Di dunia kerja, mungkin Anda pernah mendengar istilah hijack karyawan, yang artinya adalah membajak atau merekrut karyawan dari perusahaan lain, terutama yang memiliki keahlian profesional dan kinerja menonjol.
Meskipun praktik ini cukup umum di dunia profesional, terutama di industri yang kompetitif, banyak perusahaan yang menganggapnya sebagai strategi agresif untuk merebut talenta terbaik dari kompetitor.
Jika Anda termasuk individu yang memiliki keterampilan langka dan dibutuhkan, Anda bisa menjadi target dari strategi ini.
Namun di sisi lain, perusahaan juga perlu berhati-hati terhadap risiko kehilangan talenta akibat praktik ini.
Oleh karena itu, banyak organisasi mulai menyusun strategi khusus untuk mencegah hijack karyawan.
Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas apa itu hijack karyawan, cara kerja, aturan, dan cara mencegahnya.
Apa yang Dimaksud dengan Hijack Karyawan?

Hijack karyawan atau yang juga disebut employee poaching (pembajakan karyawan) adalah praktik di mana suatu perusahaan menghubungi karyawan dari perusahaan kompetitor dengan tujuan mengajak mereka melamar di perusahaannya.
Praktik ini umumnya terjadi pada posisi atau industri yang kompetitif, karena karyawan yang menjadi sasaran biasanya memiliki latar belakang pendidikan, pengalaman, atau skill khusus yang sulit ditemukan dan sangat bernilai bagi perusahaan.
Jika proses hijack karyawan berhasil, perusahaan yang merekrut akan mendapatkan keuntungan berupa tambahan tenaga kerja yang sangat berkualitas, sekaligus secara tidak langsung mengurangi kekuatan sumber daya manusia dari perusahaan kompetitor.
Baca Juga: Berapa Biaya Jasa Headhunter? Cek Tarif dan Rekomendasinya!
Bagaimana Cara Kerja Hijack Karyawan?

Hijack karyawan umumnya terjadi di industri yang membutuhkan skill teknis tertentu, seperti coding, programming, hingga analisis data.
Karena skill ini cukup langka dan sangat dibutuhkan, perusahaan lain atau rekruter biasanya akan langsung menghubungi karyawan dengan latar belakang tersebut dan menawarkan kompensasi yang lebih tinggi, benefit tambahan, atau keduanya.
Contohnya, seorang rekruter bisa saja menghubungi seorang developer yang sedang bekerja di perusahaan teknologi besar, lalu menawarkan gaji lebih tinggi dan peluang kerja yang lebih menjanjikan.
Jika tawaran tersebut diterima, maka karyawan tersebut secara tidak langsung telah di-hijack dari perusahaan sebelumnya.
Menurut data survei, 71% pelaku perekrutan menganggap hijack karyawan adalah strategi yang sah, yang menunjukkan bahwa praktik ini sudah semakin umum.
Dari sisi karyawan, praktik ini bisa menjadi kesempatan bagus untuk mendapatkan gaji lebih besar, belajar skill baru, naik jabatan lebih cepat, atau menambah pengalaman di perusahaan ternama.
Baca Juga: Apa itu Passive Recruiting? Berikut Arti, Strategi, dan Tekniknya
Mengapa Hijack Karyawan Terjadi dan Apa Dampaknya?

Praktik hijack karyawan atau membajak karyawan dari perusahaan lain bukanlah hal yang asing, terutama di industri yang persaingannya tinggi.
Aksi ini bisa dipicu oleh berbagai alasan, dan dampaknya dapat dirasakan baik oleh perusahaan yang kehilangan karyawan maupun oleh perusahaan yang berhasil merekrutnya.
Penyebab Terjadinya Hijack Karyawan:
- Tingginya permintaan pasar terhadap tenaga kerja terampil, sementara jumlah tenaga ahli yang tersedia masih terbatas.
- Perbedaan gaji antar perusahaan pesaing, di mana perusahaan dengan tawaran gaji lebih tinggi berpotensi menarik karyawan dari perusahaan lain.
- Referensi dari karyawan, karena kadang karyawan yang masih aktif di perusahaan lain direkomendasikan untuk posisi tertentu.
- Kemajuan teknologi dalam proses rekrutmen, seperti penggunaan platform digital yang mempermudah perekrut menemukan dan menghubungi talenta potensial.
- Karyawan yang tidak lagi terlibat secara emosional dengan pekerjaannya, biasanya lebih mudah tertarik ketika ditawari peluang baru dengan kondisi yang lebih baik.
Dampak dari Hijack Karyawan:
- Hilangnya pengetahuan dan pengalaman, karena saat karyawan pergi, mereka membawa serta ilmu dan kontribusi yang sebelumnya dimiliki oleh perusahaan.
- Perubahan dinamika persaingan pasar, terutama jika karyawan yang hijrah memiliki posisi penting atau pengaruh besar di industri.
- Masalah hukum, bisa terjadi jika karyawan tersebut terikat kontrak dengan klausul non-kompetisi atau perjanjian tidak boleh dibajak.
- Kerugian finansial, misalnya ketika perusahaan kehilangan karyawan kunci seperti tenaga penjual terbaik, yang berujung pada penurunan pendapatan.
- Potensi bocornya informasi internal, karena karyawan yang pindah ke perusahaan kompetitor berisiko membawa rahasia atau strategi bisnis dari tempat kerja sebelumnya.
Walau dampaknya cenderung negatif bagi perusahaan yang ditinggalkan, praktik hijack karyawan bisa menjadi keuntungan bagi perusahaan perekrut.
Mereka tidak hanya mendapatkan tenaga kerja berpengalaman, tapi juga memperoleh insight baru, keunggulan kompetitif, dan bahkan potensi peningkatan kinerja perusahaan secara keseluruhan.
Baca Juga: Bagaimana Cara Menilai Technical Skill Kandidat?
Apakah Hijack Karyawan Merupakan Tindakan Legal?

Meskipun istilah hijack karyawan atau membajak karyawan terdengar kasar, namun pada dasarnya praktik ini adalah bagian dari strategi rekrutmen yang cukup masuk akal, terutama di dunia bisnis yang kompetitif.
Secara hukum, hijack karyawan dari perusahaan kompetitor umumnya diperbolehkan.
Namun, dalam praktiknya, hal ini bisa dianggap tidak etis, apalagi jika disertai dengan permintaan informasi sensitif atau rahasia perusahaan sebelumnya dari karyawan yang direkrut.
Dalam beberapa situasi, perusahaan atau perekrut bisa saja menghadapi konsekuensi hukum jika melanggar aturan tertentu.
Perlu diingat juga bahwa meskipun tampak etis di mata sebagian orang, praktik ini tidak selalu sepenuhnya legal.
Hal ini terutama berlaku ketika menyasar karyawan dari kompetitor langsung atau mantan tempat kerja mereka, di mana karyawan tersebut mungkin terikat kontrak dengan non-competition clause yang melarang mereka bekerja di perusahaan serupa dalam jangka waktu tertentu.
Jika perusahaan berencana merekrut karyawan dari kompetitor, penting untuk berhati-hati agar tidak melibatkan informasi atau aset intelektual yang dilindungi hukum.
Pandangan terhadap etika dalam praktik ini pun bervariasi.
Ada yang menganggapnya tidak sopan, tapi ada juga yang melihatnya sebagai langkah sah untuk mendapatkan talenta terbaik, terutama jika perusahaan ingin memperkuat manajemen dan memberi peluang karier baru bagi karyawan berpotensi.
Namun, perusahaan juga harus berhati-hati.
Jika terlalu sering dikenal sebagai pihak yang suka membajak karyawan dari perusahaan lain, reputasi mereka bisa dipertaruhkan dan justru merugikan dalam jangka panjang.
Baca Juga: Analisis Kebutuhan Tenaga Kerja: Panduan Lengkap untuk HR
Baagaimana Cara Menghadapi Hijack Karyawan?

Praktik hijack karyawan memang tidak bisa dihindari dalam proses rekrutmen.
Faktanya, 74% profesional perekrutan mengaku pernah membajak karyawan dari perusahaan lain, dan 66% dari mereka menganggap strategi ini sebagai keunggulan kompetitif.
Namun, sebagai profesional HR, Anda tetap bisa melakukan berbagai langkah pencegahan agar perusahaan tidak kehilangan talenta terbaik.
Berikut strategi yang bisa diterapkan:
1. Pahami dan Penuhi Kebutuhan Karyawan
Karyawan yang merasa didengarkan dan dihargai cenderung lebih setia.
Oleh karena itu, penting bagi tim HR untuk memahami kebutuhan mereka melalui survei rutin, diskusi dengan atasan langsung, atau stay interview.
Setelah mengetahui apa yang menjadi perhatian mereka, perusahaan perlu segera mengambil tindakan nyata.
2. Tawarkan Gaji dan Benefit yang Kompetitif
Salah satu alasan paling umum karyawan meninggalkan pekerjaannya adalah karena gaji yang tidak sesuai harapan.
Selain itu, manfaat atau benefit yang kurang menarik juga bisa membuat mereka melirik perusahaan lain.
Menyusun compensatio planning yang kompetitif dapat membantu mempertahankan karyawan berkualitas.
3. Sediakan Jalur Pengembangan Karier
Kurangnya kesempatan berkembang menjadi alasan kedua terbanyak karyawan resign.
Untuk mencegah hal ini, perusahaan bisa membuat sistem jenjang karier yang jelas agar karyawan merasa masa depannya terarah.
Adanya peluang promosi dan pengembangan akan membuat mereka lebih termotivasi.
Baca Juga: 15 Tips Melakukan Onboarding untuk Karyawan Baru
4. Gunakan Klausul Non-Kompetisi dalam Kontrak
Salah satu cara yang lebih langsung untuk mencegah hijack karyawan adalah dengan menyisipkan klausul non-kompetisi dalam kontrak kerja.
Klausul ini melarang karyawan bekerja di perusahaan pesaing dalam waktu tertentu setelah resign.
Namun, perlu diperhatikan agar klausul ini tetap adil dan tidak melanggar hukum ketenagakerjaan.
5. Pertimbangkan Tawaran Balasan (Counteroffer)
Jika ada karyawan penting yang mulai dilirik kompetitor, memberikan tawaran balasan bisa menjadi pilihan.
Meskipun bukan strategi ideal dan dapat menimbulkan kesan pilih kasih, dalam beberapa situasi, langkah ini bisa efektif untuk mempertahankan talenta terbaik.
6. Terapkan Perjanjian Non-Solicitation
Untuk posisi tertentu seperti sales atau account manager, perusahaan bisa menambahkan non-solicitation.
Artinya, setelah resign, karyawan tersebut tidak boleh menghubungi atau memindahkan klien perusahaan lama.
Hal ini bisa menjadi pertimbangan besar sebelum karyawan memutuskan untuk pindah ke kompetitor.
Baca Juga: Tugas Direktur Utama dan Keahlian yang Harus Dimiliki
7. Bangun Program Insentif yang Menarik
Program insentif yang disusun dengan baik bisa meningkatkan loyalitas dan semangat kerja.
Bonus performa, penghargaan khusus, atau fasilitas tambahan bisa menjadi cara yang efektif untuk menjaga motivasi karyawan tetap tinggi dan menekan risiko hijack dari luar.
8. Jaga Komunikasi Terbuka dan Transparan
Karyawan yang merasa terhubung dengan atasannya cenderung lebih nyaman di tempat kerja.
Manajer yang transparan dan terbuka terhadap masukan juga lebih mungkin mengetahui jika ada karyawan yang sedang dilirik perusahaan lain, sehingga bisa segera mengambil tindakan pencegahan.
9. Beri Karyawan Ruang untuk Mandiri
Memberikan kepercayaan kepada karyawan untuk mengatur cara kerja mereka bisa meningkatkan rasa memiliki terhadap pekerjaan.
Kebebasan dalam menentukan bagaimana, kapan, dan di mana mereka bekerja, selama sesuai dengan target dan kebijakan, justru akan membuat mereka merasa lebih dihargai dan cenderung bertahan.
10. Tunjukkan Apresiasi Secara Konsisten
Pengakuan terhadap kontribusi karyawan tidak harus selalu berupa bonus besar.
Anda dapat memberikan pujian, penghargaan bulanan, atau ucapan terima kasih yang tulus.
Studi menunjukkan bahwa perusahaan yang konsisten memberikan apresiasi berhasil menurunkan tingkat ketidakhadiran dan memperkuat loyalitas tim.
Dengan menerapkan strategi-strategi ini, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, meningkatkan retensi karyawan, dan mengurangi risiko kehilangan talenta akibat praktik hijack dari kompetitor.
Baca Juga: Mengenal Jabatan CHRO, Tugas, dan Kompetensinya
Bagaimana Cara Melakukan Hijack Karyawan secara Etis?

Di dunia rekrutmen, praktik hijack karyawan sering digunakan untuk menarik talenta terbaik, terutama untuk posisi yang membutuhkan keahlian khusus dan sulit dicari.
Jika tim rekrutmen Anda menggunakan strategi ini, penting untuk tetap menjaga etika agar tidak merusak hubungan profesional dengan perusahaan lain.
Berikut beberapa langkah membajak karyawan dengan cara yang lebih etis dan profesional:
1. Temukan Talenta yang Tepat
Mulailah dengan mencari kandidat potensial lewat platform profesional seperti LinkedIn atau forum industri.
Gunakan filter pencarian untuk mempersempit pilihan.
Anda juga bisa menghadiri acara networking dan konferensi industri untuk melihat langsung bagaimana seseorang berinteraksi dan membawa diri secara profesional.
Rekomendasi dari karyawan internal juga bisa menjadi sumber kandidat terbaik.
2. Lakukan Pendekatan dengan Hormat
Saat mulai menghubungi kandidat, gunakan platform profesional dan kirim pesan yang sopan serta personal.
Tunjukkan bahwa Anda benar-benar tertarik pada keahlian dan pengalaman mereka, bukan sekadar mengirimkan pesan massal.
Pendekatan yang ramah dan personal bisa memberi kesan positif.
3. Hormati Hubungan Kandidat dengan Perusahaan Saat Ini
Jaga komunikasi tetap bersifat pribadi dan tidak menciptakan tekanan.
Hindari mendorong kandidat untuk membuat keputusan terburu-buru atau meminta informasi sensitif tentang perusahaan tempat mereka bekerja sekarang.
Fokuslah pada pertumbuhan karier mereka, bukan pada keuntungan perusahaan Anda semata.
Baca Juga: Collaborative Hiring: Manfaat, Strategi, dan Tantangannya
4. Pahami Tujuan Karier Kandidat
Ajak mereka berdiskusi terbuka tentang rencana dan aspirasi karier.
Tunjukkan bahwa Anda peduli pada perkembangan mereka dan tidak hanya sekadar “merebut” mereka dari tempat kerja sebelumnya.
Sikap empatik ini akan membuat mereka merasa dihargai dan membangun kepercayaan yang baik.
5. Transparan dalam Proses Rekrutmen
Sampaikan seluruh tahapan rekrutmen secara jelas, mulai dari tahap screening awal, proses wawancara, hingga keputusan akhir.
Jelaskan timeline secara realistis dan beri informasi secara berkala.
Hindari menjanjikan hal-hal yang tidak pasti atau melebih-lebihkan manfaat dari posisi yang ditawarkan.
6. Berikan Tawaran yang Bernilai
Tawaran yang menarik tidak hanya soal gaji.
Jelaskan pula nilai tambah lainnya seperti kesempatan belajar, jenjang karier, budaya kerja, dan work-life balance.
Ceritakan bagaimana karyawan lain berkembang di perusahaan Anda, agar kandidat merasa yakin bahwa mereka bisa tumbuh di lingkungan kerja yang baru.
Baca Juga: Hiring Freeze: Penyebab, Dampak, dan Tips untuk Rekruter
7. Jujur dan Terbuka dalam Menyampaikan Penawaran
Pastikan kandidat benar-benar memahami apa yang ditawarkan.
Jelaskan detail kompensasi, tugas pekerjaan, dan peluang pengembangan karier.
Semakin transparan Anda, semakin besar kepercayaan yang akan mereka berikan terhadap perusahaan Anda.
Dengan menjaga komunikasi yang jujur, menghormati hubungan profesional, dan menunjukkan empati terhadap kebutuhan kandidat, proses pembajakan karyawan bisa dilakukan secara etis tanpa merusak reputasi perusahaan Anda.
Baca Juga: Recruiting Outreach: Arti, Manfaat, Metode, dan Strateginya
Kesimpulan
Hijack karyawan atau praktik membajak karyawan dari perusahaan lain adalah strategi rekrutmen yang umum di dunia kerja modern, terutama di industri yang kompetitif dan kekurangan talenta terampil.
Meskipun praktik ini legal, perusahaan perlu memperhatikan aspek etika dan hukum seperti klausul non-kompetisi atau risiko penyalahgunaan informasi rahasia.
Di sisi lain, hijack karyawan juga bisa menjadi peluang bagi individu untuk berkembang secara profesional dan mendapatkan kompensasi yang lebih baik, asalkan prosesnya dilakukan dengan hormat dan profesional.
Untuk menghindari risiko kehilangan talenta terbaik, perusahaan harus fokus pada peningkatan kepuasan karyawan melalui kompensasi yang kompetitif, peluang karier yang jelas, apresiasi yang konsisten, dan komunikasi yang terbuka.
Selain itu, perusahaan juga dapat mempertimbangkan penggunaan software HRIS dari GajiHub.
Melalui sistem ini, perusahaan dapat lebih mudah dalam mengelola proses rekrutmen mulai dari onboarding sampai offboarding dengan lebih optimal dan memudahkan Anda dalam penghitungan pesangon, pembayaran kompensasi, dan tunjangan di saat terjadinya pengunduran diri karyawan.
Tertarik mencoba? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.
- Hijack Karyawan: Pengertian, Cara Kerja, dan Aturannya - 8 August 2025
- Train Attendant: Jobdesk, Skill Penting, dan Kualifikasinya - 8 August 2025
- Dedikasi Adalah? Ini Arti, Ciri-Ciri, Contoh, dan Tipsnya - 8 August 2025