15 Contoh Micromanaging, Dampak, dan Cara Membatasinya

contoh micromanaging banner

Sebagai manajer, mungkin Anda pernah meminta anggota tim Anda untuk mengirimkan update terkait proyek yang sedang berlangsung setiap saat beberapa jam sekali. Meskipun Anda memiliki tujuan yang baik, namun hal tersebut bisa menjadi salah satu contoh micromanaging. 

Pengawasan yang berlebihan tersebut dapat membunuh kreativitas dan menurunkan semangat kerja  karyawan. Bahkan, bisa berdampak buruk pada kepuasan kerja tim secara keseluruhan.

Oleh karena itu, Anda perlu menyadari ketika perilaku yang bertujuan mengawasi tersebut berubah menjadi micromanaging. Dengan memahami batasan tersebut, Anda dapat membangun tim yang lebih percaya diri dan mandiri.

Pada artikel kali ini, Gajihub akan membahas apa itu micromanaging, dampak, dan contoh micromanaging di tempat kerja.

Apa yang Dimaksud dengan Micromanaging?

contoh micromanaging 1

Micromanaging adalah gaya manajemen di mana seorang pemimpin atau manajer terlibat terlalu mendalam dalam pekerjaan karyawannya, seringkali memantau dan mengontrol detail kecil yang sebenarnya dapat dikelola sendiri oleh tim.

Pemimpin yang micromanager cenderung memperhatikan hal-hal kecil yang seharusnya tidak menjadi fokus utama, bahkan sampai mengambil alih tugas yang sebenarnya bisa diserahkan kepada karyawan.

Dibandingkan memberi ruang bagi karyawan untuk berkembang, micromanager cenderung mengawasi setiap langkah, mengambil alih keputusan, dan memberikan krtik berlebihan, yang justru membatasi kreativitas serta otonomi tim.

Micromanager seringkali muncul karena kurangnya rasa percaya terhadap tim.

Hal ini mungkin disebabkan oleh rasa tidak aman, keinginan untuk segalanya berjalan sempurna, atau ketidakpastian tentang kemampuan diri sendiri.

Namun, tindakan ini justru menunjukkan lemahnya kepemimpinan dan dapat menciptakan ekspektasi yang tidak realistis.

Baca Juga: 13 Penyebab Turnover Karyawan Tinggi dan Cara Mengatasinya

Bagaimana Dampak Micromanaging pada Budaya Kerja?

contoh micromanaging 2

Micromanaging dapat mempengaruhi budaya kerja dan produktivitas secara signifikan, terutama dalam hal moral dan hubungan antar anggota tim.

Berikut adalah beberapa dampak negatif dari micromanaging:

1. Merusak kepercayaan dan menghambat otonomi

Ketika manajer terlibat terlalu dalam, karyawan merasa tidak dipercaya dan sulit bekerja secara mandiri. Hal ini bisa menurunkan motivasi dan kepuasan kerja mereka.

2. Menurunkan produktivitas dan meningkatkan turnover

Karyawan yang terus-menerus diawasi dan tidak diberikan otonomi sering kali menjadi tidak produktif dan lebih mudah merasa jenuh, yang akhirnya meningkatkan risiko mereka untuk keluar dari perusahaan.

3. Menghambat kreativitas

Pengawasan berlebihan juga membatasi ruang bagi karyawan untuk berinovasi. Akibatnya, mereka menjadi kurang proaktif dalam berbagi ide atau mencari solusi baru.

Sebagai manajer, fokus utama Anda seharusnya adalah mendukung dan membimbing, bukan mengendalikan setiap tindakan karyawan.

Memberikan kepercayaan dan ruang kepada tim Anda untuk menyelesaikan tugas dengan cara mereka sendiri adalah kunci untuk membangun tim yang lebih mandiri dan efektif.

Baca Juga: Manajemen Mikro (Micromanage): Pengertian, Dampak Buruk, dan Cara Menghindarinya

Bagaimana Contoh Micromanaging?

contoh micromanaging 3

Untuk menghindari tindakan micromanaging saat memimpin suatu tim, berikut contoh micromanaging yang kerap terjadi di lingkungan kerja:

1. Pengawasan Berlebihan

Meminta update status atau laporan secara terus-menerus menandakan contoh tindakan micromanaging.

Alih-alih memberi ruang untuk bekerja, kamu terus-menerus ingin tahu setiap langkah yang dilakukan tim.

Contoh

Meminta karyawan mengirim laporan perkembangan proyek setiap jam. Hal ini justru menghambat produktivitas karena mereka harus terus melapor, bukannya fokus menyelesaikan pekerjaan.

2. Tidak Mau Mendelegasikan

Micromanager sulit mendelegasikan tugas karena merasa hanya mereka yang bisa melakukannya dengan benar.

Hal ini menyebabkan mereka menangani tugas-tugas kecil yang sebenarnya bisa diserahkan ke orang lain.

Contoh

Seorang manajer memilih mengatur jadwal rapat sendiri daripada menyerahkan tugas itu ke asisten, sehingga mengabaikan potensi orang lain dan akhirnya kelelahan menangani tugas sepele.

3. Mempermasalahkan Hal-Hal Kecil

Terlalu fokus pada hal-hal kecil yang tidak terlalu penting mengganggu efisiensi kerja tim.

Dibandingkan memperhatikan hasil keseluruhan, micromanager malah sibuk mempermasalahkan detail kecil yang tidak krusial.

Contoh

Contoh micromanaging pada hal ini misalnya adalah terlalu memikirkan hal kecil seperti ukuran font di laporan daripada memeriksa kualitas isi laporan bisa membuat tim merasa pekerjaan mereka tidak dihargai.

4. Pemeriksaan Terus-Menerus

Sering kali, micromanager mengganggu pekerjaan tim dengan meminta klarifikasi atau pembaruan status tanpa henti.

Hal ini dapat memecah konsentrasi dan mengurangi efisiensi dalam bekerja.

Contoh

Melakukan rapat kecil beberapa kali sehari untuk membahas kemajuan tugas tertentu malah membuat tim tidak punya cukup waktu untuk bekerja dengan tenang dan efektif.

5. Mengontrol Cara Karyawan Menghabiskan Waktu

Mengawasi dengan ketat bagaimana karyawan menggunakan waktu mereka menunjukkan bahwa Anda tidak mempercayai mereka dalam mengatur waktu sendiri.

Hal ini dapat menciptakan lingkungan kerja yang menekan dan membuat karyawan tidak nyaman.

Contoh

Meminta karyawan untuk melaporkan kegiatan mereka setiap jam membuat mereka merasa terus diawasi dan terbebani, sehingga menurunkan kepuasan kerja dan produktivitas.

Baca Juga: Terlalu Banyak Meeting di Tempat Kerja? Ini Cara Mengatasinya

contoh micromanaging 4

6. Kontrol Berlebihan pada Komunikasi

Contoh micromanaging juga dapat terlihat dari bagaimana Anda ingin mengontrol semua channel komunikasi, bahkan yang tidak penting.

Anda cenderung ingin dilibatkan dalam setiap percakapan yang seharusnya bisa dilakukan secara mandiri oleh tim.

Contoh

Menuntut untuk dimasukkan dalam CC di setiap email proyek, meski sebenarnya tidak perlu, akan memperlambat proses pengambilan keputusan karena tim harus menunggu persetujuan terus-menerus.

7. Terlalu Berfokus pada SOP

Mengikuti prosedur itu penting, tetapi terlalu terpaku pada SOP tanpa fleksibilitas dapat membatasi kreativitas dan respons terhadap situasi yang berubah.

Micromanager sering menekankan kepatuhan SOP lebih dari hasil.

Contoh

Meminta tim mengikuti daftar SOP yang sangat rinci meskipun situasinya berubah, sehingga membuat tim kesulitan mencari solusi kreatif yang lebih baik dan efisien.

8. Mengabaikan Batas Pribadi

Mengganggu batas pribadi karyawan seperti waktu di luar jam kerja menunjukkan bahwa Anda tidak menghargai work life balance mereka.

Tindakan ini dapat menyebabkan burnout dan menurunkan motivasi dalam bekerja.

Contoh

Mengirim email kerja di malam hari dan mengharapkan tanggapan langsung bisa membuat karyawan merasa tertekan dan terus-menerus terganggu di luar jam kerja.

Baca Juga: 10 Cara Mengatasi Burnout dengan Mudah dan Efektif

9. Menyembunyikan Informasi

Tidak transparan dalam memberikan informasi penting bisa merusak kepercayaan tim. Tim yang tidak memiliki informasi yang cukup akan kesulitan membuat keputusan tepat.

Contoh

Menahan informasi anggaran sampai terlambat dalam proses proyek, yang akhirnya membuat tim kesulitan menyesuaikan rencana mereka dan mengelola anggaran dengan efektif.

10. Kritik di Depan Umum

Mengkritik karyawan di depan umum bisa mempermalukan mereka dan menurunkan semangat kerja.

Dibanding mengkritik, berikan mereka feedback secara pribadi jauh lebih efektif dan membangun.

Contoh

Mengoreksi kesalahan kecil dalam presentasi seorang karyawan di rapat tim dapat merusak kepercayaan diri mereka dan menurunkan motivasi untuk berkontribusi di masa depan.

Baca Juga: Atasan Pilih Kasih? Ini Contoh, Dampak, dan Cara Menghadapinya

contoh micromanaging 5

11. Mengabaikan Feedback Tim

Menolak atau mengabaikan saran tim bisa menunjukkan bahwa kamu tidak mendengarkan dan menghargai pandangan mereka.

Contoh micromanaging ini dapat membuat karyawan merasa tidak diakui dan kurang terlibat.

Contoh

Menolak saran untuk memperbaiki proses kerja dan tetap bersikeras menggunakan cara lama bisa menyebabkan frustrasi di antara tim dan mengurangi efisiensi.

12. Deadline yang Tidak Realistis

Menetapkan deadline yang sangat ketat tanpa mempertimbangkan kompleksitas proyek menekan tim dan menurunkan kualitas pekerjaan mereka.

Contoh

Meminta tim menyelesaikan campaign marketing yang biasanya memakan waktu satu bulan dalam waktu seminggu membuat mereka bekerja di bawah tekanan dan hasilnya tidak maksimal.

13. Beban Tugas Administratif yang Berlebihan

Memberikan tugas administratif yang berlebihan yang mengalihkan fokus dari pekerjaan utama bisa menghambat produktivitas dan menurunkan motivasi tim.

Contoh

Meminta karyawan mengisi laporan rinci setiap hari, laporan status, dan persetujuan berlebihan hanya akan menghabiskan waktu dan mengurangi waktu mereka untuk pekerjaan utama.

Baca Juga: Pengertian Overwhelmed Karyawan, Penyebab, dan Dampaknya

micromanage 7

14. Ketergantungan Berlebihan pada Persetujuan Formal

Memerlukan persetujuan untuk setiap keputusan kecil bisa memperlambat proses kerja dan membuat tim merasa tidak dipercaya dalam mengambil keputusan.

Contoh

Meminta persetujuan tertulis untuk pengeluaran kecil yang tidak signifikan membuat proses menjadi lambat dan karyawan terhambat dalam bekerja lebih cepat.

15. Penggunaan Berlebihan Metrik Kinerja

Terlalu mengandalkan angka dan metrik untuk menilai kinerja bisa menyebabkan tim merasa hanya dinilai berdasarkan data, bukan kualitas kerja mereka.

Tindakan micromanaging ini bisa membuat mereka kehilangan motivasi.

Contoh

Mengukur produktivitas hanya dari waktu yang dihabiskan di depan komputer tanpa mempertimbangkan hasil nyata dari pekerjaan mereka, yang pada akhirnya bisa mengurangi kualitas hasil kerja.

Baca Juga: 8 Manajemen Karyawan Remote untuk Tetap Produktif

Bagaimana Cara Membatasi Micromanaging?

micromanage 6

Salah satu tantangan bagi banyak manajer adalah menjaga keseimbangan antara pengawasan dan kebebasan kerja bagi tim.

Sebagai manajer, Anda harus memastikan bahwa pekerjaan berjalan sesuai rencana tanpa melakukan micromanaging. 

Dengan strategi yang tepat, Anda bisa tetap mengontrol karyawan tanpa harus selalu memantau mereka. Berikut strategi yang bisa Anda terapkan:

1. Menetapkan ekspektasi yang jelas dan memberikan umpan balik konstruktif

Anda harus menjelaskan peran, tujuan, dan tenggat waktu secara jelas agar anggota tim paham apa yang diharapkan dari mereka.

Selain itu, memberikan feedback yang membangun juga penting agar karyawan tahu bagaimana cara mereka bisa memperbaiki dan meningkatkan performa.

2. Menggunakan teknologi untuk manajemen yang efektif

Teknologi saat ini menyediakan berbagai alat yang memudahkan pemimpin untuk mengelola tim mereka, seperti software manajemen proyek yang membantu memantau perkembangan pekerjaan tanpa harus selalu melakukan pengecekan.

Dengan alat ini, pemimpin bisa mengetahui apa yang terjadi tanpa harus mengawasi setiap langkah tim secara langsung.

Selain menggunakan software manajemen proyek, Anda juga dapat mempertimbangkan penggunaan software payroll dan HR dari Gajihub.

Melalui software ini, Anda dapat memantau produktivitas karyawan tanpa harus bertanya kepada mereka secara terus-menerus.

Gajihub memiliki fitur analisa data yang memungkinkan Anda untuk melihat data terkait kehadiran karyawan, keterlambatan mereka, dan ketika mereka harus mengambil jam lembur.

Sementara itu, karyawan juga dapat melakukan presensi secara mandiri melalui fitur employee self-service (ESS).

Gajihub juga sudah dilengkapi dengan teknologi live tracking yang memungkinkan Anda memantau pergerakan karyawan, terutama jika perusahaan menerapkan sistem remote working atau ketika tim perlu melakukan kunjungan klien di luar kantor.

Tertarik mencoba? Klik gambar berikut untuk informasi selengkapnya:

gajihub 3

3. Fokus pada hasil daripada proses

Dengan menetapkan key performance indicator (KPI), Anda bisa mengevaluasi tim berdasarkan hasil yang dicapai, bukan proses yang mereka jalani.

Hal ini memungkinkan anggota tim untuk mencapai tujuan dengan cara yang paling sesuai dengan kemampuan dan gaya mereka sendiri.

4. Mendorong penyelesaian masalah secara mandiri

Memberikan kepercayaan kepada anggota tim untuk menyelesaikan masalah sendiri akan meningkatkan rasa tanggung jawab dan kepercayaan diri mereka.

Manajer sebaiknya memberikan bimbingan ketika diperlukan, tapi biarkan tim mencari solusi sendiri untuk masalah yang mereka hadapi.

5. Mengakui dan merayakan pencapaian tim

Pengakuan terhadap pencapaian tim sangat penting untuk menjaga semangat kerja.

Pemimpin harus secara rutin mengapresiasi keberhasilan tim maupun individu untuk menumbuhkan rasa bangga dan memotivasi tim agar terus berusaha memberikan yang terbaik, tanpa perlu pengawasan yang berlebihan.

Baca Juga: Pentingnya Employee Recognition, Hingga Tips Melakukannya

Kesimpulan

Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami meskipun micromanaging bertujuan untuk meningkatkan pengawasan dan hasil kerja karyawan, namun hal tersebut justru bisa menurunkan semangat dan kreativitas karyawan.

Dengan terlibat terlalu dalam pada pekerjaan tim dan memaksa mereka untuk terus update pekerjaan, Anda dapat menyebabkan masalah-masalah seperti produktivitas yang menurun, kurangnya motivasi, hingga angka turnover yang tinggi.

Oleh karena itu, sebagai manajer Anda harus memiliki batasan yang jelas mengenai pengawasan, sehingga tidak menghambat kemandirian tim.

Pada akhirnya, menghindari micromanaging bukan hanya tentang memberikan kebebasan kepada tim, tetapi juga tentang membangun lingkungan kerja yang mendukung pertumbuhan dan kreativitas.

Dipandingkan menerapkan perilaku micromanaging, Anda dapat menggunakan software payroll dan HR dari Gajihub yang bisa membantu memantau produktivitas mereka secara efisien.

Tertarik mencoba? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.

Amelia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *