Siklus Hidup Organisasi: Pengertian, Tujuan, dan Tahapannya Menurut Ahli

siklus hidup organisasi banner

Siklus hidup organisasi penting bagi perusahaan karena dapat menunjukkan perubahan dan perkembangan dari pendirian hingga kemunduran atau transformasi. Hal ini membantu perusahaan menghadapi tantangan dan mengambil tindakan yang tepat untuk mencapai keberhasilan. 

Pada artikel kali ini, Gajihub akan membahas apa itu siklus hidup organisasi, tujuan memahaminya, dan model-model siklus dari beberapa ahli. 

Apa yang Dimaksud dengan Siklus Hidup Organisasi?

Siklus hidup organisasi merupakan suatu model teoritis yang menggambarkan perubahan yang dialami oleh organisasi saat mereka tumbuh dan berkembang.

Pertama, organisasi lahir atau didirikan. Kemudian, mereka tumbuh dan berkembang hingga mencapai kematangan dalam menjalankan tugas-tugasnya. Setelah itu, organisasi akan mengalami penurunan entah karena sudah mencapai tujuan mereka atau karena alasan lainnya. Akhirnya, organisasi tersebut akan berakhir atau ditutup.

Siklus hidup organisasi ini dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perencanaan strategis, pemasaran, perencanaan bisnis, dan pengelolaan keuangan. Semua faktor tersebut sangat penting untuk mengatur cara kerja organisasi dan berapa lama mereka bisa bertahan di pasar.

Oleh karena itu, manajemen organisasi perlu menyadari tahapan mana yang sedang dialami oleh organisasi mereka, untuk mempertimbangkan prioritas dalam setiap tahap dan membuat keputusan yang tepat demi mencapai hasil yang diinginkan.

Siklus hidup organisasi membantu Anda untuk memahami bahwa setiap organisasi akan mengalami tahap-tahap perkembangan seperti kehidupan manusia. Memahami siklus ini membuat Anda dapat mengantisipasi dan mengelola perubahan yang terjadi dalam organisasi dengan baik.

Baca Juga: Job Shadowing: Arti, Manfaat, Hingga Tips Pelaksanaannya

Tujuan Memahami Siklus Hidup Organisasi

Memahami tahapan siklus yang sedang dialami oleh organisasi Anda dapat membantu Anda dalam membuat keputusan yang tepat, agar bisnis tetap sukses dan tidak mengalami kegagalan.

Seperti yang Anda ketahui, jika sebuah bisnis tidak mengambil langkah-langkah proaktif terhadap perubahan dalam siklus kehidupan organisasi, kemungkinan besar bisnis tersebut akan mengalami krisis dan kemunduran.

Siklus hidup organisasi dipengaruhi oleh perilaku manusia. Dalam organisasi, perilaku tersebut memiliki pola yang dapat diprediksi dan menghasilkan krisis yang bisa diprediksi pula. Mempersiapkan diri menghadapi krisis tersebut dapat menentukan apakah organisasi akan melanjutkan ke tahap pengembangan selanjutnya atau mengalami kegagalan.

Dengan memahami siklus kehidupan organisasi, Anda dapat mengantisipasi perubahan yang akan terjadi dan mengambil tindakan yang tepat untuk memastikan organisasi berjalan dengan baik dan dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan sekitarnya.

gajihub 2

Baca Juga: Succession Management: Arti, Manfaat, Hingga Hambatannya

Model-Model Siklus Kehidupan Organisasi

Sejak tahun 1960-an hingga 1990-an, para ahli dan konsultan telah mengusulkan beberapa model siklus kehidupan organisasi. Meskipun model-model tersebut memiliki kesamaan, namun terdapat perbedaan dalam cara pandang dan metode penelitiannya.

Berikut adalah beberapa modelnya yang cukup terkenal:

1. Model Lippitt dan Schmidt

Model Lippitt dan Schmidt Pada tahun 1967, Gordon L. Lippitt dan Warren H. Schmidt menerapkan teori perkembangan kepribadian pada penciptaan, pertumbuhan, kematangan, dan penurunan organisasi bisnis.

Tujuan mereka adalah untuk memprediksi hasil penanganan terhadap suatu masalah pada setiap tahap siklus kehidupan organisasi, seperti tahap kelahiran, masa muda, dan kematangan. Berikut penjelasannya:

  1. Tahap Kelahiran: masalah kritis yang harus dihadapi adalah menciptakan organisasi baru dan bertahan sebagai sistem yang berkelanjutan. Masalah utamanya adalah menentukan risiko dan tindakan yang harus dilakukan.
  2. Tahap Masa Muda: masalah yang dihadapi adalah mencapai stabilitas, reputasi, dan kebanggaan. Pada tahap ini, organisasi juga perlu memikirkan cara mengorganisasi dan mengevaluasi dirinya sendiri.
  3. Tahap Kematangan: organisasi harus memprioritaskan pencapaian. Organisasi perlu memutuskan cara untuk mengubah diri agar dapat mempertahankan posisi yang dapat bersaing.

2. Model Pertumbuhan Greiner

Larry E. Greiner mengembangkan model pertumbuhan berdasarkan usia dan ukuran organisasi dengan asumsi bahwa praktik-praktik organisasi berubah seiring waktu dan bahwa masalah dan prinsip manajemen berhubungan dengan waktu.

Menurut teori ini, pengalaman dan peristiwa masa lalu membentuk perilaku organisasi, dan Greiner menemukan bahwa para pemimpin sering kali terlalu melekat pada struktur yang telah usang untuk mempertahankan kekuasaan mereka.

Dibandingkan berfokus pada pengembangan internal organisasi ini, mereka cenderung hanya memperhatikan faktor-faktor eksternal. Tindakan yang stagnan ini kemudian memicu fase revolusi yang akhirnya mengguncang organisasi.

Hasil dari fase revolusi ini akan menentukan apakah perusahaan akan maju atau mengalami kemunduran. Lama pendekatan evolusi dan revolusi dalam siklus hidup organisasi ditentukan oleh kekuatan pasar.

Ketika perusahaan mengalami keuntungan yang melimpah, fase evolusi akan dominan, tetapi keuntungan tersebut hanya memberikan waktu sebelum terjadinya gejolak revolusioner.

Greiner mengidentifikasi lima fase pertumbuhan pada organisasi, yaitu:

Fase Kreativitas: organisasi menciptakan produk dan mencari pangsa pasar. Pemimpin dalam fase ini bersifat wirausaha dan visioner, merespons permintaan pasar. Namun, karena kurangnya struktur dan manajemen yang belum dikelola dengan baik, terjadilah krisis kepemimpinan.

Fase Penentuan Arah: apabila para pengusaha cukup cerdas untuk melibatkan manajemen bisnis yang baik, maka organisasi dapat membentuk struktur dengan sistem, standar kerja, dan hierarki pelaporan.

Fase Delegasi: terjadi krisis otonomi ketika pengambilan keputusan terlalu terpusat dan tidak efektif. Kemudian, organisasi berusaha beradaptasi dengan melakukan delegasi, namun jika organisasi belum siap, dapat menyebabkan kehilangan karyawan.

Fase Koordinasi: untuk mengatasi krisis kontrol, organisasi perlu mengembangkan sistem formal untuk perencanaan, pengendalian, dan pengelolaan sumber daya.

Pada tahap ini, terjadi perpecahan antara pusat dan manajer lapangan, serta munculnya “krisis birokrasi” karena organisasi menjadi terlalu besar dan kompleks untuk dioperasikan dengan sistem formal yang kaku.

Fase Kolaborasi: jika organisasi berhasil melewati revolusi keempat, birokrasi akan digantikan oleh kolaborasi, kontrol sosial, dan disiplin diri.

Greiner dengan tepat memprediksi bahwa fase kelima ini akan menciptakan krisis dalam kejenuhan psikologis karyawan yang lelah secara emosional dan fisik karena beban kerja tim yang berlebihan dan tekanan untuk berinovasi.

Saat ini kita sudah melihat hasil dari fase revolusioner ini, di mana perusahaan sekarang fokus pada kesejahteraan karyawan, istirahat, dan pemulihan.

Dapat diamati bahwa Fase 6 sudah mulai berlangsung dengan adanya kontrak sosial yang berbeda antara organisasi dan karyawan, karena para pemimpin memahami bahwa karyawan adalah inti dari sebuah organisasi.

siklus hidup organisasi

3. Model Sepuluh Tahap Adizes

Model ini diciptakan oleh Dr.Ichak Adizes pada tahun 1979 dan masih digunakan hingga saat ini.  Model ini menjelaskan bahwa organisasi mengalami perubahan seiring berjalannya waktu dan mengadopsi teknologi dan praktik organisasi yang terbaru.

Menurut Adizes, perubahan dalam siklus hidup organisasi terjadi karena empat aktivitas utama:

  • Menghasilkan sesuatu,
  • Bersikap wirausahawan,
  • Mengelola aturan dan prosedur formal, serta
  • Mengintegrasikan individu ke dalam organisasi.

Berikut adalah 10 tahap siklus hidup organisasimenurut Adizes:

  1. Tahap Kencan (Courtship)
    Pada tahap ini, organisasi mengembangkan ide, mengumpulkan modal, dan membentuk bisnis baru.
  2. Tahap Bayi (Infant)
    Tahap ini menandai awal beroperasinya bisnis. Organisasi pada tahap ini dapat mengalami kesulitan dan kemungkinan kegagalan.
  3. Tahap Go-go
    Pada tahap ini, segalanya menjadi sibuk dan mungkin terjadi kekacauan. Organisasi dapat menghadapi masalah di mana bisnis dan kehidupan keluarga saling bersaing.
  4. Tahap Remaja (Adolescent)
    Pada tahap remaja, organisasi mulai menentukan identitasnya dan mencari tempatnya di pasar. Namun, mungkin juga mengalami perubahan kepemimpinan atau kekecewaan dari pendiri.
  5. Tahap Prima (Prime)
    Pada tahap ini, organisasi berada dalam kondisi yang baik, sehat, dan menguntungkan.
  6. Tahap Kemunduran (The Fall)
    Tahap prima berakhir ketika organisasi mulai kehilangan keunggulannya dan menghadapi masalah penurunan.
  7. Tahap Aristokratik (Aristocratic)
    Organisasi tetap kuat karena keberhasilannya di masa lalu, tetapi kehilangan pangsa pasar karena perubahan teknologi dan tren pasar.
  8. Tahap Saling Menyalahkan (Recrimination)
    Pada tahap ini, organisasi menghadapi keraguan, masalah internal, dan kesulitan terkait dengan penurunan kinerja.
  9. Tahap Birokrasi (Bureaucracy)
    Organisasi cenderung fokus pada proses dan prosedur internal, mencari jalan keluar atau mempertimbangkan opsi divestasi.
  10. Tahap Kematian (Death)
    Jika organisasi tidak mampu melakukan perubahan yang diperlukan, maka organisasi tersebut dapat mengalami penutupan, penjualan, kebangkrutan, atau likuidasi aset.

siklus hidup organisasi 2

Baca Juga: Mengetahui Siklus Manajemen Kinerja Secara Lengkap

4. Model Miller dan Friesen

Seperti banyak model lainnya, Miller dan Friesen menyajikan pola lima tahap yang dapat diprediksi. Mereka merumuskan model ini berdasarkan studi jangka panjang terhadap 36 perusahaan besar.

Berikut 5 tahap yang telah dirumuskan dalam studi Miller dan Friesen adalah:

  1. Kelahiran: perusahaan yang berusia kurang dari sepuluh tahun didominasi oleh pemilik dan pengelola.
  2. Pertumbuhan: penjualan meningkat lebih dari 15 persen. Perusahaan memiliki struktur fungsional dan beberapa kebijakan formal.
  3. Kematangan: pertumbuhan penjualan melambat, dan perusahaan menjadi lebih birokratis.
  4. Kebangkitan: pertumbuhan penjualan kembali, dan perusahaan melakukan diversifikasi lini produknya. Perusahaan memiliki struktur divisi dan sistem yang canggih.
  5. Penurunan: Profitabilitas menurun ketika penjualan menetap dan inovasi terhenti.

5. Model Pertumbuhan Usaha Kecil

Model pertumbuhan usaha kecil berbeda dari model perusahaan besar karena keberhasilan atau kegagalan mereka sebagian besar bergantung pada ide, keterampilan, dan tekad pemilik.

Berikut adalah dua contoh model yang menunjukkan bagaimana usaha kecil mengalami serangkaian krisis dalam upaya mencapai stabilitas.

Model pertumbuhan Churchill dan Lewis

Pada tahun 1983, Neil C. Churchill dan Virginia L. Lewis mempelajari siklus hidup usaha kecil. Mereka menggunakan konsep dari Greiner dan karya Lawrence L. Steinmetz yang mempelajari tahapan pertumbuhan usaha kecil.

Model mereka mengevaluasi ukuran, keragaman, kompleksitas, dan lima faktor manajemen, yaitu gaya manajerial, struktur, sistem, tujuan strategis, dan keterlibatan pemilik dalam bisnis.

Churchill dan Lewis mendefinisikan pertumbuhan usaha kecil dalam lima tahap, yaitu:

Tahap I: Eksistensi
Pada tahap ini, tujuan pemilik adalah mendapatkan cukup pelanggan dan menghadirkan produk atau layanan untuk menjaga kelangsungan bisnis. Pemilik bisnis melakukan segala hal, mulai dari mengawasi staf hingga menyediakan modal.

Tahap II: Bertahan
Jika bisnis berhasil bertahan dan menjadi entitas yang berkelanjutan, maka beralih ke tahap bertahan. Tujuannya adalah mencapai titik balik modal dan tetap berjalan denganlayak. Jika tidak bisa melampaui tahap ini, bisnis akan dijual atau ditutup.

Tahap III: Kesuksesan
Pada tahap ini, tujuannya adalah mencapai kesehatan ekonomi — di mana pemilik dapat memilih untuk tetap berada pada tahap ini dan mungkin menggunakannya sebagai dasar pertumbuhan (Subtahap III-G) atau melepaskan diri (Tahap III-D), merekrut manajemen, dan menggunakannya sebagai sumber penghasilan.

Tahap IV: Take-off
Pada tahap take-off, masalah utamanya adalah bagaimana membiayai dan mewujudkan pertumbuhan yang cepat. Masalah-masalah yang dihadapi termasuk delegasi kepada manajer yang kompeten dan menghasilkan uang tunai untuk pertumbuhan.

Jika tahap take-off tidak terjadi, bisnis akan kembali ke tahap sebelumnya atau gagal.

Tahap V: Kematangan Sumberdaya
Pada tahap kematangan, bisnis memiliki sumber daya keuangan yang cukup untuk berkembang, orang-orang yang tepat, sistem yang efektif, dan kompetensi fungsional. Tujuannya adalah tetap berjalan dengan layak dan menghindari masalah di masa depan.

Baca Juga: Inventory Turnover: Pengertian, Manfaat, Hingga Cara Meningkatkannya

Model pertumbuhan usaha kecil menurut Steinmetz

Pada tahun 1969, Lawrence L. Steinmetz mengusulkan model pertumbuhan usaha kecil dengan menggunakan kurva S yang terdiri dari tiga tahap penting.

Model ini menggambarkan tahapan-tahapan tersebut dengan cara mengatur pengawasan, mulai dari pengendalian langsung pada tahap awal hingga hirarki yang terbagi-bagi.

Dalam setiap tahap, terjadi krisis kepemimpinan karena terjadi perubahan dalam cara pengawasan. Berikut penjelasannya: 

Tahap I—Pengawasan Langsung (Hidup atau Mati)
Pada tahap pertama, peran pemilik usaha sebagai pemimpin didasarkan pada kepemilikan bisnis, bukan kemampuan kepemimpinan.

Jika bisnis tersebut tidak termasuk 50% yang kehabisan modal dan harus menutup usahanya (seperti halnya 50% bisnis lainnya), bisnis ini akan berkembang hingga pemiliknya tidak dapat mengawasi setiap hal secara langsung.

Aktivitas manajemen, yang mungkin tidak sesuai dengan kualifikasi pemilik, akan menghabiskan sebagian besar waktu.

Jika pemilik tidak dapat beralih ke Tahap II, maka bisnis tersebut akan gagal.

Tahap II—Pengawasan yang Diawasi (Menjadi Manajer)
Jika pemilik bisnis mampu beradaptasi dengan delegasi tugas dan manajemen yang efektif pada tahap kedua, bisnis tersebut dapat memanfaatkan skala ekonomi untuk menjadi lebih menguntungkan.

Namun, pertumbuhan yang awalnya cepat akan melambat seiring dengan munculnya masalah terkait SDM, produksi, dan organisasi yang dapat mengurangi keuntungan.

Tahap III—Kontrol Tidak Langsung (Stabilitas)
Setelah bisnis berhasil mencapai Tahap II dan mencapai kinerja yang stabil, pemilik usaha harus menghadapi beberapa hal, antara lain:

  • pengembalian investasi yang semakin menurun seiring dengan peningkatan biaya,
  • tekanan persaingan yang semakin kuat,
  • kelebihan SDM pada tingkat manajemen menengah yang berakibat pada konflik internal, dan
  • pengembangan garis bisnis yang kurang menguntungkan atau layanan tambahan yang tidak memberikan keuntungan yang cukup.

Tahap IV—Organisasi Divisi
Jika bisnis berhasil melewati tahap krisis dan mencapai Tahap IV, maka pemilik usaha harus membuat keputusan strategis, antara lain mempertahankan ukuran usaha kecil, melakukan ekspansi melalui akuisisi atau pertumbuhan organik, atau menggabungkan bisnis dengan perusahaan lain.

Baca Juga: Siklus Rekrutmen: Pengertian Lengkap dan Tahapannya

Kesepakatan dalam Siklus Hidup Organisasi

Meskipun ada beberapa model yang menunjukkan berbagai jumlah tahapan, jika dilihat secara mendalam, Anda dapat menemukan elemen-elemen yang serupa dalam semua model tersebut. Tahapan-tahapan ini dapat dibandingkan dengan tahapan-tahapan kehidupan makhluk hidup:

  1. Kelahiran: Organisasi mulai dibentuk.
  2. Pertumbuhan: Organisasi berkembang atau menghadapi kegagalan.
  3. Kematangan: Organisasi mencapai kestabilan, tetapi berisiko mengalami stagnasi dan kurang inovasi.
  4. Kemunduran: Pertumbuhan dan inovasi melambat, dan organisasi menjadi birokrasi yang menghasilkan keuntungan yang semakin berkurang.
  5. Pembaruan: Organisasi harus melakukan perubahan, seperti restrukturisasi, bergabung dengan perusahaan lain, atau menjual bisnis.

Beberapa model hanya mencantumkan tiga tahapan dan mungkin tidak mempertimbangkan tahap kemunduran dan pembaruan. Terdapat pula model dengan sepuluh tahapan, seperti model Adizes, yang mengidentifikasi titik-titik di mana perubahan diperlukan.

Namun, dalam praktiknya, banyak organisasi saat ini memiliki struktur terdesentralisasi, di mana bagian-bagian bisnis berada dalam tahap yang berbeda. Misalnya, bagian inti organisasi mungkin stabil, sementara beberapa bagian lainnya sedang dalam fase awal atau masa pertumbuhan.

Baca Juga: Siklus Sumber Daya Manusia dalam Bisnis yang Wajib Anda Tahu

Kesimpulan 

Siklus hidup organisasi merupakan model teoritis yang menjelaskan perubahan yang terjadi pada organisasi saat mereka tumbuh dan berkembang. Dengan memahami siklus kehidupan organisasi, bisnis Anda akan lebih mudah untuk mencapai keberhasilan. 

Salah satu yang berpengaruh terhadap siklus hidup organisasi adalah sumber daya manusia. Oleh karena itu, sebagai upaya optimalisasi SDM, Anda dapat mengandalkan Gajihub sebagai software payroll dan HR yang akan mempermudah organisasi dalam pengelolaan data SDM. 

Dengan menggunakan GajiHub, perusahaan dapat dengan mudah mengelola informasi gaji, absensi, cuti, dan data karyawan lainnya dalam satu platform yang terintegrasi.

Yuk, coba gratis selama 14 hari melalui tautan ini dan rasakan kemudahannya.

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *