Flexible work arrangement kini semakin populer di dunia kerja modern.
Saat ini, banyak karyawan yang merasa lebih nyaman ketika memiliki kendali atas jadwal dan lokasi kerja mereka.
Dengan fleksibilitas ini, karyawan bisa lebih mudah dalam menerapkan work life balance.
Hal ini juga didukung oleh banyak perusahaan, karena tidak hanya meningkatkan kepuasan karyawan, melainkan juga dapat mendorong produktivitas dan loyalitas.
Oleh karena itu, banyak perusahaan mulai emnerapkan berbagai bentuk flexible working arrangement.
Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas apa itu flexible working arrangement, kekurangan dan kelebihan, bentuk, dan tipsnya.
Apa yang Dimaksud dengan Flexible Working Arrangement?

Flexible work arrangement adalah pengaturan kerja yang diberikan oleh perusahaan untuk memberikan keleluasaan kepada karyawan dalam mengatur waktu, tempat, atau cara mereka bekerja.
Tujuannya adalah untuk mengurangi hambatan dan tekanan yang mungkin dialami karyawan selama menjalankan pekerjaannya, sehingga mereka bisa bekerja dengan lebih nyaman dan produktif.
Pengaturan ini juga mempertimbangkan kehidupan pribadi karyawan.
Misalnya, jika Anda adalah seorang orang tua, flexible work arrangement dapat menyesuaikan jadwal kerja Anda dengan waktu anak Anda masuk sekolah atau ke tempat penitipan anak.
Dengan begitu, karyawan tidak harus memilih antara tanggung jawab keluarga dan tanggung jawab profesional, karena keduanya dapat dijalankan secara seimbang.
Baca Juga: Jam Kerja Fleksibel: Pengertian, Manfaat, Kelebihan dan Kekurangannya
Bagaimana Tren Flexible Working Arrangement Saat Ini?

Konsep flexible working arrangement bukanlah hal baru, namun adanya kemajuan teknologi turut mempercepat tren ini secara signifikan.
Saat ini, sekitar 80% perusahaan di dunia menawarkan bentuk kerja fleksibel.
Hal ini menunjukkan bahwa fleksibilitas kerja menjadi daya tarik utama bagi pencari kerja masa kini.
Di Indonesia sendiri, tren ini juga menunjukkan perkembangan yang signifikan.
Berdasarkan laporan Mengupas Tren Talent Global dari Jobstreet, lebih dari tenaga kerja Indonesia kini menginginkan jam kerja yang fleksibel.
Meski angka ini sedikit di bawah rata-rata global, Indonesia termasuk salah satu negara dengan persentase tertinggi di Asia Tenggara.
Baca Juga: Remote Working: Pengertian dan Tips Perusahaan Mudah Memantaunya
Apa Saja Bentuk Flexible Working Arrangement?

Meskipun ada banyak opsi untuk menerapkan kebijakan kerja fleksibel, namun ada 6 bentuk flexible working arrangement yang dinilai paling efisien, yaitu:
1. Remote Working
Remote working atau kerja jarak jauh memungkinkan karyawan bekerja dari rumah atau lokasi lain yang jauh dari kantor.
Hal ini memberikan banyak keuntungan bagi perusahaan, seperti karyawan yang lebih bahagia dan lebih produktif, biaya sewa kantor yang lebih rendah, serta akses ke lebih banyak kandidat.
Kerja jarak jauh kini menjadi bagian penting dari hampir semua jenis pengaturan kerja fleksibel yang ada saat ini.
Contoh:
Pada tahun 2021, LinkedIn memperbarui kebijakan kerjanya dengan mengizinkan karyawan untuk bekerja sepenuhnya dari rumah, menghapuskan kewajiban bekerja di kantor 50% dari waktu yang sebelumnya diterapkan.
2. Hybrid Work
Kerja hybrid mengacu pada pengaturan di mana karyawan bekerja dari rumah selama beberapa hari dan bekerja kantor di hari lainnya.
Beberapa perusahaan membagi waktu kerja secara merata antara di rumah dan di kantor.
Selain itu, ada juga perusahaan yang memberikan fleksibilitas lebih, yakni karyawan bebas menentukan sendiri kapan mereka harus berada di kantor.
Dalam pengaturan yang lebih fleksibel, perusahaan memberikan kebebasan penuh kepada karyawan untuk memilih di mana, kapan, dan bagaimana mereka bekerja.
Contoh:
Amazon mewajibkan karyawan untuk bekerja di kantor tiga hari dalam seminggu, sementara dua hari lainnya bisa bekerja dari rumah.
Di perusahaan lain seperti Salesforce, setiap manajer yang menentukan seberapa sering tim mereka harus bekerja di kantor.
Baca Juga: Coffee Badging: Arti, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya
4. Kerja 4 Hari 1 Minggu
Kerja 4 hari dalam 1 minggu adalah sistem kerja di mana karyawan hanya bekerjaselama 4 hari dalam seminggu, biasanya dengan jam kerja yang sedikit lebih panjang.
Model ini memberikan waktu istirahat yang lebih panjang bagi karyawan, yang terbukti dapat mengurangi stres, meningkatkan fokus, dan memperbaiki work life balance.
Namun, penting diketahui bahwa di Indonesia, sistem kerja empat hari belum umum diterapkan dan belum diatur secara spesifik dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan.
Undang-undang saat ini mengatur jam kerja standar adalah 40 jam per minggu, biasanya dibagi menjadi lima atau enam hari kerja.
Oleh karena itu, penerapan minggu kerja empat hari masih belum banyak digunakan di Indonesia.
Baca Juga: UU Cipta Kerja Tentang Jam Kerja, Berikut Poin-Poin Pentingnya

4. Flextime (Jam Kerja Fleksibel)
Flextime adalah pengaturan di mana karyawan diberi kebebasan untuk menentukan jam mulai dan selesai kerja mereka sendiri, selama total jam kerja dalam seminggu tetap terpenuhi.
Hal ini memungkinkan karyawan bekerja sesuai waktu produktif mereka masing-masing.
Pengaturan ini sangat membantu bagi mereka yang memiliki rutinitas atau kebutuhan pribadi tertentu, seperti mengantar anak sekolah atau menghadiri kegiatan keluarga.
Contoh:
Seorang karyawan bisa memilih mulai bekerja pukul 7 pagi dan pulang lebih awal, atau sebaliknya masuk pukul 10 pagi dan bekerja sampai sore, selama target kerja dan total jam terpenuhi.
5. Kerja Berbasis Hasil (Results-Only Work Environment)
Dalam sistem kerja berbasis hasil, yang dinilai adalah hasil pekerjaan, bukan seberapa lama seseorang bekerja atau di mana mereka bekerja.
Karyawan bebas memilih cara, waktu, dan tempat untuk menyelesaikan pekerjaannya, selama target dan kualitas kerja tetap terjaga.
Sistem ini menekankan kepercayaan dan tanggung jawab terhadap kinerja masing-masing individu.
Dalam flexible working arrangement ini, karyawan tidak perlu absen atau melapor lokasi kerja harian, selama tugas yang diberikan selesai tepat waktu dan sesuai standar
Baca Juga: Freelance Adalah: Pengertian, Cara Kerja, dan Contoh Pekerjaannya
6. Cuti Tanpa Batas (Unlimited Paid Time Off)
Cuti tanpa batas adalah kebijakan yang memperbolehkan karyawan mengambil cuti kapan saja dan sebanyak yang diperlukan, selama pekerjaan utama dan tanggung jawab tetap terlaksana.
Tujuannya adalah untuk menjaga keseimbangan hidup dan mencegah overwhelmed.
Namun, perusahaan tetap perlu membuat panduan yang jelas agar karyawan tidak merasa ragu saat ingin mengambil cuti.
Misalnya, karyawan dapat mengambil cuti beberapa hari untuk beristirahat, menghadiri acara keluarga, atau merawat kesehatan, tanpa harus menunggu jatah cuti tahunan.
Namun, tentu saja karyawan tetap harus bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.
Baca Juga: Kebijakan Cuti Karyawan dan Jenis-Jenisnya
Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Flexible Working Arrangement?

Meskipun terlihat banyak memiliki keuntungan, namun flexible working arrangement juga memiliki sejumlah kekurangan yang perlu dipertimbangkan.
Berikut kekurangan dan kelebihannya masing-masing.
Kelebihan
1. Work Life Balance Lebih Baik
Karyawan bisa mengatur waktu kerja dan waktu pribadi dengan lebih fleksibel.
Hal ini membantu mengurangi stres, meningkatkan kebahagiaan, dan membuat hidup lebih seimbang.
2. Produktivitas Meningkat
Dengan jam kerja yang bisa disesuaikan, karyawan bisa bekerja di waktu yang paling produktif bagi mereka, sehingga hasil kerjanya lebih maksimal.
3. Mengurangi Ketidakhadiran
Jika karyawan sakit ringan atau harus merawat anggota keluarga, mereka tetap bisa bekerja dari rumah tanpa harus izin atau bolos.
Baca Juga: Karyawan Sering Sakit? Berikut Hal yang perlu Dilakukan HR
4. Kepuasan Kerja Lebih Tinggi
Fleksibilitas membuat banyak karyawan merasa lebih nyaman dan dihargai, sehingga mereka lebih semangat dan terlibat dalam pekerjaan.
5. Menghemat Waktu dan Biaya Transportasi
Bekerja dari rumah mengurangi waktu perjalanan dan biaya harian, seperti bensin atau transportasi umum.
6. Membuka Kesempatan untuk Lebih Banyak Talenta
Perusahaan bisa merekrut orang dari berbagai daerah, termasuk mereka yang tinggal jauh dari kota atau memiliki keterbatasan fisik.
Baca Juga: Karyawan Sering Absen Kerja? Ini 7 Cara Mengatasinya
Kekurangan
1. Rasa Kesepian dan Isolasi
Kurangnya interaksi langsung dengan rekan kerja bisa membuat karyawan merasa sendirian atau terputus dari tim.
2. Batas Waktu Kerja dan Waktu Pribadi Menjadi Kabur
Karena bekerja dari rumah, banyak karyawan kesulitan memisahkan kapan waktunya bekerja dan kapan waktunya istirahat.
3. Beban Kerja Bisa Bertambah
Fleksibilitas kadang membuat karyawan merasa harus selalu tersedia atau online, sehingga beban kerja bisa meningkat tanpa disadari.
Baca Juga: Analisis Beban Kerja: Pengertian dan Cara Manajemennya
4. Masalah Teknologi
Tidak semua karyawan memiliki perangkat kerja atau koneksi internet yang memadai untuk bekerja dari rumah secara efektif.
5. Potensi Ketimpangan atau Diskriminasi
Karyawan yang bekerja dari rumah bisa saja kurang terlihat oleh atasan, sehingga berisiko kurang dihargai atau terlewat dalam promosi.
6. Minimnya Interaksi antar Rekan Kerja
Kerja jarak jauh mengurangi kesempatan untuk belajar dari rekan kerja secara spontan atau membangun relasi informal di tempat kerja.
Baca Juga: 10 Cara Memulai Percakapan di Tempat Kerja + 10 Tips Terbaik
Bagaimana Tips Menerapkan Flexible Working Arrangement?

Mengubah sistem kerja dari sepenuhnya di kantor menjadi fleksibel tidak bisa dilakukan hanya dengan mengganti kebijakan.
Diperlukan strategi yang matang agar transisi berjalan lancar dan tetap mendukung kinerja karyawan serta kebutuhan bisnis.
Berikut adalah strategi utama yang perlu Anda terapkan:
1. Buat Kebijakan dan Panduan yang Jelas
Agar kerja fleksibel berhasil, perusahaan harus memiliki aturan yang jelas.
Kebijakan yang transparan membantu karyawan memahami ekspektasi perusahaan, seperti jam kerja, kapan harus tersedia, dan bagaimana komunikasi dilakukan.
Hal ini dapat membantu mencegah kesalahpahaman di kemudian hari.
Tips:
- Tentukan jam kerja inti di mana semua karyawan harus tersedia (misalnya pukul 10.00–15.00).
- Jelaskan kapan karyawan boleh mengatur sendiri jadwal kerjanya.
- Tetapkan saluran komunikasi utama (misalnya, semua komunikasi resmi lewat Slack atau email).
- Buat panduan tertulis yang bisa diakses semua karyawan.
Baca Juga: Remote Work Policies: Arti, Manfaat, Hingga Contohnya
2. Pastikan Tim Tetap Bisa Bekerja Efektif dan Dukung dengan Teknologi
Kerja fleksibel harus tetap mendukung kolaborasi dan produktivitas tim.
Oleh karena itu, perusahaan perlu menyediakan alat dan teknologi yang memudahkan remote working serta memastikan semua karyawan bisa berkomunikasi dan bekerja sama dengan lancar.
Tips:
- Gunakan aplikasi video meeting seperti Zoom atau Google Meet untuk rapat rutin.
- Terapkan tools manajemen proyek seperti Trello, ClickUp, atau Asana untuk memantau tugas.
- Sediakan penyimpanan cloud (Google Drive, Dropbox) agar dokumen bisa diakses dari mana saja.
- Jadwalkan check-in mingguan, baik tim maupun individu, untuk menjaga komunikasi tetap berjalan.
3. Tetapkan Tujuan yang Jelas dan Terukur
Dalam sistem kerja fleksibel, fokus utama bukan lagi jam kerja, melainkan hasil kerja.
Oleh karena itu, penting untuk menentukan target yang jelas agar setiap orang tahu apa yang harus dicapai, terlepas dari tempat dan waktu mereka bekerja.
Tips:
- Buat key performance indicator (KPI) yang spesifik untuk tiap peran.
- Jelaskan secara terbuka seperti apa standar keberhasilan bagi masing-masing karyawan.
- Lakukan evaluasi berkala terhadap capaian dan sesuaikan target jika diperlukan.
- Simpan semua kesepakatan atau perubahan dalam bentuk tertulis agar mudah ditinjau kembali.
Baca Juga: Sasaran Kinerja Karyawan: Arti, Manfaat, Hingga Contohnya

4. Berdayakan Karyawan agar Tetap Terlihat
Karyawan yang diberi kepercayaan dan ruang untuk berkembang akan jauh lebih produktif dibandingkan mereka yang diawasi secara ketat.
Dalam sistem kerja hybrid atau fleksibel, peran manajer adalah menjadi pendukung dan pembimbing, bukan pengawas yang mencari kesalahan.
Tips:
- Libatkan manajer yang mampu menjadi mentor, bukan hanya atasan.
- Hindari micromanaging, berikan kebebasan sekaligus tanggung jawab.
- Dorong pertumbuhan dan pelatihan keterampilan, tanpa membedakan lokasi kerja.
- Berikan penghargaan atas kerja keras dan pencapaian karyawan, sekecil apa pun itu.
Baca Juga: Pentingnya Employee Recognition, Hingga Tips Melakukannya
5. Pantau Kinerja Secara Rutin
Evaluasi kinerja secara berkala penting untuk menjaga produktivitas dan keterlibatan karyawan.
Kinerja yang menurun harus ditangani dengan pendekatan yang membangun, bukan menghukum.
Tips:
- Lakukan review kinerja secara berkala, bukan hanya di akhir tahun.
- Berikan umpan balik yang spesifik, jelas, dan bisa ditindaklanjuti.
- Diskusikan cara-cara peningkatan, lalu tindak lanjuti untuk memantau progresnya.
- Gunakan penilaian kinerja sebagai alat pengembangan, bukan sekadar penilaian.
Baca Juga: 7 Mitos Manajemen Karyawan dan Fakta di Baliknya
6. Dengarkan Masukan Karyawan dan Lakukan Perbaikan
Masukan dari karyawan sangat penting untuk mengetahui apakah sistem kerja fleksibel yang diterapkan sudah sesuai dengan kebutuhan mereka.
Tapi penting juga untuk tidak sekadar mengumpulkan data—melainkan menindaklanjutinya.
Tips:
- Rutin meminta pendapat karyawan, misalnya lewat survei atau diskusi tim.
- Tindak lanjuti masukan yang diterima dengan tindakan nyata.
- Jika ada masukan yang tidak bisa diwujudkan, jelaskan alasannya secara terbuka.
- Libatkan karyawan dalam proses perbaikan kebijakan agar mereka merasa didengar.
Dengan memberdayakan tim, memantau kinerja dengan bijak, dan terus menerima serta merespons masukan, perusahaan dapat membangun budaya kerja fleksibel yang sehat, produktif, dan berkelanjutan.
Baca Juga: Aspirasi Karyawan: Manfaat, Contoh, dan Cara Menanganinya
7. Gunakan Software HRIS
Menggunakan software HRIS (Human Resource Information System) seperti GajiHub juga dapat membantu perusahaan dalam memantau produktivitas karyawan dalam flexible working arrangement.
Melalui GajiHub, berikut beberapa keuntungan yang akan didapat perusahaan:
- Karyawan dapat melakukan presensi secara mandiri menggunakan fitur Employee Self-Service (ESS) yang disediakan.
- Memudahkan pemantauan keterlambatan, izin cuti, dan kehadiran karyawan secara otomatis.
- Tim HR dapat mengakses laporan terkait kehadiran dan kinerja karyawan kapan saja.
- Meningkatkan efisiensi tim HR dengan mengurangi pekerjaan administratif manual.
- Memberikan insight mengenai produktivitas karyawan.
Tertarik mencoba GajiHub? Yuk, klik gambar berikut untuk informasi selengkapnya:

Kesimpulan
Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami bahwa flexible working arrangement memberikan banyak manfaat seperti eningkatan produktivitas, work life balance yang lebih baik, dan pengurangan biaya serta waktu perjalanan.
Meskipun demikian, tetap ada tantangan seperti menjaga keterlibatan karyawan, memonitor kinerja, serta mengatasi potensi isolasi sosial.
Oleh karena itu, perusahaan perlu mengimplementasikan kebijakan dengan jelas dan menggunakan teknologi untuk mendukung penerapannya.
Untuk mempermudah pengelolaan karyawan dalam pengaturan kerja fleksibel, penggunaan software HRIS seperti GajiHub menjadi solusi yang efektif.
Dengan fitur-fitur seperti presensi mandiri dan pemantauan produktivitas yang lengkap, perusahaan dapat mengelola absensi, izin, dan kinerja karyawan secara efisien tanpa mengganggu fleksibilitas kerja.
Tertarik mencoba GajiHub? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.
- VRIO Framework: Manfaat, Langkah Implementasi, dan Contoh - 30 April 2025
- Flexible Working Arrangement: Tren, Bentuk, dan Tipsnya - 30 April 2025
- Eisenhower Matrix: Manfaat, Cara, dan Contoh Penggunaannya - 29 April 2025