Kebutuhan akan aplikasi software terus meningkat pesat. Itulah mengapa perusahaan semakin getol dalam mencari para programmer yang menguasai Python, SQL, hingga Java.
Bahkan, sebuah riset menunjukkan bahwa operasi pengembangan software akan tumbuh sebesar 21% pada tahun 2028.
Namun, meskipun merupakan kabar baik, namun hal tersebut juga membawa tantangan baru berupa standar kualitas yang lebih tinggi.
Itulah mengapa tim perlu mengoptimalkan penggunaan KPI pada tim programmer.
Dengan memahami contoh KPI programmer, setiap proyek dapat berjalan sesuai rencana dan selaras dengan tujuan bisnis.
Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas contoh KPI programmer, manfaat, dan cara menghitung masing-masing KPI.
Apa yang Dimaksud dengan KPI Programmer?
KPI programmer adalah alat pengukuran kuantitatif yang digunakan untuk menilai sejauh mana kinerja bisnis Anda mendekati tujuan yang telah ditentukan.
Dalam pengembangan software, KPI membantu Anda memahami seberapa baik upaya pengembangan Anda mendukung tujuan bisnis.
Hal ini mencakup berbagai aspek seperti efisiensi tim, kualitas kode, dan kepuasan pengguna.
Namun, agar dapat mengukur keberhasilan proyek pengembangan secara menyeleuruh, Anda harus menetapkan KPI yang mendalam dan relevan.
Baca Juga: 15 KPI Procurement, Cara Menghitung, dan Manfaatnya
Apa Saja Manfaat KPI untuk Tim Programmer?
Dengan menetapkan KPI, ada beberapa manfaat yang akan dirasakan oleh tim programmer, seperti:
1. Melacak Kemajuan Proyek
Salah satu manfaat utama dari penggunaan KPI adalah kemampuannya untuk membantu tim melacak kemajuan proyek dengan lebih efektif.
Dengan KPI yang relevan, tim bisa memantau pencapaian setiap tahap penting, mengidentifikasi hambatan lebih awal, dan mengambil tindakan yang diperlukan agar proyek tetap berjalan sesuai jadwal.
2. Evaluasi dan Peningkatan Performa
KPI juga berfungsi sebagai alat untuk mengevaluasi dan meningkatkan performa, baik secara individu maupun tim.
Dengan metrik yang jelas, setiap anggota tim dapat mengetahui aspek apa saja yang perlu diperbaiki untuk meningkatkan keterampilan mereka dan berkontribusi lebih baik pada proyek.
3. Selaras dengan Tujuan Organisasi
Selain itu, KPI membantu memastikan bahwa semua aktivitas tim programmer tetap selaras dengan tujuan besar organisasi.
Dengan KPI, setiap usaha tim memiliki arah yang jelas dan selalu mendukung pencapaian visi strategis perusahaan secara keseluruhan.
Baca Juga: 25 KPI Marketing untuk Mengukur Keberhasilan Pemasaran
Bagaimana Langkah-Langkah Menyusun KPI Programmer?
Dengan pendekatan yang tepat, KPI dapat menjadi panduan utama dalam pengambilan keputusan serta peningkatan performa tim programmer.
Berikut langkah-langkah yang dapat Anda ikuti untuk menetapkan KPI:
1. Identifikasi Metrik Utama yang Relevan
Sebelum menetapkan KPI, penting untuk memilih metrik yang benar-benar relevan dengan kebutuhan tim dan tujuan proyek. Beberapa hal yang dapat dilakukan:
Pahami kebutuhan tim dan proyek
Pastikan KPI yang dipilih mencerminkan prioritas utama, seperti kualitas kode atau kepuasan pengguna.
Pilih metrik yang tepat
Contohnya, kecepatan sprint, tingkat kesalahan (defect density), atau stabilitas aplikasi setelah peluncuran.
Libatkan pemangku kepentingan
Diskusikan dengan manajer, klien, atau tim terkait untuk memastikan KPI yang ditetapkan mendukung tujuan organisasi secara keseluruhan.
2. Bangun Sistem Pelacakan yang Efektif
Setelah KPI dipilih, langkah selanjutnya adalah memastikan KPI dapat dipantau dengan akurat. Beberapa cara untuk melakukannya:
Gunakan alat otomatis
Seperti dasbor interaktif atau perangkat lunak pelacakan KPI untuk memberikan laporan secara real-time.
Sajikan data yang mudah dipahami
Data yang kompleks harus disederhanakan sehingga dapat digunakan untuk analisis dan pengambilan keputusan.
Pastikan transparansi
Setiap anggota tim harus dapat mengakses data dan memahami performa mereka berdasarkan KPI.
3. Tetapkan Target Kinerja yang Jelas
KPI yang efektif harus memiliki target yang spesifik dan dapat dicapai. Untuk menentukan target ini:
Gunakan standar yang realistis
Tetapkan target berdasarkan performa sebelumnya atau praktik terbaik di industri.
Berikan panduan yang jelas
Misalnya, tim harus menyelesaikan 90% sprint backlog dalam setiap iterasi.
Dorong kerjasama
Libatkan anggota tim dalam proses menetapkan target agar mereka merasa memiliki tanggung jawab dan tujuan bersama.
Baca Juga: 15 Contoh KPI Layanan Pelanggan dan Strategi Meningkatkannya
4. Integrasikan KPI dengan Praktik Agile dan DevOps
Bagi tim yang menggunakan metodologi Agile atau DevOps, KPI harus mendukung fleksibilitas dan kolaborasi.
Berikut langkah-langkahnya:
Sinkronkan dengan siklus iteratif
Pastikan pengukuran KPI tidak mengganggu alur kerja Agile, seperti menggunakan daily standup atau alat lainnya.
Manfaatkan data untuk perbaikan berkelanjutan
KPI dapat membantu tim mengidentifikasi area yang membutuhkan peningkatan dalam setiap sprint atau rilis.
Minimalkan beban administratif
Integrasikan pelacakan KPI dengan alat DevOps yang sudah digunakan, seperti Jira atau GitLab.
5. Lakukan Evaluasi dan Penyempurnaan Secara Berkala
KPI yang baik harus bersifat dinamis dan dapat disesuaikan seiring perkembangan proyek. Untuk itu:
Jadwalkan evaluasi rutin
Tinjau relevansi KPI setiap bulan atau setelah penyelesaian milestone besar.
Dengarkan masukan tim
Masukan dari anggota tim dapat memberikan perspektif baru tentang efektivitas KPI.
Sesuaikan KPI dengan kebutuhan baru
Jika proyek berkembang, perbarui KPI agar tetap relevan dan mendukung tujuan.
Dengan langkah-langkah ini, KPI dapat menjadi fondasi yang kuat untuk mengukur, mengevaluasi, dan meningkatkan performa tim pengembangan software secara keseluruhan.
Baca Juga: 7 Langkah Merekrut Programmer Berkualitas dan Tipsnya
Apa Saja Contoh KPI Programmer yang Penting?
Untuk membantu Anda dalam menentukan KPI, berikut contoh KPI programmer yang penting bagi tim dan dapat disesuaikan dengan kebutuhan:
1. Cycle Time
Cycle time adalah salah satu metrik dari DevOps Research and Assessment (DORA).
Metrik ini banyak digunakan untuk mengukur kinerja tim DevOps dan menentukan apakah mereka tergolong “berkinerja rendah” atau “berkinerja tinggi.”
Cycle time mengukur waktu yang dibutuhkan tim pengembang untuk menyelesaikan sebuah tugas. KPI ini membantu menilai produktivitas tim dan efisiensi proses pengembangan.
Mengapa Penting?
Semakin rendah cycle time, semakin cepat kode dapat dikirimkan.
Memungkinkan evaluasi waktu penyelesaian tugas untuk memprediksi proyek di masa depan.
Membantu menemukan penyebab hambatan atau inkonsistensi dalam proses kerja.
Cara Menghitung Cycle Time
Waktu Siklus = Waktu Penyelesaian – Waktu Dimulai
2. Development Velocity
Development velocity mengukur jumlah pekerjaan yang diselesaikan tim dalam satu sprint, yaitu periode waktu tertentu untuk menyelesaikan tugas.
Dalam sprint, tingkat kesulitan tugas biasanya diukur menggunakan “story points,” dengan skala 1 (sederhana) hingga 10 (kompleks).
Mengapa Penting?
- Menganalisis upaya tim selama sprint untuk memperkirakan kecepatan kerja di masa mendatang.
- Membandingkan sprint sebelumnya untuk mengukur peningkatan produktivitas.
- Menentukan beban kerja yang dapat ditangani tim secara realistis.
Cara Menghitung Development Velocity
Kecepatan Pengembangan = Jumlah Total Story Points ÷ Durasi Sprint
3. Change Failure Rate (CFR)
Change failure rate (CFR) mengukur persentase perubahan atau kode yang diterapkan namun gagal dalam produksi.
Mengapa Penting?
- CFR yang rendah menunjukkan kualitas kode yang tinggi dan minim bug.
- CFR yang tinggi menunjukkan adanya banyak kesalahan sehingga memerlukan waktu tambahan untuk perbaikan.
- Membantu mengurangi hambatan dalam proses kerja dengan mengidentifikasi kode yang bermasalah.
Cara Menghitung CFR
CFR = (Jumlah Perubahan Gagal ÷ Total Perubahan) × 100
4. Deployment Frequency
Deployment frequency mengukur seberapa sering tim Anda menerapkan kode ke tahap staging, pengujian, atau produksi.
Mengapa Penting?
- Mempercepat pengiriman kode dan mendukung pengembangan Agile.
- Mengurangi lead team dengan membagi deployment menjadi bagian kecil.
- Mempermudah identifikasi dan perbaikan bug karena kode dipecah menjadi bagian lebih kecil.
Cara Menghitung Frekuensi Deployment
Frekuensi deployment dihitung berdasarkan jumlah deployment dalam periode tertentu. Semakin sering deployment dilakukan, semakin baik pengembangan tersebut.
Baca Juga: 11 KPI untuk Rekrutmen yang Wajib HR Pahami
5. Ukuran Pull Request (PR)
Pull request adalah proses ketika developer mengajukan perubahan kode untuk digabungkan ke proyek utama setelah melalui tahap review.
Mengapa Penting?
- Pull request menunjukkan bahwa kode sudah siap untuk direview dan digabungkan.
- Idealnya, proses pull request tidak memakan waktu lebih dari 4 hari. Jika ukuran PR terlalu besar, hal ini dapat memperlambat waktu pengerjaan.
- Ukuran PR yang kecil lebih mudah direview dan membantu menjaga efisiensi kerja. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan review kode dalam potongan kecil secara rutin.
- Ukuran PR yang ideal menurut DevOps adalah di bawah 250 perubahan kode.
6. Rasio Deteksi Cacat (DDR)
DDR adalah perbandingan antara jumlah cacat yang ditemukan sebelum rilis dengan yang ditemukan setelah rilis.
Mengapa Penting?
- Berguna untuk mengukur efektivitas tim penguji dalam menemukan cacat sebelum rilis.
- Menunjukkan seberapa banyak cacat yang tidak terdeteksi saat pengujian dan berdampak pada pengalaman pengguna.
- Membantu mengidentifikasi kelemahan dalam proses pengujian agar dapat diperbaiki.
- Rasio DDR yang tinggi menunjukkan proses pengujian yang baik.
Cara Menghitung DDR
DDR = (Cacat Sebelum Rilis ÷ (Cacat Sebelum Rilis + Cacat Setelah Rilis)) × 100
Jika ditemukan 100 cacat sebelum rilis dan 20 cacat setelah rilis:
DDR = [100 ÷ (100 + 20)] × 100 = 83,33%.
7. Persentase Code Coverage (CCP)
CCP mengukur seberapa besar bagian kode yang diuji selama proses pengujian atau diterapkan ke produksi.
- CCP membantu memastikan kualitas kode dan menemukan area yang perlu diperbaiki.
- CCP yang tinggi mencerminkan kode yang lebih andal dan stabil.
- CCP yang rendah menandakan kemungkinan adanya bug atau kesalahan yang sering muncul, sehingga data ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas kode.
Catatan
Tidak perlu mengejar 100% CCP karena kesalahan manusia dalam coding tidak dapat dihindari. Namun, semakin tinggi CCP, semakin baik hasilnya.
KPI #8. Code Churn
Code churn mengukur seberapa sering kode diubah atau diperbarui dalam periode tertentu.
Mengapa Penting?
- Code churn membantu menilai stabilitas kode, yang penting untuk pengembangan proyek jangka panjang.
- Churn yang terlalu tinggi dapat meningkatkan biaya pemeliharaan dan risiko proyek.
- Rata-rata tingkat code churn adalah 13-30%, dengan efisiensi kode antara 70-87%. DevOps yang ideal memiliki tingkat code churn sekitar 25% (75% efisiensi).
Cara Menghitung Code Churn
Tingkat Code Churn = (Kode yang Diubah ÷ Total Kode yang Ditulis) × 100
Baca Juga: Perbedaan OKR dan KPI, Mana yang Lebih Baik?
9. Code Simplicity
Kode yang sederhana lebih bernilai dibandingkan kode yang kompleks karena lebih mudah dijalankan dan tidak memerlukan pengujian serta revisi berulang.
Mengapa Penting?
- Kesederhanaan kode diukur berdasarkan jumlah jalur independen dalam kode tersebut.
- Kode sederhana lebih mudah diuji dan dipelihara oleh tim.
- Dengan kode yang lebih sederhana, waktu untuk pengujian, revisi, debugging, dan dukungan dapat dikurangi.
- Semakin sedikit jalur independen, semakin sederhana kode, sehingga proses pengembangan lebih cepat dan efisien.
10. Cumulative Flow
Contoh KPI programmer selanjutnya adalah Cumulative Flow.
Seperti yang Anda ketahui, proses pengembangan software seringkali melibatkan banyak tugas yang sedang berlangsung maupun yang masih menunggu penyelesaian.
Cumulative flow adalah metode untuk melihat status tugas atau tiket perangkat lunak melalui diagram visual.
Diagram ini biasanya ditampilkan dalam bentuk tabel dengan warna berbeda untuk setiap tahap, seperti ‘Disetujui,’ ‘Sedang Berjalan,’ atau ‘Backlog.’
Lebar pita pada diagram menunjukkan waktu siklus (cycle time).
Mengapa Penting?
- Dengan cumulative flow, tim dapat mengidentifikasi hambatan dalam proses kerja dan menjaga alur kerja tetap stabil.
- Sangat berguna untuk proyek yang kompleks atau jangka panjang karena membantu mengatur proses dan mendorong kerjasama antar tim.
11. Bug Rates
Tingkat bug mengukur seberapa sering bug ditemukan selama proses pengujian software.
Mengapa Penting?
- Proses ini melibatkan pencatatan dan pemantauan bug yang muncul saat pengujian.
- Studi menunjukkan bahwa bug software dapat menyebabkan kerugian ekonomi yang besar, sehingga pengukuran ini sangat penting.
- Tingkat bug juga mengukur jumlah bug dan tingkat keparahannya.
- Fokus utamanya adalah menjaga jumlah bug tetap rendah dan memastikan tingkat keparahan bug minimal.
Cara Menghitung Tingkat Bug
Tingkat Bug = (Jumlah Bug ÷ Total Baris Kode) × 100
12. Mean Time Between Failures (MTBF) and Mean Time to Repair (MTTR)
MTBF (Mean Time Between Failures) dan MTTR (Mean Time To Repair) digunakan untuk mengukur keandalan perangkat lunak.
MTBF adalah rata-rata waktu antara dua kegagalan software. Sementara MTTR adalah rata-rata waktu yang diperlukan untuk memperbaiki kegagalan tersebut.
Meskipun kegagalan tidak bisa dihindari, dampaknya dapat diminimalkan dengan proaktif mengukur jumlah kegagalan dan memperbaiki kode dengan cepat.
Mengapa Penting?
Mengukur MTBF dan MTTR membantu tim memahami produktivitas dan efisiensi dalam menangani kegagalan perangkat lunak.
Rumus Perhitungan
MTBF = Total Waktu Operasi ÷ Jumlah Kegagalan
MTTR = Total Waktu Perbaikan ÷ Jumlah Kegagalan
Baca Juga: Contoh SOP Tim Developer, Manfaat, dan Cara Implementasinya
Kesimpulan
Mengukur kinerja tim programmer dengan KPI yang tepat dapat membantnu menjaga efisiensi dan kualitas proyek secara keseluruhan.
Dengan contoh KPI programmer seperti cycle time, development velocity, hingga code churn, perusahaan dapat memantau performa secara akurat sekaligus mendorong perbaikan berkelanjutan.
Lebih dari itu, KPI membantu tim tetap fokus pada tujuan strategis perusahaan sambil memastikan hasil kerja memenuhi ekspektasi pengguna.
Dengan penerapan yang konsisten dan evaluasi berkala, KPI menjadi alat yang efektif untuk menciptakan tim programmer yang produktif dan adaptif terhadap perubahan.
Untuk mendukung kinerja tim programmer, perusahaan juga perlu memperhatikan manajemen data karyawan dengan menggunakan GajiHub.
Dengan fitur analisa data yang dimiliki, Anda dapat dengan mudah memantau tingkat disiplin karyawan.
Misalnya dengan melihat laporan keterlambatan, laporan lembur, laporan izin cuti, dan masih banyak lagi.
Tertarik mencoba GajiHub? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.
- 12 Contoh OKR Tim Layanan Pelanggan dan Manfaatnya - 3 January 2025
- 15 Contoh OKR Tim Keuangan, Manfaat, dan Cara Menetapkannya - 3 January 2025
- 12 Contoh KPI Programmer, Manfaat, dan Cara Menghitungnya - 2 January 2025