9 Faktor yang Mempengaruhi Retensi Karyawan

faktor mempengaruhi retensi karyawan banner

Di tengah-tengah pasar tenaga kerja yang terus berkembang, tidak jarang karyawan berganti pekerjaan untuk mencari peluang dan tantangan baru. Itulah mengapa perusahaan perlu memahami apa saja faktor yang mempengaruhi retensi karyawan.

Ketahuilah bahwa tantangan di dalam pasar tenaga kerja bukan hanya merekrut bakat terbaik, melainkan juga bagaimana cara mempertahankan karyawan terbaik yang sudah ada di perusahaan Anda.

Dalam hal ini, Anda dapat melakukan berbagai upaya seperti memberikan akses ke pelatihan dan pengembangan secara terus menerus, menginvestasikan waktu serta sumber daya, mdan masih banyak lagi.

Berbagai upaya tersebut dapat meningkatkan loyalitas karyawan terhadap perusahaan, yang akhirnya berujung pada peningkatan retensi.

Pada artikel kali ini, Gajihub akan membahas pengertian dan apa saja faktor yang mempengaruhi retensi karyawan.

Apa yang Dimaksud dengan Retensi Karyawan?

faktor mempengaruhi retensi karyawan 1

Retensi karyawan adalah strategi yang dikembangkan oleh sebuah organisasi untuk mengurangi risiko turnover karyawan dan proses yang diterapkan untuk mempertahankan bakat terbaik mereka.

Retensi karyawan menjadi tantangan utama bagi organisasi dan departemen HR saat ini, terutama di tengah-tengah fenomena war for talent yang semakin marak ini.

Perlu Anda ketahui bahwa karyawan meninggalkan pekerjaan mereka karena berbagai alasan.

Beberapa alasan bersifat sukarela, seperti mengambil pekerjaan lain, sementara yang lain bersifat tidak sukarela, seperti terkena layoff. 

Oleh karena itu, strategi retensi karyawan harus berfokus pada pergantian sukarela yang merugikan organisasi, bukan pada kehilangan karyawan yang berkinerja buruk.

Baca Juga: Perbedaan Atrisi dan Retensi Karyawan yang Harus HR Tahu

Apa Saja Faktor yang Dapat Mempengaruhi Retensi Karyawan?

faktor mempengaruhi retensi karyawan 2

Berikut sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi retensi karyawan:

1. Kesejahteraan yang Buruk

Menurut laporan Forbes, hingga 50% karyawan meninggalkan pekerjaan mereka saat ini karena merasa kelelahan akibat pekerjaan yang berlebihan dan kelelahan.

Ketika karyawan mengalami kesejahteraan yang buruk, mereka lebih cenderung tidak puas dengan pekerjaan mereka.

Ketidakpuasan ini dapat membuat karyawan merasa bingung dan kewalahan dalam pekerjaan mereka.

Karyawan yang merasa tidak sehat secara fisik atau mental mungkin akan terlepas dari tugas mereka, mengurangi produktivitas dan kinerja kerja.

Organisasi yang mengabaikan kesejahteraan karyawan tidak hanya berisiko kehilangan karyawan, tetapi juga menghadapi reputasi negatif.

Cara Meningkatkannya

Tunjukkan kepada karyawan bahwa Anda peduli dengan kesejahteraan mereka secara menyeluruh dengan mendorong work life balance.

Anda juga bisa mempromosikan pemeriksaan kesehatan secara rutin dan mengakui kesehatan mental, menciptakan budaya peduli yang tulus.

Anda juga bisa menawarkan program kesejahteraan karyawan dan layanan konseling untuk memperkuat upaya Anda.

Perkenalkan tim Anda pada program kesehatan seperti sesi yoga atau meditasi untuk mengelola stres dan meningkatkan kesejahteraan emosional mereka.

2. Kurangnya Pengakuan

Menurut penelitian, karyawan yang menerima pengakuan yang kuat menghasilkan dua kali lebih banyak ide per bulan dibandingkan dengan mereka yang tidak menerima pengakuan.

Jika Anda menginginkan hasil yang luar biasa dari tenaga kerja Anda, pastikan karyawan Anda merasa dihargai.

Ketika upaya karyawan diakui dan dirayakan, mereka merasa dihargai dan dihormati.

Ketika karyawan yang bekerja keras terus-menerus tidak diperhatikan, hal ini dapat menyebabkan demotivasi, rendah diri, dan kepuasan kerja yang rendah.

Tingkat turnover yang tinggi sering terjadi ketika karyawan tidak merasa dihargai.

Ketika orang tidak mendapatkan pengakuan yang pantas, mereka cenderung merasa tidak dihargai dan lebih mungkin mencari peluang pekerjaan lain.

Cara Meningkatkannya

Kembangkan budaya pengakuan antar-rekan kerja di tempat kerja untuk memberdayakan karyawan. Hal ini akan membantu mereka saling mengenali, menciptakan lingkungan kerja yang positif.

Rayakan setiap kemenangan secara terbuka dengan bantuan buletin atau media sosial. Ini akan membantu mereka merasa dihargai dan diakui pada saat yang tepat.

Baca Juga: Pentingnya Employee Recognition, Hingga Tips Melakukannya

faktor mempengaruhi retensi karyawan 3

3. Moral Karyawan yang Rendah

Moral karyawan adalah faktor yang dapat mempengaruhi retensi karyawan dan merupakan pondasi dari tempat kerja yang mampu berkembang dan produktif. Ini menjadi faktor penting yang memengaruhi kesuksesan organisasi mana pun.

Ketika moral rendah, karyawan merasa tidak puas, tidak termotivasi, dan tidak terlibat. Hal ini menyebabkan produktivitas menurun dan kualitas kerja yang buruk yang dapat berdampak serius pada pertumbuhan perusahaan.

Oleh karena itu, Anda harus mengenali tanda-tanda moral yang rendah dan mengambil langkah proaktif untuk meningkatkannya.

Cara Meningkatkannya

Ciptakan lingkungan kerja yang positif di mana kepuasan kerja diutamakan, karyawan diberi kompensasi yang adil, diberi kesempatan untuk berkembang, dan selalu diberdayakan.

Hal ini dapat membantu dalam menumbuhkan rasa memiliki yang mendorong moral.

Anda juga dapat menerapkan strategi di mana karyawan dapat menyuarakan kekhawatiran mereka, berbagi ide, dan memberikan saran.

Misalnya dengan dilakukan setiap bulan, setiap kuartal, atau setiap tahun dalam bentuk feedback.

Anda bisa memanfaatkan alat survei yang akan memudahkan tugas Anda untuk melaksanakan dan mengumpulkan wawasan dengan pelaporan dan data real-time.

Anda juga bisa merencanakan dan mengorganisir workshop, acara, dan kegiatan pembangunan tim yang membawa karyawan Anda bersama.

Berbagai upaya tersebut membantu dalam membangun moral tim dan menumbuhkan hubungan yang lebih kuat dalam tenaga kerja.

Baca Juga: Tim Sulit Berkembang: Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasi

4. Kurangnya Pengembangan Karir

Ketika karyawan merasa bahwa aspirasi karir mereka didukung dan dihargai, mereka lebih mungkin untuk tetap terlibat, termotivasi, dan berkomitmen pada pemberi kerja saat ini.

Namun, tidak adanya pertumbuhan karir yang jelas dapat membuat karyawan merasa tidak aman dan terjebak dalam peran mereka saat ini.

Cara Meningkatkannya

Tetapkan jalur karir yang baik untuk karyawan yang sesuai dengan keterampilan dan peran mereka. Ingatlah bahwa Anda perlu membimbing mereka dan membantu mereka tumbuh dalam organisasi.

Tawarkan kursus online dan workshop yang diinginkan yang akan membantu mereka tetap di depan kurva.

Juga pertimbangkan sesi mentoring di mana mereka akan memperoleh pengetahuan yang dibagikan oleh pemimpin yang berpengalaman dan terampil.

Baca Juga: Pengertian Upskilling, Manfaat, Teknik, dan Cara Mengembangkan

faktor mempengaruhi retensi karyawan 4

5. Hubungan Karyawan-Manajer yang Buruk

Sebuah studi Gallup menemukan bahwa 50% orang meninggalkan pekerjaan mereka untuk menjauh dari manajer yang tidak kompatibel.

Di tempat kerja yang berkembang, hubungan antara karyawan dan manajer memainkan peran penting.

Hubungan karyawan-manajer yang sehat menciptakan lingkungan kerja yang positif, meningkatkan produktivitas, dan meningkatkan kepuasan kerja secara keseluruhan.

Namun, hubungan karyawan-manajer yang tegang dapat membayangi budaya kerja, mengakibatkan tingkat turnover yang tinggi.

Cara Meningkatkannya

Buat saluran komunikasi yang efektif untuk transparansi yang lebih baik. Investasikan dalam program komunikasi yang menjembatani kesenjangan antara pemberi kerja dan karyawan.

Dalam jangka panjang, ini akan membantu pemimpin menyampaikan harapan mereka dengan jelas sambil memberikan umpan balik yang konstruktif.

Selain itu, pemimpin harus bisa didekati, memberikan kebebasan kepada karyawan untuk mengajukan kekhawatiran tanpa ragu.

Buat lingkungan kerja yang aman secara psikologis di mana karyawan dapat bekerja dengan kreativitas tanpa takut dikritik.

Dengan begitu, mereka akan lebih terdorong dalam meningkatkan kemampuan problem solving di tempat kerja.

Lakukan meeting 1-on-1 secara rutin yang akan membantu pemimpin dan tenaga kerja saling memahami perspektif satu sama lain.

Hal ini akan menghasilkan rasa saling menghormati dan semua orang dapat mencapai kesepakatan tanpa konflik.

gajihub 3

6. Kompensasi yang Rendah

Di pasar kerja yang kompetitif sekarang ini, kompensasi yang menarik juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi retensi karyawan.

Oleh karena itu, ketika perusahaan tidak memberikan kompensasi yang adil dan kompetitif, hal ini dapat memiliki banyak konsekuensi negatif, seperti tingkat turnover yang tinggi, produktivitas rendah, karyawan yang tidak bahagia, dan moral yang rendah.

Karyawan yang merasa tidak diberi kompensasi yang adil untuk pekerjaan mereka menjadi kurang berkomitmen pada organisasi.

Akibatnya, hal ini menghambat kemampuan organisasi untuk membangun tenaga kerja yang stabil dan tetap kompetitif.

Cara Meningkatkannya

Lakukan penelitian tentang tren terbaru yang berhubungan dengan kompensasi dan tunjangan.

Kemudian analisis laporan kompensasi karyawan dari organisasi lain yang berada di industri yang sama.

Proses ini akan membantu Anda memahami standar industri yang ada dan menyusun paket kompensasi yang sesuai.

Selain itu, Anda juga bisa memberi penghargaan kepada karyawan yang berkinerja tinggi dengan bonus dan insentif.

Insentif dapat berbentuk finansial atau nonfinansial, tergantung pada preferensi karyawan. Sebagai contoh, memberi karyawan Anda lebih banyak waktu istirahat dapat dianggap sebagai insentif.

Baca Juga: Variabel Kompensasi: Jenis, Keuntungan, dan Cara Menghitungnya

mencegah karyawan resign 5

7. Budaya Kerja yang Buruk

Budaya kerja adalah jantung dari organisasi mana pun, karena merupakan rangkaian nilai dan keyakinan yang mendefinisikan cara organisasi beroperasi dan berinteraksi.

Budaya kerja yang positif sangat penting dalam menarik, melibatkan, dan mempertahankan karyawan yang berkinerja tinggi.

Namun, budaya kerja yang buruk dapat menyebabkan meningkatnya tingkat turnover, produktivitas rendah, dan reputasi negatif.

Cara Meningkatkannya

Memahami budaya kerja adalah proses yang terus berkembang. Oleh karena itu, organisasi perlu melakukan penilaian rutin untuk memahami suasana hati tenaga kerja mereka.

Libatkan tenaga kerja Anda dalam aktivitas yang akan membantu mereka membangun hubungan profesional yang kuat satu sama lain.

Selain itu, tawarkan pelatihan keragaman dan inklusi kepada tenaga kerja Anda untuk membuat mereka merasa diterima, dihormati, dan nyaman di lingkungan kerja.

Penting juga bagi organisasi untuk mempromosikan inisiatif budaya positif seperti jam kerja yang fleksibel, remote work policies, dan menyediakan ruang kerja yang lebih baik.

8. Kurangnya Work Life Balance

Work life balance yang sehat sangat penting untuk kesehatan, kebahagiaan, dan produktivitas karyawan.

Ketika karyawan secara terus-menerus berjuang untuk menyeimbangkan tuntutan profesional dan pribadi mereka, mereka menjadi lebih rentan terhadap kelelahan, stres, dan ketidakpuasan kerja.

Di sisi lain, kurangnya work life balance seringkali mengarah pada tingkat turnover yang lebih tinggi, keterlibatan karyawan yang rendah, dan budaya kerja yang negatif.

Cara Meningkatkannya

Tawarkan opsi kerja fleksibel yang memungkinkan karyawan untuk mengelola tanggung jawab pribadi mereka tanpa mengorbankan kinerja pekerjaan mereka.

Anda juga bisa mendorong mereka untuk bekerja dari rumah jika memungkinkan.

Selain itu, Anda juga perlu mendorong karyawan untuk mengambil istirahat secara berkala untuk istirahat yang menyegarkan.

Hal ini dapat membantu mereka melepaskan stres dan kembali dengan motivasi yang lebih tinggi.

Dengan mengatasi faktor-faktor di atas, Anda dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat, lebih bahagia, dan lebih produktif yang memupuk retensi karyawan yang lebih tinggi.

mencegah karyawan resign 6

9. Onboarding dan Pelatihan yang Buruk

Menurut Glassdoor, pengalaman onboarding dan pelatihan yang baik bisa meningkatkan tingkat retensi karyawan hingga 82%.

Onboarding adalah proses di mana karyawan baru mengenal budaya organisasi dan merasa menjadi bagian dari tim.

Tahap ini merupakan pengalaman pertama mereka berinteraksi dengan perusahaan setelah sesi wawancara.

Namun, jika karyawan tidak mendapatkan pelatihan dan dukungan yang cukup, mereka bisa merasa terabaikan. Akibatnya, mereka mungkin kesulitan memahami misi dan nilai-nilai perusahaan.

Karyawan yang dibiarkan bekerja sendiri tanpa panduan sering merasa kewalahan, tidak siap, atau tidak dihargai.

Kurangnya onboarding dan pelatihan yang efektif bisa menyebabkan karyawan merasa frustrasi dan kesulitan menjalankan tugas mereka dengan baik.

Cara Meningkatkannya

Saat karyawan baru bergabung, pastikan untuk menjelaskan bagaimana perusahaan beroperasi dan adakan sesi orientasi yang memperkenalkan misi, nilai, dan budaya perusahaan. Berikan panduan yang mereka butuhkan selama tahap awal.

Untuk memastikan proses onboarding berjalan lancar, perkenalkan karyawan baru dengan anggota tim, kontak penting, dan sumber daya yang mereka butuhkan.

Anda juga dapat menugaskan seorang teman atau mengembangkan buddy system untuk karyawan baru selama beberapa bulan pertama.

Rekan kerja yang berpengalaman ini bisa membantu mereka dalam beradaptasi dengan lingkungan kerja dan memberikan saran yang berharga.

Baca Juga: 15 Cara Memotivasi Karyawan dan Keuntungannya

Kesimpulan

Berdasarkan artikel di atas, dapat diketahui bahwa memahami faktor yang mempengaruhi retensi karyawan sangat penting bagi organisasi untuk mengurangi risiko turnover dan mempertahankan bakat terbaik.

Faktor eperti kesejahteraan karyawan, pengakuan, pengembangan karier, dan kompensasi yang adil sangat mempengaruhi retensi karyawan.

Oleh karena itu, perusahaan harus dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif dan memotivasi untuk mempertahankan karyawan mereka.

Beberapa upaya yang bisa dilakukan di antaranya adalah berfokus pada work life balance, membangun hubungan yang sehat antara karyawan dan manajer, serta budaya kerja yang inklusif dan positif.

Dengan memperhatikan berbagai faktor yang mempengaruhi retensi karyawan, perusahaan tidak hanya akan melihat penurunan tingkat turnover tetapi juga peningkatan produktivitas dan kepuasan kerja.

Hal ini akan memberikan keuntungan jangka panjang bagi perusahaan dan membantu dalam mencapai kesuksesan bisnis yang berkelanjutan.

Untuk mendukung upaya peningkatan retensi, Anda dapat menggunakan software payroll dan HR dari Gajihub.

Melalui fitur employee self service (ESS), karyawan dapat melakukan prensesi dan pengajuan izin cuti secara lebih mudah lewat smartphone masing-masing.

Dengan demikian, karyawan tidak akan direpotkan oleh prosedur yang cukup panjang jika ia membutuhkan cuti untuk urusan tertentu.

Sementara itu, manajer dan tim HR juga dapat melakukan approval melalui website Gajihub.

Selain fitur ESS, fitur payroll yang dimiliki Gajihub juga memastikan bahwa karyawan telah menerima kompensasi sesuai dengan apa yang ia kerjakan.

Hal ini disebabkan karena Gajihub membantu tim HR untuk menghitung seluruh komponen gaji karyawan, mulai dari gaji pokok, bonus, tunjangan, hingga potongan seperti iuran BPJS dan PPh 21 secara akurat.

Mereka juga bisa melihat perhitungan ini secara transparan melalui slip gaji yang juga telah disediakan oleh Gajihub.

Tertarik mencoba? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.

Amelia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *