Upah Borongan: Pengertian, Contoh Keuntungan, dan Kerugiannya

upah borongan banner

Indonesia menerapkan beberapa jenis sistem upah yang bisa diterapkan dalam industri yang berbeda-beda. Sebagai contoh, terdapat sistem upah borongan yang umumnya digunakan dalam industri kontraktor, renovasi rumah, ataupun proyek-proyek lainnya.

Pada artikel kali ini, Gajihub akan membahas apa yang dimaksud dengan upah borongan, kelebihan dan kekurangan, hingga contoh perhitungannya.

Apa yang Dimaksud dengan Upah Borongan?

Upah borongan atau piece rate adalah cara membayar karyawan berdasarkan berapa banyak hasil kerja atau proyek yang mereka kerjakan. Hal ini tentu berbeda dari sistem pembayaran pada umumnya, yang dihitung berdasarkan berapa lama mereka bekerja.

Pengertian mengenai upah borongan juga tercantum dalam rincian PER-16/PJ/2016, bahwa upah borongan merupakan upah yang diterima atau diperoleh pergawai yang terutang atau dibayarkan berdasarkan penyelesaian suatu jenis pekerjaan tertentu.

Seperti yang telah dijelaskan di atas, sistem upah borongan digunakan dalam industri konstruksi, proyek, dan berbagai jenis pekerjaan yang dapat diukur dalam satuan pekerjaan tertentu, seperti pengecatatan dinding, pemasangan pipa, dan sebagainya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Lukmanasari dkk (2016) upah pekerja merupakan komponen yang cukup besar, yaitu sekitar 30% di dalam nilai konstruksi. Oleh karena itu, perusahaan atau pemberi kerja wajib mengelola upah borongan dengan baik.

Biasanya, perusahaan akan membayar pekerja dengan tarif standar untuk setiap unit produk yang mereka kerjakan.

Namun, apabila pekerja berhasil menghasilkan lebih banyak dari target yang telah ditetapkan, mereka akan mendapatkan tambahan upah sesuai dengan jumlah produk yang mereka buat.

Contohnya, perusahaan tekstil yang mempekerjakan para penjahit dengan sistem upah borongan, yaitu Rp1.500 untuk setiap pakaian yang berhasil dijahit. Maka, apabila terdapat seorang penjahit yang berhasil menghasilkan 120 pakaian, ia akan memperoleh upah sebesa Rp180.000.

Baca Juga: 10 Cara Menumbuhkan Kerja Prestatif di Lingkungan Kerja

upah borongan

Industri Apa yang Menerapkan Sistem Upah Borongan?

Secara umum, sistem upah borongan digunakan untuk berbagai industri yang pekerjaannya dapat diukur dalam satuan pekerjaan atau produksi tertentu. Berikut beberapa contohnya:

1. Industri Konstruksi

Pekerjaan seperti pemasangan pipa, pengecatan, pemasangan lain, dan sebagainya sering kali menggunakan sistem upah borongan.

Pekerja atau kontraktor akan dibayar berdasarkan berapa banyak pekerjaan yang berhasil diselsaikan, misalnya dengan menghitung berapa banyak meter persegi lantai yang dipasang.

2. Industri Pakaian

Pekerjaan yang berkaitan denngan pakaian biasanya juga menerapkan sistem upah borongan. Para pekerja dibayar berdasarkan jumlah pakaian yang berhasil mereka jahit.

3. Manufatktur Elektronik

Dalam produksi elektronik seperti perakitan komponen atau perangkat elektronik, pekerjaan bisa diukur berdasarkan berapa banya produk yang berhasil dirakit atau diuji.

4. Industri Pertanian

Pekerjaan dalam industri pertanian melibatkan panen buah-buahan, pemetikan tanaman, dan pemangkasan tanaman, sehingga lebih cocok dengan sistem upah borongan. Pekerja dibayar bedasarkan seberapa banyak hasil pertanian yang berhasil mereka garap.

Baca Juga: Mengenal Berbagai Jenis Pay Period dalam Proses Payroll dan Tips Menentukannya

5. Pabrik Makanan dan Minuman

Industri pabrik makanan juga dapat menggunakan sistem upah borongan, misalnya berdasarkan jumlah unit yang berhasil dikemas.

6. Industri Logistik dan Pengiriman

Pekerjaan seperti pemindahan barang, pengemasan, dan pengirimanan bisa menggunakan sistem upah borongan berdasarkan jumlah pekerjaan yang berhasil diselesaikan.

7. Industri Kontraktor dan Renovasi

Pekerjaan renovasi rumah, perbaikan, dan konstruksi juga mengadopsi sistem penguhapan borongan, di mana pekerja atau kontraktor dibayar berdasarkan tugas yang telah dikerjakan.

Baca Juga: 9 Jenis Struktur Komisi Penjualan dan Cara Memilihnya

gajihub 2

Apakah Sistem Upah Borongan Menguntungkan?

Ya, sistem upah borongan menguntungkan baik dari sisi produsen maupun pekerja. Berikut adalah beberapa keuntungan dari menggunakan sistem pembayaran upah borongan (per piece): 

1. Peningkatan Produksi dan Efisiensi

Sistem pembayaran borongan dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas karyawan dengan memastikan mereka bekerja keras untuk mencapai tujuan mereka.

Sebab, karyawan tahu bahwa mereka bisa mendapatkan pembayaran lebih tinggi jika melaksanakan tugas dengan efisien dan cepat.

2. Pengawasan Minimal

Dalam sistem borongan, karyawan memerlukan sedikit atau bahkan tidak memerlukan pengawasan saat menjalankan tugas. Sebab, sistem ini mendorong karyawan untuk mandiri dan bekerja dengan cepat agar pendapatan mereka meningkat.

3. Perhitungan Gaji Lebih Mudah

Sistem ini membuat pembayaran lebih mudah, karena pengusaha sudah setuju terkait jumlah unit yang harus diselesaikan karyawan, dan karyawan sudah setuju mengenai tarif bayar per unit.

Selanjutnya, pengusaha akan mengalikan jumlah unit dengan tarif bayar untuk menentukan total pembayaran setelah pekerjaan selesai.

4. Terhindari dari Pemborosan Waktu

Berbeda dari sistem satuan waktu, karyawan dalam sistem borongan hanya menerima upah untuk tugas yang mereka selesaikan, sehingga jika mereka tidak bekerja maka mereka tidak akan mendapat upah.

Akibatnya, karyawan dalam sistem borongan dapat menghindari pemborosan waktu, yang dapat mempengaruhi pendapatan mereka.

5. Peningkatan Produksi

Sifat mandiri dari sistem borongan membuat karyawan selalu bekerja lebih keas untuk mencapai tujuan terkait pendapatan mereka. Dengan demikian, biaya produksi pun akan berkurang, sementara tingkat produksi meningkat.

Baca Juga: Manajemen Produksi: Arti, Fungsi, Hingga Ruang Lingkupnya

6. Evaluasi Diri Karyawan

Secara umum, karyawan akan menentukan tujuan mereka dan berusaha mencapainya.

Ini memungkinkan mereka untuk mengevaluasi diri sendiri dan menentukan apakah akan mempertahankan atau mengubah target mereka, tergantung pada kemmapuan dan tanpa campur tangan dari pengusaha.

7. Penggunaan Mesin dan Peralatan yang Efisien

Karyawan berfokus pada penggunaan mesin dan fasilitas lainnya untuk mencapai tujuan mereka dengan cepat dan efisien.

Mereka juga menggunakan perangkat secara efektif, karena memahami kerusakan perangkat bisa menghambat tingkat produksi, yang akhirnya mengurangi pendapatan mereka.

8. Efektivitas Pengendalian Biaya

Output yang lebih baik memungkinkan pengurangan biaya operasional di setiap unit. Saat bisnis menetapkan biaya operasional, secara alami hal tersebut akan mengurangi biaya yang digunakan untuk memproduksi satu unit, sehingga mengurangi biaya produk tersebut.

9. Perhitungan Praktis

Manajemen dan pengusaha mengetahui jumlah biaya tenaga kerja yang mereka butuhkan untuk setiap unit prodouksi. Hal ini bermanfaat bagi organisasi saat mengembangkan penawaran dan rencana produksi.

10. Kontrol dan Perencanaan yang Lebih Mudah

Pengusaha yang menggunakan sistem ini lebih mudah merencanakan produksi, yaitu dengan menetapkan tujuan dan mengontrol bagaimana cara mencapainya.

Misalnya, mereka dapat dengan mudah menetapkan dan mencapai target yang ingin dihasilkan per hari, minggu, atau bulan, setelah memahami dan menentukan kemampuan karyawan.

Baca Juga: Compensation Planning, Ketahui Arti, Tujuan, Hingga Tahapannya

upah borongan

Apkah Sistem Upah Borongan Merugikan?

Selain keuntungan, sistem upah borongan juga memiliki beberapa kerugian, seperti:

1. Penurunan Kualitas

Saat karyawan berhasil menyelesaikan banyak pekerjaan dengan cepat, mereka mungkin tidak bisa menjaga kualitas produk dengan baik.

Hal ini bisa membuat produk yang dihasilkan menjadi kurang maksimal, merugikan bisnis, atau harus mengulang pekerjaan, yang akhirnya mengurangi pendapatan karyawan.

2. Kesepakatan Upah

Menentukan jumlah yang cocok untuk pengusaha dan karyawan dapat memakan waktu yang lama dan sulit, karena melibatkan banyak disuksi.

3. Tekanan pada Karyawan

Ketika karyawan dibayar sesuai hasil yang dikerjakan, mereka cenderung terus mendorong diri untuk mencapai target mereka. Beberapa karyawan mungkin bekerja terlalu keras, hingga berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental.

4. Tidak Puas

Beberapa karyawan dapat merasa tidak puas dengan pendapatan yang mereka terima, terutama jika mereka tidak bisa menghasilkan uang yang cukup karena keterlambatan atau alasan lainnya.

Di sisi lain, karyawan yang bekerja cepat dan menghasilkan pekerjaan dengan kualitas tinggi mungkin ingin mendapatkan lebih banyak upah atas hasil kerja mereka yang bagus.

5. Ketakutan Kehilangan Pendapatan

Karyawan yang dibayar berdasarkan berapa banyak pekerjaannya, sering kali merasa cemas tentang kehilangan pendapatan saat mereka sedang tidak bisa bekerja. Misalnya, karena sakita tau alasan lain.

Baca Juga: Cara Menghitung Gaji Bersih yang Wajib Diketahui Karyawan dan Pemilik Bisnis

Contoh Perhitungan Upah Borongan

Berikut adalah beberapa contoh darti perhitungan upah borongan pada beberapa industri:

1. Contoh Perhitungan Upah Borongan di Industri Elektronik

Di sebuah pabrik elektronik, terdapat seorang pekerja yang bertugas untuk merakit komponen elektronik. Pekerja ini dibayar berdasarkan jumlah produk yang berhasil dirakit, menggunakan sistem upah borongan. Perusahaan telah menetapkan tarif upah sebesar Rp2,000 per produk yang berhasil dirakit.

Pada suatu hari, pekerja tersebut berhasil merakit:

50 produk pada waktu pagi.
70 produk pada waktu siang.
40 produk pada waktu sore.
Berikut adalah perhitungan upah yang dia terima:

Total produk yang berhasil dirakit: 50 + 70 + 40 = 160 produk.
Tarif upah per produk: Rp2,000.
Total upah yang diterima: 160 produk x Rp2,000/produk = Rp320,000.
Dalam contoh ini, pekerja tersebut berhasil merakit total 160 produk, sehingga dia akan menerima upah sebesar Rp320,000 berdasarkan tarif upah per produk yang telah ditetapkan.

2. Contoh Perhitungan Upah Borongan di Industri Pakaian

Seorang penjahit bekerja di sebuah pabrik pakaian dengan sistem upah borongan. Pabrik ini membayar penjahit berdasarkan jumlah pakaian yang berhasil dijahit. Tarif upah yang disepakati adalah Rp3,000 per pakaian.

Selama seminggu, penjahit tersebut berhasil menjahit:

Senin: 40 pakaian
Selasa: 35 pakaian
Rabu: 50 pakaian
Kamis: 45 pakaian
Jumat: 55 pakaian

Berikut adalah perhitungan upah yang dia terima:

Total pakaian yang berhasil dijahit: 40 + 35 + 50 + 45 + 55 = 225 pakaian.
Tarif upah per pakaian: Rp3,000.
Total upah yang diterima: 225 pakaian x Rp3,000/pakaian = Rp675,000.
Dalam contoh ini, penjahit tersebut berhasil menjahit total 225 pakaian selama seminggu, sehingga dia akan menerima upah sebesar Rp675,000 berdasarkan tarif upah per pakaian yang telah disepakati.

3. Contoh Perhitungan Upah Borongan di Konstruksi Bangunan

Di proyek konstruksi bangunan, seorang pekerja tugasnya adalah memasang bata. Pekerja ini menggunakan sistem upah borongan dengan tarif Rp1,000 per bata yang berhasil dipasang.

Selama pekan tersebut, pekerja ini berhasil memasang:

Senin: 200 batu bata
Selasa: 180 batu bata
Rabu: 220 batu bata
Kamis: 190 batu bata
Jumat: 210 batu bata
Berikut adalah perhitungan upah yang dia terima:

Total batu bata yang berhasil dipasang: 200 + 180 + 220 + 190 + 210 = 1000 batu bata.
Tarif upah per batu bata: Rp1,000.
Total upah yang diterima: 1000 batu bata x Rp1,000/batu bata = Rp1,000,000.
Dalam contoh ini, pekerja berhasil memasang total 1000 batu bata selama seminggu, dan dia akan menerima upah sebesar Rp1,000,000 sesuai dengan tarif upah per batu bata yang telah ditetapkan.

Baca Juga: Cara Menghitung Upah Per Jam Menurut Undang-Undang Terbaru

Kesimpulan

Berdasarkan penjelasan di atas, bisa dipahami bahwa upah borongan merupakan sistem pengupahan yang dapat diterapkan di berbagai industri yang pekerjaannya diukur berdasarkan satuan hasil, seperti industri kontraktor, pakaian, elektronik, dan sebagainya.

Apabila saat ini perusahaan Anda menerapkan sistem upah borongan, untuk mempermudah perhitungannya, Anda dapat menggunakan Gajihub, sebuah software payroll dan HR yang dengan beragam fitur canggihnya.

Salah satunya, Anda dapat memanfaatkan fitur payrollyang memungkinkan Anda untuk mengatur nilai gaji, tunjangan, dan THR dengan mudah.

Selain itu, Gajihub juga dapat melakukan proses penggajian terkait seluruh komponen penghasilan hingga pemotongan upah karyawan secara otomatis.

Yuk, coba gratis selama 14 hari dengan klik tautan ini.

Catatan Kaki: 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *