OJT adalah salah satu strategi pelatihan yang memungkinkan karyawan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menjalankan tugas-tugas yang berkaitan dengan peran mereka.
Jenis pelatihan OJT ini sering kali digunakan di berbagai bidang karier dan industri, terutama pada pekerjaan yang membutuhkan keterampilan praktis atau menggunakan peralatan, software, atau mesin khusus.
Melalui proses OJT, karyawan tidak hanya akan mempelajari teori, tetapi juga langsung mengaplikasikan pengetahuan tersebut dalam konteks pekerjaan sehari-hari.
Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas apa itu OJT, manfaatnya bagi karyawan dan perusahaan, jenis-jenis, contoh metode, dan tips suksesnya.
Apa yang Dimaksud dengan OJT?

OJT (on the job training) adalah pelatihan yang dilakukan langsung di tempat kerja.
Sebagai peserta OJT, Anda akan mengamati cara kerja orang lain dan mencoba melakukan tugas-tugas langsung di bawah bimbingan atasan, rekan kerja, atau pelatih profesional.
Selama pelatihan, Anda akan mempelajari cara kerja di perusahaan, termasuk prosedur, alat, atau mesin yang digunakan.
Terkadang, pelatihan juga melibatkan kegiatan seperti job shadowing, yaitu mengamati rekan kerja yang sudah berpengalaman menjalankan tugas tertentu.
Tujuan pelatihan kerja adalah membantu Anda siap menjalankan tugas di posisi Anda.
Dengan belajar langsung dan praktik, Anda akan mengembangkan kemampuan, pengetahuan, dan keterampilan yang dibutuhkan.
Setelah pelatihan selesai, Anda diharapkan bisa bekerja secara mandiri tanpa pengawasan.
OJT juga berlaku bagi para pelajar yang belum punya pengalaman di bidang tertentu.
Oleh karena itu, pelatihan ini bisa dilakukan selama masa sekolah atau kuliah, seperti magang, di mana pelajar bisa belajar secara langsung mengenai posisi yang diinginkan sekaligus mendapatkan nilai.
Baca Juga: Off the Job Training: Arti, Manfaat, Kekurangan, dan Metodenya
Apa Saja Jenis-Jenis OJT?

Berikut ini 5 jenis OJT berdasarkan metodenya yang bisa membantu perusahaan menciptakan program pelatihan yang efektif:
1. Pelatihan Berbasis Keterampilan
OJT berbasis keterampilan adalah pelatihan yang berfokus pada pengembangan keterampilan tertentu terkait pekerjaan karyawan.
Dengan menggunakan teknologi modern seperti platform pengalaman belajar, perusahaan bisa mengidentifikasi keterampilan yang dibutuhkan, mengukur tingkat kemampuan karyawan, dan menyediakan pelatihan yang relevan.
2. Pembelajaran Asinkron
Metode ini memungkinkan karyawan belajar kapan saja tanpa terikat waktu tertentu.
Mereka bisa mengakses materi pelatihan sesuai jadwal mereka, sehingga tidak merasa kewalahan dengan informasi yang terlalu banyak sekaligus.
Selain itu, mereka juga bisa berkolaborasi dengan rekan kerja melalui pembelajaran sosial untuk berbagi pengetahuan dan memecahkan masalah bersama.
Baca Juga: Synchronous Training: Pengertian, Manfaat, dan Tantangannya
3. Pembelajaran Campuran
OJT pembelajaran campuran adalah pelatihan yang menggabungkan pembelajaran digital mandiri dengan pelatihan yang dipandu instruktur.
Karyawan bisa mengikuti sesi pelatihan bersama tim untuk topik umum, kemudian melanjutkan kursus online untuk mengembangkan keterampilan individu mereka.
4. Pembelajaran yang Dipersonalisasi
Karyawan lebih tertarik dengan pelatihan yang relevan dengan pekerjaan sehari-hari mereka.
Dengan membuat program pelatihan yang disesuaikan berdasarkan kebutuhan dan minat individu, perusahaan bisa membantu karyawan mencapai tujuan karier mereka.
5. Pembelajaran Berbasis Analitik
Evaluasi terhadap efektivitas pelatihan sangat penting.
Dengan menggunakan analitik pembelajaran, perusahaan bisa mengetahui apakah pelatihan yang diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan karyawan.
Data ini juga membantu perusahaan memperbaiki program pelatihan agar lebih efektif dan berdampak.
Baca Juga: Apakah Training Kerja Tetap Digaji? Simak Jawaban dan Aturannya
Apa Saja Jenis OJT Berdasarkan Pesertanya?
On the job training juga bisa dibedakan berdasarkan pesertanya, mulai dari untuk onboarding karyawan baru hingga program magang untuk mahasiswa.
Berikut penjelasannya masing-masing;
1. OJT untuk Karyawan Baru (Employee Onboarding)
Jenis OJT ini ditujukan untuk karyawan yang baru bergabung di perusahaan.
Tujuannya adalah memperkenalkan tugas, budaya kerja, serta standar operasional perusahaan secara langsung di lingkungan kerja sesungguhnya.
Biasanya, karyawan baru akan dibimbing oleh atasan atau mentor selama beberapa minggu hingga mereka bisa bekerja secara mandiri.
Contoh aktivitas:
- Pengenalan sistem kerja dan SOP perusahaan
- Simulasi pekerjaan harian bersama mentor
- Praktik langsung menggunakan tools atau software yang digunakan perusahaan
2. OJT untuk Mahasiswa (PKL/Magang Industri)
OJT jenis ini biasanya diikuti oleh mahasiswa sebagai bagian dari program Praktik Kerja Lapangan (PKL) atau magang industri.
Mahasiswa akan ditempatkan di perusahaan untuk belajar dan terlibat langsung dalam aktivitas kerja sehari-hari, sehingga bisa mendapatkan pengalaman nyata sesuai bidang studinya.
Contoh aktivitas:
- Melakukan observasi dan ikut serta dalam proyek-proyek perusahaan
- Mengerjakan tugas-tugas yang relevan dengan kompetensi jurusan
- Mengikuti briefing dan evaluasi rutin bersama supervisor
Baca Juga: Manajemen Training: Pengertian, Manfaat, dan Tipsnya
3. OJT Berbasis Program Pelatihan Khusus
Jenis OJT ini dilakukan berdasarkan program pelatihan yang sudah dirancang khusus oleh perusahaan, biasanya untuk keperluan tertentu.
Misalnya untuk peningkatan kompetensi teknis, pelatihan persiapan promosi jabatan, atau pelatihan pengoperasian alat baru.
Contoh aktivitas:
- Pelatihan teknis penggunaan mesin produksi terbaru
- Program coaching bagi calon supervisor
- Workshop intensif untuk meningkatkan kemampuan sales
Baca Juga: Return on Training Investment: Cara Mengukur dan Manfaatnya
Apa Saja Manfaat OJT?

OJT adalah metode yang efektif untuk mempersiapkan karyawan baru agar bisa sukses dalam pekerjaannya.
Dengan pelatihan ini, karyawan tidak hanya mendapatkan keterampilan dan pengetahuan baru, tetapi juga merasa lebih termotivasi untuk bekerja dengan baik.
Di sisi lain, perusahaan mendapat keuntungan dari karyawan yang lebih terlibat dan berkomitmen untuk mencapai tujuan bersama.
Berikut beberapa manfaatnya baik bagi karyawan maupun perusahaan:
Manfaat OJT bagi Karyawan
1.Pelatihan Berbayar
Selama proses pelatihan, perusahaan tetap memberikan kompensasi atas waktu dan usaha Anda untuk mempelajari keterampilan yang diperlukan.
2. Pengembangan Keterampilan
Belajar langsung di tempat kerja sering kali lebih menarik dibandingkan metode pelatihan lainnya.
Selain itu, Anda akan lebih bersemangat dengan peran baru saat menguasai keterampilan baru yang menantang.
3. Meningkatkan Pemahaman
Dengan belajar sambil praktik langsung, Anda akan lebih mudah mengingat apa yang telah dipelajari.
Hal ini bisa meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan kerja Anda, sehingga lebih puas dengan pekerjaan Anda.
4. Membangun Hubungan dengan Tim
Pelatihan langsung ini memungkinkan Anda untuk lebih cepat mengenal rekan kerja dan atasan. Anda juga dapat memahami budaya kerja di perusahaan melalui interaksi langsung dengan tim.
Baca Juga: Manajemen Pelatihan: Pengertian, Manfaat, dan Jenisnya
Manfaat OJT bagi Perusahaan
OJT juga membawa manfaat besar bagi perusahaan, seperti:
1. Proses Belajar Lebih Cepat
Pelatihan langsung membantu karyawan memahami standar kerja perusahaan dengan lebih cepat dan akurat. Hal ini mengurangi kemungkinan kesalahan di kemudian hari.
2. Efisiensi Biaya
Dibandingkan dengan pelatihan di luar seperti seminar atau konferensi, OJT lebih hemat biaya karena pelatihan dilakukan di tempat kerja.
Selain itu, karyawan senior yang mengajar juga bisa mengasah keterampilan mereka.
3. Mengurangi Turnover Karyawan
Karyawan yang merasa percaya diri dengan keterampilannya cenderung bertahan lebih lama di perusahaan.
Dengan OJT, mereka merasa lebih siap menghadapi pekerjaan dan mampu memenuhi harapan perusahaan.
Baca Juga: Indikator Pelatihan Kerja, Faktor, dan Manfaatnya
Apa Saja Contoh Metode OJT?

Dalam pelaksanaan OJT, ada beberapa metode yang bisa Anda pilih sesuai dengan kebutuhan perusahaan, yaitu:
1. Pengamatan (Shadowing)
Karyawan baru mengamati rekan kerja berpengalaman yang menjalankan tugas sehari-hari atau disebut dengan job shadowing.
Dengan cara ini, mereka bisa mempelajari praktik kerja yang efektif dan memahami peran mereka lebih baik.
2. Delegasi Tugas
Manajer memberikan tugas baru kepada karyawan berbakat dengan tanggung jawab penuh.
Hal ini membantu karyawan menemukan kemampuan mereka, mengembangkan potensi, dan belajar dari pengalaman baru.
3. Simulasi
Karyawan menjalankan skenario pekerjaan nyata untuk memahami peran mereka dan mencari solusi unik.
Simulasi memberikan kesempatan untuk mencoba dan belajar dari kesalahan tanpa risiko nyata sebelum diterapkan dalam pekerjaan sehari-hari.
4. Rotasi Pekerjaan
Dalam metode rotasi pekerjaan, karyawan saling bertukar posisi untuk mempelajari tugas dan tanggung jawab di setiap peran.
Cara ini membantu mereka lebih adaptif dan memahami bagaimana setiap posisi saling mendukung dalam organisasi.
Baca Juga: Pelatihan Lintas Karyawan: Arti, Manfaat, dan Langkahnya

5. Pelatihan oleh Rekan Kerja
Rekan kerja dengan peran yang sama membimbing peserta pelatihan. Metode ini membantu karyawan baru memahami tanggung jawab, sistem kerja, dan ekspektasi berdasarkan pengalaman langsung.
6. Tugas dalam Tim atau Komite
Manajer membentuk tim atau komite yang ditugaskan untuk mencari solusi, inovasi, atau perbaikan.
Pelatihan kelompok seperti ini melatih keterampilan kerja sama dan menyelesaikan tantangan bersama.
Baca Juga: 7 Manfaat Training Center dan Cara Membangunnya
7. Penyegaran (Refresh)
Pelatihan ulang dilakukan untuk mengingatkan karyawan tentang praktik kerja yang benar dan memperbarui pengetahuan mereka.
Cara ini membantu meningkatkan efisiensi dan memastikan karyawan tetap mengikuti perkembangan terbaru.
8. Pembelajaran Mandiri
Karyawan diberi kebebasan untuk belajar sendiri dengan materi pelatihan yang disediakan. Pendekatan ini mendorong kemandirian, tanggung jawab, dan kemampuan berpikir kritis.
Metode-metode ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan untuk membantu karyawan berkembang sekaligus meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
Baca Juga: 15 Tips Meningkatkan Learning Culture di Perusahaan
Bagaimana Peran Mentor atau Pembimbing dalam OJT?
Dalam program on-the-job training, mentor atau pembimbing memiliki peran penting dalam mendukung prooses pembelajaran peserta.
Fungsi Pembimbing Lapangan
Berikut beberapa peran penting pembimbing OJT:
Memberikan Bimbingan Langsung
Membantu peserta memahami tugas dengan memberikan demonstrasi, arahan, dan supervisi langsung.
Menjadi Sumber Pengetahuan
Bertindak sebagai referensi untuk menjawab pertanyaan atau menjelaskan konsep yang mungkin sulit dipahami oleh peserta.
Memberikan Feedback
Memberikan evaluasi konstruktif kepada peserta untuk membantu mereka memperbaiki kelemahan dan mengoptimalkan kekuatan mereka.
Membangun Kepercayaan Diri Peserta
Dengan dukungan dan dorongan dari mentor, peserta merasa lebih percaya diri dalam menjalankan tugas mereka.
Hubungan antara Peserta dan Pembimbing
Hubungan antara peserta dan pembimbing dalam OJT bersifat kolaboratif dan saling mendukung.
Pembimbing tidak hanya memberikan instruksi, tetapi juga berperan sebagai panutan dan sumber inspirasi bagi peserta.
Hubungan yang baik antara keduanya dapat mempercepat proses pembelajaran dan adaptasi peserta di lingkungan kerja.
Pentingnya Komunikasi Efektif dalam OJT
Komunikasi yang efektif antara peserta dan pembimbing sangat penting dalam OJT.
Hal ini mencakup kemampuan untuk menyampaikan informasi dengan jelas, mendengarkan secara aktif, dan memberikan kritik konstruktif.
Komunikasi yang baik membantu menghindari kesalahpahaman dan memastikan bahwa peserta mendapatkan pemahaman yang tepat tentang tugas dan tanggung jawab mereka.
Baca Juga: Training Time Management: Manfaat, Langkah, dan Contohnya
Apa Saja Tantangan dalam Pelaksanaan OJT?
Pelaksanaan OJT di lingkungan kerja memiliki sejumlah tantangan yang bisa menghambat efektivitas program pelatihan.
Supaya hasilnya optimal, penting untuk mengenali hambatan-hambatan tersebut sekaligus mengetahui cara mengatasinya.
Berikut ini beberapa tantangan umum yang sering terjadi dalam OJT beserta solusi yang dapat diterapkan:
1. Kurangnya Bimbingan dan Struktur Pelatihan yang Jelas
Tanpa kurikulum atau pedoman pelatihan yang terstruktur, proses OJT bisa berjalan tidak terarah, sulit dipantau, dan hasil belajarnya tidak konsisten antar peserta.
Cara mengatasi:
- Buat program pelatihan OJT yang sistematis, lengkap dengan tujuan, materi, metode, dan sistem evaluasi.
- Siapkan modul atau buku panduan OJT yang bisa diakses peserta dan mentor.
- Tentukan mentor khusus yang bertanggung jawab membimbing peserta sesuai kurikulum.
2. Lingkungan Kerja Baru yang Belum Dikenal
Peserta OJT, terutama mahasiswa magang atau karyawan baru, bisa mengalami kesulitan beradaptasi dengan budaya kerja, pola komunikasi, maupun ritme kerja di lingkungan baru.
Cara mengatasi:
- Adakan sesi orientasi sebelum OJT dimulai untuk mengenalkan lingkungan kerja, SOP, budaya perusahaan, dan ekspektasi.
- Tunjuk buddy atau rekan pendamping selama minggu-minggu awal OJT untuk membantu adaptasi peserta.
- Dorong peserta aktif berkenalan dan berinteraksi dengan tim.
3. Keterbatasan Waktu antara Tugas Kerja dan Pelatihan
Peserta sering kesulitan membagi waktu antara pekerjaan rutin dan materi pelatihan, sehingga keduanya bisa saling berbenturan.
Cara mengatasi:
- Buat jadwal pelatihan yang fleksibel dan terintegrasi dengan aktivitas kerja peserta.
- Gunakan metode pelatihan singkat tapi intensif di sela-sela jam kerja.
- Prioritaskan materi pelatihan yang langsung berhubungan dengan tugas peserta.
4. Risiko Kesalahan di Lapangan
Karena peserta masih dalam proses belajar sambil praktik langsung, mungkin akan terjadi kesalahan yang berdampak ke operasional perusahaan yang cukup besar.
Cara mengatasi:
- Awasi langsung proses kerja peserta, terutama saat pertama kali melakukan tugas penting.
- Lakukan simulasi atau roleplay tugas kerja sebelum diterapkan di kondisi nyata.
- Pastikan mentor siap memberikan arahan dan koreksi saat terjadi kesalahan.
Baca Juga: Training Manajemen Risiko: Apa yang Dipelajari dan Manfaatnya
5. Rendahnya Keterlibatan dan Motivasi Peserta
OJT yang bersifat monoton dan rutinitas bisa membuat peserta cepat bosan dan kurang aktif berpartisipasi.
Cara mengatasi:
- Variasikan metode pelatihan, misalnya melalui studi kasus, diskusi kelompok, praktik proyek, atau kuis interaktif.
- Berikan apresiasi sederhana, seperti ucapan terima kasih, pujian, atau reward kecil.
- Libatkan peserta dalam proyek nyata yang bisa meningkatkan rasa tanggung jawab.
6. Metode Pelatihan Tidak Sesuai Gaya Belajar Peserta
Tidak semua peserta nyaman dengan metode praktis langsung.
Beberapa di antara mereka lebih suka belajar lewat teori, video, atau diskusi.
Cara mengatasi:
- Identifikasi gaya belajar peserta sejak awal pelatihan.
- Kombinasikan berbagai metode belajar: praktik, teori singkat, visualisasi, atau diskusi.
- Sediakan materi pendukung seperti handbook, video tutorial, atau artikel referensi.
Baca Juga: Synchronous Training: Pengertian, Manfaat, dan Tantangannya
Apa Saja Tips Sukses OJT?
OJT adalah pelatihan memerlukan persiapan matang untuk memaksimalkan hasil dan mengoptimalkan sumber daya yang ada.
Berikut beberapa tips yang bisa Anda lakukan:
1. Analisis Kebutuhan Pelatihan
Tentukan tujuan dan hasil yang diinginkan dari program pelatihan kerja langsung Anda. Apa saja sasaran yang harus dicapai agar program ini dianggap sukses?
Identifikasi keterampilan dan kemampuan yang perlu dikuasai peserta pelatihan.
Untuk melakukannya, pahami peran yang akan dipelajari karyawan. Identifikasi proses dan praktik yang perlu dikuasai, lalu sesuaikan dengan misi dan visi organisasi.
Dengan analisis yang mendalam, Anda dapat membuat keputusan yang lebih baik untuk pelatihan praktis yang unggul.
2. Pilih Metode yang Sesuai dengan Kebutuhan
Pilih pendekatan pelatihan yang tepat untuk mencapai tujuan Anda.
Dari metode pelatihan kerja langsung yang telah dijelaskan, mana yang paling cocok untuk membantu karyawan memahami tugas mereka?
Pertimbangkan apakah karyawan akan lebih berkembang dalam program yang terstruktur atau tidak terstruktur.
Anda juga dapat mengombinasikan pelatihan langsung dengan kursus digital atau asesmen campuran untuk meningkatkan hasil.
3. Kembangkan Rencana Pelatihan
Rencana pelatihan memberikan arah dan memastikan konsistensi.
Berdasarkan kebutuhan dan metode yang telah ditentukan, rencana ini harus mencakup topik utama, pencapaian, dan pengukuran keberhasilan.
Rencana ini juga menentukan pengalaman belajar peserta, tugas yang ditargetkan, dan materi pendukung.
Baca Juga: 7 Langkah Melakukan Perencanaan Pelatihan Karyawan dan Tipsnya
4. Bangun Proses dan Struktur Pembelajaran
Proses dan struktur pembelajaran memecah rencana pelatihan menjadi langkah-langkah yang dapat diterapkan. Proses ini mencakup:
- Menentukan aktivitas praktis yang harus dilakukan peserta untuk menguasai keterampilan baru.
- Menetapkan periode waktu untuk setiap pencapaian pembelajaran.
- Membuat daftar periksa dan matriks pelatihan untuk melacak kemajuan.
- Menugaskan manajer, pemimpin, dan pelatih untuk memastikan pencapaian tujuan.
Langkah-langkah ini memastikan semua sumber daya dan peluang digunakan secara optimal.

5. Persiapkan dan Buat Materi yang Dibutuhkan
Memberikan semua sumber daya yang relevan membantu peserta pelatihan belajar dengan lebih efisien.
Siapkan manual, prosedur, dan panduan kerja yang mendukung kepatuhan dan optimalisasi.
Buat juga materi tambahan seperti kursus eLearning atau asesmen kerja untuk meningkatkan pelatihan langsung.
6. Pilih Mentor yang Tepat
Mentor yang berpengalaman dan komunikatif dapat memastikan kualitas pelatihan kerja langsung.
Pilih karyawan senior yang memiliki keterampilan komunikasi yang baik dan keinginan untuk mengajar.
Jika perlu, adakan pelatihan untuk calon mentor agar transfer pengetahuan berlangsung dengan optimal.
Baca Juga: Mentor Adalah: Ini Pengertian, Manfaat, dan Tips Suksesnya
7. Laksanakan dan Evaluasi
Terapkan pelatihan praktis yang telah dipersiapkan, dan pantau kemajuan peserta pelatihan secara berkala.
Anda dapat menggunakan evaluasi seperti demonstrasi dan kuis untuk mengevaluasi pemahaman mereka.
Catat kekuatan dan kelemahan peserta, lalu lakukan penyesuaian jika diperlukan. Penilaian dan adaptasi yang terus-menerus memastikan program tetap relevan dan efektif.
8. Tinjau dan Kumpulkan Feedback
Setelah pelatihan selesai, evaluasi efektivitas program dengan meninjau kinerja peserta dan mengumpulkan feedback.
Anda dapat melakukannya dengan:
- Mengadakan survei atau wawancara satu-satu dengan peserta dan fasilitator.
- Menganalisis data tentang penyelesaian, keterlibatan, dan pencapaian.
- Membandingkan kemampuan peserta sebelum dan setelah pelatihan.
Langkah ini memastikan program pelatihan kerja langsung mendukung integrasi karyawan untuk saat ini dan di masa depan.
Baca Juga: Pengertian ADDIE Model Dalam Proses Pelatihan dan Cara Membuatnya
Apa Saja Perbedaan OJT dan Off the Job Training?
Off the job training adalah metode pelatihan karyawan yang dilakukan di luar lingkungan kerja atau tempat kerja sehari-hari.
Biasanya pelatihan ini dilaksanakan di pusat pelatihan khusus, ruang pertemuan, hotel, atau tempat lain yang ditentukan oleh perusahaan.
Materi yang disampaikan bisa berupa teori, simulasi, atau studi kasus, dan peserta tidak terganggu oleh aktivitas pekerjaan rutin selama pelatihan berlangsung.
Berbeda dengan OJT yang dilakukan langsung di lingkungan kerja peserta, off the job training memungkinkan karyawan fokus sepenuhnya terhadap materi pelatihan tanpa harus memikirkan tugas harian mereka.
Perbandingan dari Segi Efektivitas dan Tujuan
Dari segi efektivitas, OJT dinilai lebih cepat dan efisien dalam membekali karyawan dengan keterampilan praktis yang langsung relevan dengan pekerjaannya.
Peserta bisa langsung mempraktikkan apa yang dipelajari di situasi nyata, sehingga proses adaptasi terhadap lingkungan kerja menjadi lebih cepat.
Sementara itu, off the job training lebih efektif untuk menyampaikan teori, konsep, atau pelatihan khusus yang membutuhkan fokus penuh tanpa gangguan.
Karena dilaksanakan di luar lingkungan kerja, peserta bisa lebih bebas berdiskusi, berbagi pengalaman, dan menerima materi dari sudut pandang yang lebih luas.
Dari segi tujuan:
OJT bertujuan untuk membekali peserta dengan keterampilan teknis spesifik yang langsung berkaitan dengan tugas harian.
Off the job training lebih sering digunakan untuk pengembangan soft skills, kepemimpinan, wawasan industri, atau pelatihan bersertifikat yang memerlukan pembahasan mendalam.
Kapan Sebaiknya Menggunakan Masing-Masing Metode
On the job training sebaiknya digunakan saat:
- Melatih karyawan baru yang perlu langsung memahami tugas kerja harian.
- Meningkatkan keterampilan teknis yang berkaitan langsung dengan alat, mesin, atau sistem di perusahaan.
- Mengajarkan SOP, alur kerja, atau praktik kerja standar yang hanya bisa dipelajari di tempat kerja.
Sementara, off the job training cocok digunakan saat:
- Memberikan pelatihan kepemimpinan, motivasi, komunikasi, atau keterampilan manajerial.
- Mengadakan workshop atau seminar dengan topik umum atau teori yang membutuhkan diskusi mendalam.
- Melatih karyawan tentang regulasi, perubahan kebijakan, atau konsep bisnis terbaru yang belum bisa diterapkan langsung di lapangan.
- Ingin menciptakan suasana pelatihan yang bebas gangguan agar peserta fokus dan nyaman.
Baca Juga: Apakah Training Kerja Tetap Digaji? Simak Jawaban dan Aturannya
Kesimpulan
Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami bahwa OJT adalah strategi penting untuk meningkatkan kompetensi dan produktivitas karyawan.
Dengan strategi yang tepat, OJT dapat menjadi investasi jangka panjang bagi perusahaan untuk menciptakan tenaga kerja yang unggul dan mampu bersaing di pasar yang dinamis.
Namun, keberhasilan pelatihan tidak hanya ditentukan oleh materi yang disampaikan, tetapi juga oleh bagaimana program tersebut dirancang dan diintegrasikan dengan kebutuhan spesifik perusahaan.
Untuk mendukung proses ini, perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan aplikasi HRIS dari GajiHub.
Melalui sistem ini, Anda dapat dengan mudah melakukan evaluasi kinerja, karena GajiHub memberikan 30 laporan performa karyawan.
Dengan laporan tersebut, tim HR dan manajer dapat menyusun rencana pelatihan yang dibutuhkan oleh karyawan dan perusahaan.
Selain itu, fitur-fitur lain yang dimiliki GajiHub juga memungkinkan Anda untuk menyusun struktur organisasi dan mengelola persetujuan cuti, lembur, hingga reimbursement dengan mudah.
Tertarik mencoba? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.