Kirkpatrick Model: Tingkatan, Manfaat, dan Contoh Penerapannya

kirkpatrick model banner

Selain dengan menyelenggarakan pelatihan yang tepat untuk karyawan, perusahaan juga perlu memilih alat yang sesuai untuk mengukur dampak pelatihan tersebut. Dalam hal ini, perusahaan dapat menggunakan apa yang disebut dengan Kirkpatrick Model.

Model Kirkpatrick sendiri merupakan salah satu kerangka kerja evaluasi pelatihan yang paling banyak digunakan oleh organisasi di seluruh dunia.

Model ini menawarkan pendekatan sistematis untuk mengukur efektivitas program pelatihan melalui empat tingkatan evaluasi, yakni reaksi, pembelajaran, perilaku, dan hasil.

Setiap tingkatan memberikan wawasan mendalam tentang bagaimana pelatihan berdampak pada peserta, serta bagaimana hal itu berkontribusi terhadap tujuan strategis organisasi.

Pada artikel kali ini, Gajihub akan membahas apa itu Kirkpatrick Model, penjelasan keempat tingkatan, dan manfaatnya.

Apa yang Dimaksud dengan Kirkpatrick Model?

kirkpatrick model 1

Model Kirkpatrick, yang juga dikenal sebagai Empat Tingkat Evaluasi Pelatihan Kirkpatrick adalah alat utama yang digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan program pelatihan dalam sebuah organisasi.

Model ini secara global diakui sebagai salah satu metode evaluasi pelatihan paling efektif.

Model Kirkpatrick terdiri dari 4 tingkatan evaluasi, yaitu:

  1. Reaksi
  2. Pembelajaran
  3. Perilaku
  4. Hasil

Model ini dapat diterapkan untuk mengevaluasi berbagai jenis pembelajaran, baik formal maupun informal, dan cocok untuk berbagai gaya pelatihan.

Model ini pertama kali diperkenalkan oleh Donald Kirkpatrick pada tahun 1950-an dan telah diperbarui sebanyak tiga kali, dengan pembaruan terakhir pada tahun 2016 menjadi Model Kirkpatrick Dunia Baru.

Pembaruan ini menekankan pentingnya membuat pelatihan relevan dengan pekerjaan sehari-hari karyawan.

Baca Juga: UU Cipta Kerja Tentang Jam Kerja, Berikut Poin-Poin Pentingnya

Bagaimana Tingkatan dalam Kirkpatrick Model?

kirkpatrick model 2

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, Kirkpatrick Model terdiri dari 4 tingkatan yang digunakan untuk mengevaluasi pelatihan dalam organisasi.

Berikut penjelasan setiap tingkatannya:

Level 1: Reaksi

Tingkat pertama dari kriteria adalah “reaksi”, yang mengukur apakah peserta merasa pelatihan tersebut menarik, menyenangkan, dan relevan dengan pekerjaan mereka.

Penilaian pada level ini paling umum dilakukan melalui survei setelah pelatihan selesai yang meminta peserta untuk menilai pengalaman mereka selama pelatihan.

Bagian penting dari analisis pada Level 1 adalah berfokus pada peserta pelatihan, bukan pada pelatih.

Sementara fasilitator mungkin cenderung fokus pada hasil pelatihan (seperti konten atau lingkungan belajar), Model Kirkpatrick mendorong pertanyaan survei yang lebih menekankan pada apa yang diperoleh peserta.

Tips untuk Menerapkan Level 1: Reaksi

  • Gunakan kuesioner daring.
  • Sisihkan waktu di akhir pelatihan untuk peserta mengisi survei.
  • Sediakan ruang untuk jawaban tertulis, bukan hanya pilihan ganda.
  • Berikan pertanyaan yang berfokus pada hal-hal yang dipelajari peserta.
  • Ingatkan peserta di awal sesi bahwa mereka akan mengisi survei agar mereka dapat mempertimbangkan jawaban mereka dengan matang.

Level 2: Pembelajaran

Level 2 mengukur seberapa baik peserta mempelajari pengetahuan, skill, sikap, kepercayaan diri, dan komitmen yang menjadi tujuan pelatihan.

Penilaian pembelajaran bisa dilakukan melalui metode formal maupun informal dan sebaiknya dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan untuk mendapatkan gambaran akurat tentang kemajuan peserta.

Metode penilaian mencakup ujian atau wawancara. Proses penilaian yang jelas dan terdefinisi harus ditetapkan sebelumnya untuk mengurangi ketidakkonsistenan hasil.

Tips untuk Menerapkan Level 2: Pembelajaran

  • Lakukan penilaian sebelum dan sesudah pelatihan untuk mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif.
  • Kuesioner dan survei bisa hadir dalam berbagai bentuk, seperti ujian atau penilaian wawancara.
  • Kelompok kontrol bisa digunakan untuk membandingkan hasil pembelajaran.
  • Proses penilaian harus jelas dan selaras dengan tujuan program.
  • Jangan lupa untuk mengumpulkan kritik dan pengamatan dari instruktur dan peserta, karena ini bisa menjadi sumber masukan berharga.

Baca Juga: Evaluasi Pelatihan, Ketahui Arti, Manfaat, Hingga Langkahnya

gajihub 3

Level 3: Perilaku

Level 3 berfokus pada perubahan perilaku peserta setelah pelatihan.

Evaluasi ini penting untuk memahami dampak nyata dari pelatihan, apakah peserta menerapkan apa yang mereka pelajari di tempat kerja.

Menilai perubahan perilaku memungkinkan organisasi mengetahui apakah skill yang diajarkan telah dipahami dengan benar dan apakah keterampilan tersebut dapat diterapkan di tempat kerja.

Namun, terkadang evaluasi perilaku juga mengungkapkan masalah dalam lingkungan kerja itu sendiri.

Jika seorang peserta tidak menunjukkan perubahan perilaku, bukan berarti pelatihan gagal, tetapi bisa jadi ada proses atau kondisi di organisasi yang perlu diperbaiki.

Tips untuk Menerapkan Level 3: Perilaku

  • Lakukan evaluasi 3–6 bulan setelah pelatihan selesai untuk memberikan data yang lebih andal.
  • Gunakan kombinasi observasi dan wawancara untuk menilai perubahan perilaku.
  • Minimalkan bias dengan menghindari penilaian yang terlalu subjektif.
  • Gunakan evaluasi awal untuk mengidentifikasi perubahan, kemudian lakukan evaluasi lebih lanjut seperti wawancara atau survei.
  • Tentukan keterampilan apa saja yang harus ditunjukkan oleh peserta dan bagaimana penguasaan keterampilan tersebut diukur.

Level 4: Hasil

Tingkat terakhir dari Model Kirkpatrick adalah “hasil”, yang berfokus pada pengukuran langsung dari dampak pelatihan terhadap hasil bisnis organisasi.

Penilaian pada level ini mencakup pengukuran terhadap key performance indicator (KPI) yang ditentukan sebelum pelatihan dimulai.

Contoh KPI yang umum adalah peningkatan penjualan, pengurangan kecelakaan di tempat kerja, atau peningkatan laba atas investasi.

Model Kirkpatrick memungkinkan organisasi untuk menetapkan rencana pengukuran yang jelas, mendefinisikan tujuan, mengukur hasil, dan mengidentifikasi area yang memiliki dampak signifikan.

Dengan menganalisis data di setiap level, organisasi dapat mengevaluasi hubungan antara setiap tingkatan dan memahami hasil pelatihan secara lebih baik.

Sebagai tambahan, organisasi juga dapat menyesuaikan dan memperbaiki rencana selama proses pembelajaran berlangsung.

Tips untuk Menerapkan Level 4: Hasil

  • Sebelum memulai evaluasi, pastikan Anda tahu apa yang akan diukur dan informasikan kepada semua peserta.
  • Jika memungkinkan, gunakan kelompok kontrol untuk perbandingan yang lebih objektif.
  • Jangan terburu-buru dalam melakukan evaluasi akhir, berikan waktu bagi peserta untuk benar-benar menerapkan keterampilan baru mereka.
  • Pastikan bahwa pengamat memahami pelatihan yang telah diberikan dan hasil yang diharapkan.
  • Evaluasi tahunan dan fokus pada target bisnis utama sangat penting, terutama untuk karyawan senior, agar evaluasi hasil pelatihan lebih akurat.

Baca Juga: Indikator Pelatihan Kerja, Faktor, dan Manfaatnya

Apa Saja Manfaat Menggunakan Model Kirkpatrick?

kirkpatrick model 3

Terdapat beberapa alasan yang membuat Kirkpatrick Model banyak digunakan secara global untuk mengevaluasi pelatihan.

Hal ini karena banyaknya manfaat yang bisa didapatkan dengan menggunakan kerangka kerja ini, seperti:

1. Evaluasi yang Menyeluruh

Model Kirkpatrick memberikan cara yang lengkap untuk mengevaluasi pelatihan. Keempat levelnya membantu Anda melihat semua aspek penting saat mengukur keberhasilan pelatihan.

Dengan mengevaluasi setiap level, kita bisa melampaui sekadar melihat apakah peserta menyelesaikan pelatihan atau login ke platform online.

Model ini memungkinkan kita menilai hasil yang lebih tinggi, seperti perubahan perilaku dan dampak terhadap bisnis.

2. Fokus pada Hasil

Model ini menekankan pentingnya mengukur hasil akhir dan dampak pelatihan terhadap kinerja.

Hal ini adalah cara yang efektif untuk mengetahui apakah pelatihan benar-benar memberikan kontribusi pada peningkatan performa organisasi.

3. Selaras dengan Tujuan Organisasi

Pelatihan yang baik seharusnya mendukung tujuan yang sejalan dengan visi dan misi organisasi.

Dengan menggunakan Model Kirkpatrick, kita bisa mengidentifikasi celah kinerja dan menyesuaikan pelatihan untuk membantu mencapai target strategis.

4. Menunjukkan Kekuatan dan Kelemahan

Evaluasi di setiap level membantu mengungkap kekuatan dan kelemahan program pelatihan.

Dengan demikian, kita bisa memperbaiki konten, metode penyampaian, dan meningkatkan efektivitas pelatihan secara keseluruhan.

Baca Juga: Manfaat Pelatihan Kerja bagi Karyawan dan Perusahaan

kirkpatrick model 4

5. Mendukung Pengambilan Keputusan

Model ini membantu membuat keputusan yang didasarkan pada data.

Dengan mengumpulkan informasi yang terstruktur, kita bisa memutuskan bagaimana alokasi sumber daya pelatihan dan mengubah strategi pelatihan jika diperlukan.

Hal ini memastikan investasi pelatihan memberikan hasil yang maksimal.

6. Mendukung Perbaikan Berkelanjutan

Dengan menggunakan Model Kirkpatrick, Anda bisa terus memperbaiki pelatihan dari waktu ke waktu.

Feedback dan evaluasi di setiap level juga membantu Anda melakukan penyesuaian yang dapat meningkatkan kualitas dan dampak pelatihan.

7. Melibatkan Pemangku Kepentingan

Data yang diperoleh di setiap level evaluasi bisa dibagikan dengan pemangku kepentingan.

Kerangka kerja ini membantu kita menjelaskan manfaat dan hasil dari pelatihan, yang dapat meningkatkan dukungan dan keterlibatan para pemimpin dalam organisasi.

Baca Juga: Pelatihan Lintas Karyawan: Arti, Manfaat, dan Langkahnya

Apa Kekurangan dari Kirkpatrick Model?

evaluasi training 5

Meskipun model ini sangat berguna untuk mengevaluasi pelatihan, model ini juga memiliki tantangan.

Salah satu tantangan terbesar adalah mengukur level 3 (perilaku) dan level 4 (hasil), yang seringkali sulit dilakukan dengan akurat tanpa persiapan yang baik.

Selain itu, perubahan dalam ekonomi atau organisasi juga bisa mempersulit pengukuran dampak langsung pelatihan terhadap hasil bisnis.

Proses ini membutuhkan waktu, tenaga, dan sumber daya yang cukup besar untuk mendapatkan data yang lengkap di semua level.

Banyak organisasi cenderung hanya fokus pada level 1 (reaksi) dan level 2 (pembelajaran), sementara level yang lebih tinggi seringkali terabaikan.

Hal ini bisa memberikan gambaran yang kurang akurat mengenai efektivitas pelatihan.

Namun, meskipun terdapat tantangan, Kirkpatrick model tetap menjadi alat yang berguna untuk memahami dampak pelatihan, terutama jika digunakan bersama dengan metode evaluasi lain.

Baca Juga: 7 Langkah Melakukan Perencanaan Pelatihan Karyawan dan Tipsnya

Bagaimana Contoh Penerapan Kirkpatrick Model?

evaluasi training 6

Berikut adalah beberapa contoh penerapan Kirkpatrick Model untuk mengukur efektivitas pelatihan di berbagai level, memberikan pemahaman yang menyeluruh tentang dampak program pelatihan.

Program Pelatihan Layanan Pelanggan di Perusahaan Ritel

1. Reaksi

Setelah pelatihan, peserta mengisi survei untuk menilai kepuasan mereka terhadap konten, cara penyampaian, dan lingkungan pelatihan.

Feedback yang diberikan sebagian besar positif, menunjukkan bahwa peserta merasa pelatihan ini menarik dan bermanfaat.

2. Pembelajaran

Dilakukan tes sebelum dan sesudah pelatihan kepada kelompok kontrol untuk mengukur peningkatan pengetahuan.

Hasilnya menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam pemahaman peserta mengenai prinsip dan teknik layanan pelanggan.

3. Perilaku

Beberapa bulan setelah pelatihan, mystery shopper mengunjungi toko untuk melihat apakah karyawan menerapkan keterampilan layanan pelanggan yang baru.

Laporan menunjukkan peningkatan interaksi karyawan dengan pelanggan.

4. Hasil

Perusahaan mengukur kepuasan pelanggan sebelum dan sesudah pelatihan.

Hasilnya, skor kepuasan pelanggan meningkat secara signifikan, yang menandakan keberhasilan program pelatihan ini.

Baca Juga: Kano Model Analysis: Pengertian, Cara Kerja, dan Metodenya

Program Pengembangan Kepemimpinan di Perusahaan Teknologi

1. Reaksi

Peserta mengisi formulir feedback untuk memberikan pendapat mereka mengenai struktur kursus, konten, dan fasilitator.

Secara umum, peserta merasa bahwa program ini menarik dan memberikan wawasan berharga.

2. Pembelajaran

Peserta mengikuti tes kepemimpinan sebelum dan sesudah program untuk mengukur peningkatan kompetensi kepemimpinan mereka.

Hasil setelah pelatihan menunjukkan kemajuan signifikan dalam keterampilan kepemimpinan peserta.

3. Perilaku

Manajer mengamati tim mereka dan mencatat perubahan perilaku kepemimpinan peserta.

menunjukkan bahwa peserta menggunakan keterampilan kepemimpinan baru mereka dengan lebih efektif dalam memimpin tim.

4. Hasil

Perusahaan melihat peningkatan dalam KPI seperti produktivitas tim dan tingkat keterlibatan karyawan, yang menunjukkan dampak positif dari program pengembangan kepemimpinan.

Baca Juga: 5 Jenis Perubahan dan Pengembangan Organisasi

Pelatihan Keselamatan di Perusahaan Manufaktur

1. Reaksi

Setelah sesi pelatihan, peserta mengisi survei dan menyatakan bahwa pelatihan ini membantu mereka merasa lebih percaya diri dalam menerapkan keselamatan di tempat kerja.

2. Pembelajaran

Tes dilakukan sebelum dan sesudah pelatihan untuk mengukur pemahaman peserta mengenai protokol keselamatan.

Hasilnya menunjukkan peningkatan pengetahuan peserta tentang prosedur keselamatan.

3. Perilaku

Pengawas memantau area kerja untuk melihat apakah karyawan menerapkan prosedur keselamatan yang telah diajarkan.

Mereka mencatat adanya peningkatan yang jelas dalam kepatuhan terhadap protokol keselamatan.

4. Hasil

Perusahaan mencatat penurunan signifikan dalam kecelakaan kerja dan pelanggaran keselamatan setelah pelatihan, menunjukkan efektivitas program pelatihan keselamatan.

Baca Juga: Pengertian Lokakarya, Manfaat, dan Cara Menyelenggarakannya

Kesimpulan

Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami bahwa Kirkpatrick Model merupakan alat evaluasi yang dapat membantu organsisasi memahami efektivitas pelatihan secara menyeluruh.

Dengan mengevaluasi empat tingkatan mulai dari reaksi peserta hingga dampak terhadap kinerja bisnis, model ini memastikan bahwa pelatihan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga tentang perubahan perilaku dan hasil nyata yang mendukung tujuan organisasi.

Meskipun memiliki beberapa tantangan dalam penerapannya, terutama saat mengukur tingkat perilaku dan hasil, model ini tetap menjadi alat penting dalam pengembangan sumber daya manusia.

Selain melalui evaluasi pelatihan, Anda juga dapat meningkatkan efisiensi SDM dengan menggunakan software payroll dan HR dari Gajihub.

Melalui software ini, Anda dapat menyederhanakan proses administrasi karyawan yang akan memudahkan tim HR dalam hal payrollabsensi, kelola BPJS, hingga reimbursement

Sebagai contoh, dengan fitur BPJS, Anda dapat mengelola dan menghitung BPJS Ketenagakerjaan sekaligus Kesehatan sesuai dengan aturan terbaru dan upah karyawan masing-masing.

Melalui penghitungan otomatis, iuran seperti Jaminan Keselamatan Kerja dan Jaminan Kematian langsung tercatat dalam laporan payroll, serta potongan dapat disesuaikan baik dari pihak karyawan maupun perusahaan.

Dengan demikian, tim HR dapat lebih fokus dalam pengembangan SDM, seperti menerapkan Kirkpatrick Model dalam evaluasi pelatihan karyawan.

Tertarik mencoba Gajihub? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.

Amelia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *