Toxic productivity menjadi hal yang saat ini sangat dekat dengan dunia kerja.
Ini merupakan keadaan dimana seorang karyawan mengedepankan kerja keras tanpa mempedulikan kesehatan fisik dan mental.
Sebenarnya mengedepankan kerja keras dan produktivitas ini bukan hal yang buruk, namun jika sampai kesehatan tidak dijaga pastinya akan merugikan diri sendiri dan tempat kerja.
Lalu apa sebenarnya yang dimaksud toxic productivity ini? Apa ciri-ciri dari toxic productivity dan bagaimana cara mengatasinya?
Pada artikel ini GajiHub akan menjelaskan mengenai toxic productivity. Simak selengkapnya hanya di bawah ini:
Apa Pengertian dari Toxic Produktivity?
Sederhananya, toxic productivity adalah suatu keadaan dimana seseorang mendorong dirinya untuk memiliki produktivitas ekstrem hingga berpengaruh pada kesehatan.
Ini merupakan keadaan ketika keinginan kita untuk mencapai kesuksesan berubah menjadi tidak sehat.
Toxic productivity mendorong seseorang untuk terus bekerja, bahkan ketika tubuh dan pikiran berusaha protes dan menolak.
Fenomena pekerjaan ini nyatanya lebih dari sekadar kesibukan untuk menyelesaikan tugas.
Ini adalah tindakan dimana Anda merasa tidak cukup dengan aktivitas yang ada miliki, menyebabkan banyak orang mengabaikan rutinitas perawatan diri yang penting dan waktu pribadi untuk memulihkan diri.
Toxic productivity sering kali dikaitkan dengan workaholic dan hustle culture.
Workaholic merupakan istilah yang diberikan kepada seseorang yang bekerja secara berlebihan sehingga menghabiskan waktu yang dimiliki untuk bekerja.
Ketika mereka tidak bekerja atau tidak bekerja, mereka akan merasa tidak nyaman dan bahkan bisa merasa bersalah.
Bedanya, seseorang dengan workaholic tidak berusaha mencari pengakuan bahwa dirinya sangat produktif, seperti halnya pada toxic productivity.
Sedangkan hustle culture merupakan pandangan yang memuju dan mendorong seseorang untuk bekerja tanpa henti.
Bahkan mereka menganggap bahwa bekerja tanpa henti adalah kunci dari kesuksesan.
Memang, hustle culture mampu mendorong seseorang pada kesuksesan, tetapi jika dilakukan tanpa keseimbangan dan mengabaikan kesehatan, maka dapat berdampak buruk hingga mengakibatkan burnout.
Baca Juga: 12 Metrik Produktivitas yang Harus Diketahui Tim HR
Apa Penyebab Toxic Productivity?
Berikut ini adalah penyebab utama dari toxic productivity:
1. Budaya kesibukan
Berkat munculnya personal branding dan sorotan media sosial, ada keyakinan yang berkembang bahwa kita harus selalu ‘aktif’ setiap saat.
Budaya ini menjual gagasan bahwa merek pribadi dan harga diri kita secara langsung terkait dengan seberapa sibuknya penampilan kita.
2. Ekspektasi yang dipaksakan sendiri
Kita semua ingin bersinar, bukan? Namun terkadang, kita menetapkan standar yang terlalu tinggi.
Harapan yang tidak realistis, terutama yang kita tempatkan pada diri kita sendiri, dapat mengarah pada pengejaran kesempurnaan tanpa henti dengan mengorbankan kesehatan mental kita.
3. Menghindari hal yang sebenarnya
Beberapa dari kita menggunakan pekerjaan sebagai perisai untuk menghindari perasaan atau masalah yang menyakitkan dalam kehidupan pribadi kita.
Alih-alih menghadapi apa yang mengganggu kita, kita malah mengubur diri kita dalam pekerjaan, berpikir bahwa jika kita sibuk, kita baik-baik saja.
Baca Juga: Kerja Cerdas: Ini Pentingnya dan Cara Melakukannya
Apa Saja Ciri-ciri Toxic Produktivity?
Produktivitas beracun lebih dari sekadar istilah yang sedang tren.
Produktivitas beracun adalah masalah yang memengaruhi kesehatan fisik dan mental di tempat kerja.
Mengenali tanda-tandanya sejak dini dapat membantu mengatasi tantangan ini, dan mendorong keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik bagi semua orang yang terlibat.
Jadi, apa saja yang harus Anda waspadai?
1. Tanda-tanda individu
- Lembur terus-menerus: Jika seseorang secara konsisten bekerja hingga larut malam, ini adalah tanda bahaya. Meskipun lembur sesekali diharapkan dalam beberapa peran, menjadikannya kebiasaan dapat memperburuk kesehatan mental dan fisik.
- Keengganan untuk beristirahat: Setiap orang perlu menyisihkan waktu untuk beristirahat. Penolakan untuk beristirahat, bahkan untuk beberapa saat, menunjukkan persepsi yang tidak baik tentang produktivitas.
- Menurunnya kualitas kerja: Mengalami produktivitas yang beracun dapat menyebabkan kelelahan, dan kelelahan sering kali dapat mengakibatkan penurunan kualitas kerja. Jika karyawan yang dulunya luar biasa mulai menunjukkan penurunan yang konsisten, inilah saatnya untuk melakukan pengecekan.
Baca Juga: Nepotisme di Tempat Kerja: Dampak, Contoh, dan Cara Mengatasi
2. Tanda-tanda tim
- Tingkat stres yang tinggi: Tim yang mengalami produktivitas beracun sering kali menunjukkan stres yang tinggi. Jika suasana terasa tegang atau jika pekerja jarak jauh menunjukkan ketidaknyamanan, perhatikan.
- Sering terjadi miskomunikasi: Ketika semua orang selalu “aktif”, akan lebih sulit untuk berkomunikasi secara efektif. Kesalahpahaman bisa menjadi lebih sering terjadi, sehingga menghambat kolaborasi tim.
- Meningkatnya ketidakhadiran: Dampak langsung dari kesehatan fisik dan mental yang terganggu adalah lebih seringnya anggota timabsen. Jika anggota tim sering absen, ini bisa jadi pertanda bahwa mereka tidak mendapatkan waktu pribadi yang dibutuhkan untuk memulihkan diri.
3. Tanda-tanda organisasi
- Tingkat pergantian karyawan yang tinggi: Tidak ada yang mau bertahan di lingkungan yang terus menerus merasa tertekan. Jika Anda kehilangan staf pada tingkat yang lebih tinggi, produktivitas yang beracun mungkin menjadi penyebabnya.
- Berkurangnya keterlibatan karyawan: Karyawan yang terlibat adalah karyawan yang proaktif, inovatif, dan sering kali merupakan detak jantung organisasi. Namun ketika keseimbangan antara tips dan pekerjaan menjadi segalanya, keterlibatan bisa berkurang.
Baca Juga: Toxic Leadership: Tanda dan Cara Menyikapinya
Apa Dampak Negatif dari Toxic Produktivity?
Berikut beberapa dampak yang bisa didapatkan dari toxic productivity:
1. Dampak terhadap kesehatan fisik
Anda tahu perasaan yang muncul saat Anda merasa lelah?
Bukan hanya lelah tetapi juga merasa lelah secara fisik. Hal itu bisa jadi merupakan akibat langsung dari toxic productivity.
Konsekuensinya bisa berupa kelelahan dan gangguan tidur.
2. Masalah kesehatan mental
Terus-menerus memaksakan diri dapat merusak kesehatan mental kita.
Tanda-tanda toxic productivity dapat muncul sebagai kelelahan, kecemasan, dan bahkan depresi.
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal menunjukkan tanda-tanda ini, mungkin ini saatnya untuk mengobrol dengan ahli kesehatan mental.
3. Penurunan kolaborasi tim
Ketika produktivitas beracun merembes ke tempat kerja, hal ini mempengaruhi lebih dari sekadar individu.
Tim dapat mengalami penurunan kolaborasi, dan Anda mungkin melihat lebih banyak orang yang keluar dari pekerjaan (ya, tingkat pergantian karyawan yang tinggi).
4. Penurunan kualitas pekerjaan
Apakah Anda berpikir bahwa lebih banyak pekerjaan berarti hasil yang lebih baik? Tidak selalu.
Otak yang terlalu banyak bekerja bisa menghasilkan pekerjaan dengan kualitas yang lebih rendah.
Ditambah lagi, ketika kita selalu berada dalam “mode tugas”, kita mungkin akan melewatkan kesempatan emas untuk berinovasi.
Baca Juga: Toxic Workplace: Pengertian, Tanda, dan Cara Menghadapinya
Bagaimana Cara Mengatasi Toxic Produktivity?
Tempat kerja yang produktif bukan berarti tenaga kerja di dalamnya harus mengalami kelelahan.
Sebaliknya, dengan beberapa strategi yang disengaja, kita bisa memerangi produktivitas yang beracun, menumbuhkan lingkungan yang sehat di semua tingkat organisasi.
Berikut ini adalah beberapa tindakan yang bisa dilakukan untuk memastikan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi.
1. Tingkat individu
- Menetapkan batasan yang jelas: Ini bukan hanya tentang mematikan komputer pada jam tertentu. Ini adalah tentang transisi mental dari pekerjaan ke waktu pribadi, memberikan waktu berkualitas untuk kehidupan keluarga, hobi, dan istirahat. Ini adalah langkah pertama untuk mengatasi produktivitas yang beracun.
- Beristirahat secara teratur: Istirahat secara teratur sangat penting. Entah itu peregangan selama lima menit, berjalan-jalan, atau sekadar istirahat, mempraktikkan perawatan diri dalam jam kerja dapat mencegah kelelahan.
- Mencari dukungan: Jika beban pekerjaan terasa sangat berat, carilahdukungan. Ini bisa dilakukan dengan rekan kerja, supervisor, atau bahkan kelompok dukungan eksternal.
2. Tingkat tim
- Pemeriksaan rutin: Pastikan ada pertemuan tim yang sering dilakukan untuk membahas beban kerja. Ini adalah kesempatan bagi para anggota untuk berbagi jika mereka merasa kewalahan dan membutuhkan bantuan.
- Kegiatan membangun tim: Sedikit kesenangan bisa sangat bermanfaat. Aturlah kegiatan yang dapat menghilangkan stres dan memupuk persahabatan. Kegiatan ini bisa berupa apa saja, mulai dari permainan sederhana hingga tamasya tim.
- Menumbuhkan kolaborasi daripada kompetisi – Lingkungan tim yang kolaboratif mengurangi tekanan individu untuk “mengungguli” dan sebaliknya mendorong kesuksesan kolektif. Dorong anggota tim untuk berbagi sumber daya, wawasan, dan bahkan beban kerja jika ada yang terlalu penuh.
3. Tingkat Organisasi
- Jam kerja yang fleksibel dan opsi kerja jarak jauh: Tidak semua orang memiliki jam kerja produktif dari jam 9 sampai jam 5 sore. Memberikan fleksibilitas dapat memungkinkan karyawan untuk bekerja pada saat mereka paling efisien, yang mengarah pada hasil yang lebih baik. Selain itu, bagi mereka yang lebih suka, bekerja jarak jauh dapat mengurangi stres dalam perjalanan dan menyediakan lingkungan yang lebih nyaman.
- Pelatihan untuk manajer: Membekali manajer dengan keterampilan dan pengetahuan untuk mengenali tanda-tanda kelelahan. Pendekatan proaktif ini memastikan masalah ditangani sebelum masalah tersebut meningkat, sehingga membantu memerangi produktivitas yang beracun.
- Budaya yang ramah terhadap feedback: Lingkungan di mana karyawan dapat menyuarakan kekhawatiran tanpa rasa takut sangatlah penting. Buatlah saluran umpan balik di mana saran, keluhan, dan komentar umum dapat disampaikan secara terbuka.
- Program dan sumber daya kesehatan: Perkenalkan program yang berfokus pada kesejahteraan mental dan fisik karyawan. Ini bisa dalam bentuk keanggotaan gym, sesi meditasi, atau akses ke ahli kesehatan mental.
Memasukkan strategi ini dapat memastikan tempat kerja di mana individu tidak hanya bekerja, tetapi juga berkembang.
Ingatlah, produktivitas seharusnya meningkatkan, bukan mengorbankan, kesejahteraan kita
Dengan mengambil langkah-langkah ini, organisasi dapat memastikan bahwa mereka memprioritaskan aset mereka yang paling berharga: karyawan.
Baca Juga: Manfaat Analisis Produktivitas dan Metrik untuk Mengukurnya
Apa Peran HR dalam Menghindari Toxic Productivity?
Peran SDM dalam menghindari produktivitas beracun sangatlah penting.
Sebagai departemen utama yang bertanggung jawab atas kesejahteraan karyawan dan budaya perusahaan, HR bertanggung jawab untuk memperkenalkan dan mengimplementasikan strategi yang membantu karyawan mengatasi toxic productivity.
Salah satu peran utama HR adalah mendidik dan meningkatkan kesadaran tentang pentingnya kehidupan kerja yang seimbang.
Hal ini termasuk membuat program dan lokakarya yang mengajarkan karyawan bagaimana mempraktikkan perawatan diri, memastikan bahwa mereka memahami pentingnya hal tersebut dalam menjaga kesehatan mental dan kesejahteraan secara keseluruhan.
Selain itu, HR dapat membuat kebijakan yang mendorong karyawan untuk beristirahat dan memastikan mereka memiliki waktu pribadi yang cukup untuk memulihkan diri.
Hal ini termasuk menetapkan pedoman seputar jam kerja, mempromosikan pentingnya mengambil liburan, dan bahkan mungkin memperkenalkan hari kesehatan atau hari kesehatan mental.
Baca Juga: Multitasking dalam Bekerja: Pengertian, Kekurangan, dan Cara Menguranginya
Kesimpulan
Itulah tadi penjelasan mengenai toxic productivity yang dapat menjadi informasi baru bagi Anda untuk mengelola pekerjaan dan karyawan dengan baik.
Dari penjelasan artikel yang ada di atas, dapat diketahui bahwa toxic productivity adalah hal yang harus Anda hindari agar Anda bisa menciptakan work life balance.
Menghindari toxic productivity nyatanya tidak hanya memberikan manfaat untuk kesehatan Anda, tetapi juga untuk produktivitas Anda dalam bekerja.
Meski toxic productivity, terkesan baik untuk meningkatkan produktivitas, nyata ini hanyalah jebakan yang jika Anda terus mempertahankannya bisa memberikan dampak buruk di masa depan.
Sebagai HR, Anda memiliki kewajiban mencegah dan mengatasi toxic productivity dengan baik, salah satunya dengan melakukan pengelolaan karyawan dengan sebaik mungkin.
Gunakan sistem HRIS dari GajiHub untuk memudahkan pengelolaan karyawan di perusahaan Anda.
GajiHub merupakan sistem HRIS yang dilengkapi berbagai fitur untuk kemudahan pengelolaan karyawan di perusahaan Anda.
Yuk daftar GajiHub sekarang juga di tautan ini dan dapatkan uji coba gratis selama 14 hari.
- Insentif Adalah: Ini Pengertian dan Jenis-Jenisnya - 23 December 2024
- Pajak Gaji Berapa Persen? Berikut Besarannya Sesuai Regulasi - 20 December 2024
- 25 Rekomendasi Kerja Online yang Wajib Anda Coba - 20 December 2024