People Pleaser: 10 Tanda, Penyebab, Dampak, dan Cara Menghentikannya

people pleaser banner

Jika Anda sering merasa tertekan untuk selalu menyenangkan orang lain, atau sulit berkata “tidak” saat diminta bantuan meskipun sudah kewalahan, mungkin ini pertanda bahwa Anda adalah seorang people pleaser.

Menjadi people pleaser di tempat kerja bukan hanya merugikan diri Anda, tetapi juga dapat mempengaruhi kinerja dan kesejahteraan Anda secara keseluruhan.

Menjadi seorang people pleaser di tempat kerja bisa membuat Anda rentan terhadap kelelahan mental dan fisik.

Anda mungkin merasa terbebani dengan banyak tugas karena selalu mengambil lebih dari yang seharusnya demi menjaga citra baik di mata orang lain.

Pada artikel kali ini, Gajihub akan membahas apa itu people pleaser, tanda-tanda, dan tips menghentikannya.

Apa yang Dimaksud dengan People Pleaser?

people pleaser 1

Secara sederhana, people pleaser adalah orang yang ingin menyenangkan orang lain dan merasa harus disukai oleh semua orang.

People pleasing merupakan coping mechanism di mana perhatian Anda terhadap orang lain justru merugikan pekerjaan Anda sendiri, demi validasi dan penerimaan eksternal yang tidak berarti.

Biasanya, people pleaser akan menghentikan apa yang sedang mereka lakukan untuk membantu orang-orang.

Namun, mereka sering membutuhkan validasi atas bantuan yang telah mereka berikan kepada orang lain.

Baca Juga: Impostor Syndrome: Arti, Ciri-ciri, Penyebab, dan Cara Mengatasi

Apa Penyebab Seseorang Menjadi People Pleaser?

 Berikut beberapa hal yang menyebabkan seseorang menjadi people pleaser:

1. Rendahnya rasa percaya diri

Orang yang merasa kurang berharga mungkin menganggap kebutuhan mereka tidak penting.

Akibatnya, mereka jarang memperjuangkan diri sendiri atau bahkan tidak tahu apa yang mereka inginkan. Mereka mungkin merasa tidak punya tujuan jika tidak bisa membantu orang lain.

2. Kecemasan

Beberapa orang berusaha menyenangkan orang lain karena cemas tentang apakah mereka diterima, takut ditolak, atau takut menyinggung orang lain.

Contohnya, seseorang yang memiliki kecemasan sosial mungkin merasa harus selalu mengikuti keinginan teman-temannya agar disukai. Ini adalah cara halus untuk mencoba mengontrol pandangan orang lain.

3. Menghindari konflik

Orang yang takut konflik atau merasa harus menghindarinya mungkin menjadi people pleaser sebagai cara untuk mencegah perselisihan atau ketidaksepakatan.

4. Budaya dan pola sosialisasi

Budaya keluarga, komunitas, atau negara dapat mempengaruhi bagaimana seseorang melihat tanggung jawab terhadap orang lain dan dirinya sendiri.

Beberapa orang mungkin diajarkan bahwa pengorbanan diri sepenuhnya adalah sebuah kebajikan, atau bahwa kepentingan kelompok lebih penting daripada individu.

5. Ketidaksetaraan

Beberapa bentuk ketidaksetaraan memperkuat gagasan bahwa ada orang yang seharusnya selalu mengurus orang lain.

Misalnya, seksisme yang bersifat melindungi mengajarkan bahwa wanita secara alami lebih penyayang dan keibuan dibandingkan pria.

Jika gagasan ini diterima, wanita dalam hubungan heteroseksual mungkin merasa harus selalu mengutamakan pasangannya.

Baca Juga: Personal Development: Manfaat, Cara, dan Tips Mengelolanya

6. Gangguan kepribadian

Gangguan kepribadian adalah kondisi mental jangka panjang yang dalam beberapa kasus bisa memicu perilaku people-pleasing.

Misalnya, dependent personality disorder (DPD) membuat seseorang sangat bergantung pada orang lain untuk mendapatkan bantuan dan persetujuan, bahkan dalam hal-hal sederhana seperti memilih pakaian.

7. Trauma

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa selain reaksi melawan, melarikan diri, atau membeku, ada reaksi lain terhadap trauma, seperti kekerasan.

Beberapa orang mungkin merespon dengan “fawning” atau people-pleasing ekstrem, di mana mereka berusaha mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari orang yang ditakuti sebagai upaya untuk bertahan hidup.

