus, dan promosi.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, organisasi dapat mengintegrasikan kompetensi perilaku dalam proses manajemen kinerja, mendorong pengembangan karyawan, dan meningkatkan kesuksesan organisasi.
Baca Juga: Big Five Test dalam Rekrutmen, Bagaimana Caranya?
Kesimpulan
Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami bahwa behavioral competency adalah kemampuan yang mencakup berbagai keterampilan dan sikap seperti komunikasi, kepemimpinan, kerja tim, dan pemecahan masalah.
Kompetensi ini penting bagi rekruter untuk memprediksi potensi kesuksesan dalam peran yang dilamar.
Manfaat dari penilaian behavioral competency meliputi peningkatan kinerja individu dan tim, pengembangan karyawan, peningkatan kerjasama tim, keterlibatan dan retensi karyawan, hingga pembentukan budaya organisasi yang positif.
Dengan memahami dan menerapkan berbagai jenis kompetensi perilaku, organisasi dapat memilih kandidat yang tepat dan mengembangkan bakat internal secara efektif.
Agar sebagai tim HR Anda dapat lebih fokus dalam penilaian behavioral competency, Anda dapat menggunakan software payroll dan HR dari Gajihub.
Software ini dapat meringankan pekerjaan terkait adminstrasi karyawan, seperti absensi, payroll, pengajuan cuti, hingga pengelolaan reimbursement.
Contohnya, melalui fitur payroll, Anda dapat menghitung seluruh komponen gaji karyawan, mulai dari gaji pokok, bonus, tunjangan hingga berbagai potongan seperti iuran BPJS dan PPh 21 secara akurat.
Selain itu, untuk meningkatkan transparansi dalam proses penggajian, Gajihub juga menyediakan slip gaji yang bisa dikustomisasi sesuai dengan komponen gaji karyawan masing-masing.
Dengan demikian, tim HR dapat lebih efektif dalam melakukan penilaian kompetensi perilaku, yang pada akhirnya turut mendorong kesuksesan jangka panjang perusahaan.
Tertarik mencoba Gajihub? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.
- Penilaian Objektif dan Subjektif, Apa Bedanya? - 23 December 2024
- Handover Pekerjaan Adalah: Manfaat, Tahapan & Contoh Dokumen - 23 December 2024
- Steward Adalah: Jenis, Tugas, Skill Penting, dan Kisaran Gajinya - 20 December 2024