Baca Juga: Corporate Stockholm Syndrom: Bagimana Cara Menanganinya?

Apa Saja Tanda People Pleaser di Tempat Kerja?

people pleaser 2

Perilaku people pleasing di tempat kerja dapat merugikan Anda dan berujung pada kelelahan atau bahkan hal yang lebih buruk.

Oleh karena itu, Anda perlu memahami apakah Anda seorang people pleaser di tempat kerja. Berikut beberapa tanda-tandanya:

1. Anda Setuju, Bahkan Ketika Anda Tidak Setuju

Ini merupakan ciri umum dari people pleaser. 

Terkadang, Anda berpura-pura memiliki hobi yang sebenarnya tidak Anda minati, seperti saat Anda sedang membagikan cerita tentang perjalanan memancing kepada bos Anda, padahal sebenarnya Anda tidak paham apa pun tentang memancing.

Di dalam meeting, percakapan pribadi, atau negosiasi besar, people pleaser cenderung menyetujui semuanya, padahal sebenarnya tidak.

Jika Anda merasa diri Anda terlalu setuju hanya untuk menyenangkan orang lain, tanyakan pada diri sendiri:

  • Apakah setuju dengan pendapat ini bertentangan dengan nilai pribadi saya?
  • Apakah setuju ini merugikan pekerjaan dan penelitian yang telah saya lakukan?
  • Apakah setuju ini lebih banyak mendatangkan bahaya atau manfaat?

2. Anda Terlalu Sering Minta Maaf

Minta maaf merupakan hal yang baik saat Anda benar-benar merasa bersalah atau jika Anda memang memiliki sesuatu yang sah untuk meminta maaf.

Namun, jika Anda sering minta maaf terlalu sering, tanyakan pada diri sendiri: Apakah Anda merugikan diri sendiri dengan terus-menerus minta maaf?

Misalnya, Anda tidak perlu mintaa maaf saat Anda berbicara, tidak setuju, batuk, dan hal-hal kecil lainnya.

Alih-alih mengatakan maaf saat Anda sebenarnya tidak merasa bersalah, pertimbangkan beberapa alternatif untuk dikatakan atau dilakukan.

Baca Juga: 15 Contoh Red Flag di Dunia Kerja Beserta Artinya

people pleaser 3

3. Anda Selalu Meminta Orang Lain Memeriksa Pekerjaan Anda

People pleaser sering meminta feedback dan memastikan pekerjaan mereka sesuai standar. Meskipun feedback itu penting, meminta feedback, persetujuan, atau pujian secara terus-menerus bisa merugikan rasa percaya diri dan kualitas pekerjaan Anda.

Jika Anda mencari pendapat orang lain untuk memeriksa kesalahan, buatlah checklist unuk diri Anda sendiri.

Lakukan pemeriksaan kualitas pekerjaan Anda melalui berbagai hal, seperti apakah semua ejaannya benar? Apakah tanggal-tanggal yang dicantumkan sudah akurat?

Meminta bantuan merupakan hal yang baik, namun Anda juga perlu membangun rasa percaya diri dalam bekerja dibandingkan terus-menerus mengandalkan persetujuan dari rekan kerja atau atasan.

4. Anda Selalu Terbebani Oleh Perasaan Orang Lain

Apakah Anda sering merasa terganggu oleh suasana hati atasan Anda? Apakah Anda merasa diserang secara pribadi jika rekan kerja Anda menggunakan handphone sepanjang hari?

Ya, people pleaser sering terlibat dalam perasaan orang lain. Empati memang penting di tempat kerja, namun tetap ada batasannya.

Singkatnya, tetapkan batasan dan pastikan untuk mematuhinya. Ketahui kapan perhatian Anda terhadap perasaan orang lain sudah menganggu pekerjaan dan kesejahteraan Anda sendiri.

5. Anda Jarang Menerima Pengakuan atau Pujian

Mengabaikan pujian dengan mengatakan sesuatu seperti, “Ya, seluruh tim membantu, jadi…” juga merupakan salah satu tanda people pleaser. 

Padahal, Anda dapat menerima pujian yang diberikan orang lain karena pujian tersebut emmang pantas untuk Anda.

Saat orang memberikan pujian kepada Anda, perhatikan apakah Anda cenderung meremehkan diri sendiri.

Sebaliknya, cobalah mengucapkan terima kasih secara sederhana. Nikmati keberhasilan tersebut, karena Anda memang pantas mendapatkannya.

Baca Juga: Pentingnya Employee Recognition, Hingga Tips Melakukannya

gajihub 2

6. Anda Menerima Kesalahan Yang Bukan karena Anda

Apakah konfrontasi membuat Anda tidak nyaman? Apakah ketidakcocokan mengacaukan hati Anda? Jika Anda menemukan diri Anda menerima kesalahan atas kesalahan orang lain, bahkan untuk meredakan perselisihan atau menenangkan situasi, mungkin Anda adalah seorang people pelaser. 

Jika Anda tidak mau menerima pujian untuk pekerjaan yang dilakukan dengan baik, jangan terima kesalahan yang sebenarnya dilakukan orang lain.

Sementara Anda merasa seperti berhasil meredakan situasi saat itu, Anda sebenarnya justru menambah masalah jangka panjang.

Saat tim tidak dapat menemukan akar masalah, masalah tersebut kemungkinan muncul kembali dan memiliki dampak yang lebih besar.

7. Anda Bertindak Seperti Orang di Sekitar Anda

Semua orang memiliki sedikit kepribadian yang berbeda tergantung situasinya. Misalnya, saat Anda makan malam pada hari Sabtu dengan tiga teman terdekat Anda, sikap Anda akan sedikit berbeda dibandingkan dengan suasana hati Anda di hari Senin pagi.

Namun, jika Anda merasa diri Anda terus-menerus berubah sesuai dengan orang di sekitar Anda, bisa jadi Anda seorang people pleaser. 

Hal ini bisa sangat merugikan saat Anda berpihak pada seseorang yang memiliki energi negatif di tempat kerja.

Jika Anda mengenali perilaku ini pada diri Anda, cobalah untuk jujur pada diri sendiri.

Apakah Anda melakukan dan mengatakan hal-hal yang benar-benar Anda yakini? Apakah hubungan ini bisa merugikan karier Anda dalam jangka panjang?

Baca Juga: Corporate Stockholm Syndrom: Bagimana Cara Menanganinya?

people pleaser 4

8. Anda Selalu Mengatakan Ya

Seorang people pleaser seringkali bekerja di luar jam kerja, mengerjakan pekerjaan yang sebenarnya bukan tanggung jawab mereka.

Padahal, setelah Anda dieknal sebagai people pleaser di kantor, Anda akan menjadi sasaran empuk.

Misalnya, saat Anda bekerja dengan orang, terutama seseorang yang sedikit lebih senior, mungkin dia akan sering meminta bantuan Anda untuk mengerjakan tugas-tugasnya.

Kemudian, salah satu rekan kerja yang suka menunda pekerjaan mungkin akan mencari Anda dan memebani Anda dengan tugasnya.

Karena Anda tidak bisa mengatakan tidak, maka Anda melakukannya, lagi dan lagi. Hal ini akan menciptakan siklus yang tidak sehat.

Anda bisa membantu oroang-orang saat benar-benar dibutuhkan. Jika Anda mulai emrasa bahwa rekan kerja lain terus-menerus memindahkan pekerjaan kepada Anda dan meninggalkan kantor lebih awal, Anda perlu dengan tegas mengatakan TIDAK.

9. Anda Ingin Semua Orang Menyukai Anda

Ketika Anda masuk kantor, apakah Anda selalu menyapa semua orang? Lalu, ada satu rekan kerja yang tidak pernah membalas sapaan Anda atau tersenyum, dan itu membuat Anda berpikir, “Kenapa dia tidak suka saya?”

Namun, ingatlah bahwa Anda mungkin tidak berinteraksi langsung atau bekerja sama dengan rekan tersebut.

Mampu bergaul dengan semua orang itu bagus, tapi tidak semua orang harus akrab dengan Anda, dan itu tidak apa-apa. Selama hal itu tidak mempengaruhi pekerjaan Anda atau orang lain, siapa peduli?

Jangan terlalu memikirkan siapa yang menyukai Anda atau tidak. Fokuslah pada pekerjaan dan keharmonisan dalam tim Anda sendiri, dan abaikan hal-hal kecil yang tidak penting.

Baca Juga: Crab Mentality: Pengertian, Contoh, dan Cara Mengatasi

overwhelmed 5

10. Anda Menghindari Semua Konflik

Apakah Anda pernah melihat seseorang dimarahi di rapat untuk sesuatu yang bukan kesalahannya? Apa yang biasanya Anda lakukan?

People pleaser sering menghindari konflik. Padahal, meski konflik tidak menyenangkan, menghindarinya terus-menerus bisa berdampak buruk.

Cobalah pikirkan, apakah Anda punya informasi atau sudut pandang yang bisa membantu menyelesaikan masalah, daripada hanya diam dan membiarkan keadaan.

Singkatnya, menghindari konflik tidak akan membuat masalah hilang. Sebaliknya, temukan cara menghadapi konflik secara produktif agar masalah bisa diselesaikan.

Baca Juga: Highly Sensitive Person adalah Aset Perusahaan, Mengapa?

Apa Dampak Menjadi Seorang People Pleaser?

people pleaser 9

Menjadi people pleaser dapat membawa dampak negatif, baik bagi diri sendiri maupun orang di sekitar. Beberapa risiko yang mungkin timbul antara lain:

1. Stres

Stres terjadi saat seseorang merasa tidak mampu menghadapi beban yang ada.

Sering merasa terlalu sibuk, memiliki pekerjaan yang menumpuk, atau daftar tugas yang panjang karena selalu berusaha menyenangkan orang lain bisa menyebabkan stres.

Selain itu, bersikap tidak jujur pada diri sendiri dan mengabaikan kebutuhan pribadi juga dapat meningkatkan stres dan kecemasan.

2. Kelelahan

Mengambil terlalu banyak tanggung jawab atau berpura-pura selalu ceria di depan orang lain bisa menyebabkan kelelahan mental dan fisik.

3. Mengabaikan diri sendiri

Jika seseorang terlalu sibuk menyenangkan orang lain, mereka bisa mengabaikan perawatan diri, misalnya kebersihan diri, penampilan, kesehatan mental dan fisik, atau karier.

Akibatnya, mereka bisa kehilangan energi untuk membantu orang lain dalam jangka panjang.

4. Rasa kesal

Orang yang merasa terpaksa selalu menyenangkan orang lain mungkin akan mulai merasa kesal atau frustrasi.

Hal ini bisa menyebabkan agresi pasif, seperti mengekspresikan kemarahan secara tidak langsung melalui sarkasme atau candaan.

Baca Juga: Komunikasi Persuasif: Ini Cara Membangunnya di Tempat Kerja

5. Masalah hubungan

Ketika seseorang merasa tidak bahagia, hal ini bisa berdampak pada hubungan mereka. Misalnya, mereka bisa merasa dimanfaatkan oleh rekan kerja, yang kemudian menyebabkan konflik.

6. Kehilangan jati diri

Seseorang yang terlalu sering berusaha menyenangkan orang lain bisa menjadi kurang peka terhadap keinginan dan perasaan mereka sendiri.

Akibatnya, mereka mungkin kehilangan arah tentang siapa diri mereka sebenarnya dan apa yang mereka butuhkan.

7. Konflik peran

Seseorang yang selalu mencoba menyenangkan orang lain mungkin menemukan bahwa kepribadian mereka di satu situasi bertentangan dengan diri mereka di situasi lain.

8. Merugikan orang lain

People-pleasing bisa membuat seseorang lebih mengutamakan keinginan untuk disukai daripada kesejahteraan orang lain.

Misalnya, seseorang bisa ikut bergosip yang merugikan demi diterima dalam kelompok.

Baca Juga: 7 Manajemen Stress yang Baik di Tempat Kerja

Bagaimana Cara Berhenti Menjadi People Pleaser?

overwhelmed 6

Sebagai people pleaser, demi menyenangkan orang lain, Anda mungkin akan setuju dengan ide-ide yang kurang baik, padahal Anda sebenarnya punya solusi yang lebih baik.

Anda juga bisa menerima permintaan yang tidak masuk akal, seperti bekerja lembur atau di akhir pekan untuk menggantikan rekan kerja Anda.

Akibatnya, Anda merasa overwhelmed, terlalu banyak bekerja, dan kurang dihargai atas bantuan yang Anda berikan. Hal ini bisa memicu frustasi dan kelelahan.

Sebaliknya, kemampuan untuk menegaskan diri, bangga pada ide-ide Anda, dan memprioritaskan kebutuhan pribadi bisa membantu Anda lebih sukses dalam karier.

Walaupun sulit menghilangkan kebiasaan ini, bukan berarti tidak bisa dilakukan. Berikut adalah cara mengatasi kecenderungan people pleasing:

1. Akui dan Komitmen untuk Berubah

Mulailah dengan menilai alasan Anda selalu berusaha menyenangkan orang lain. Apakah Anda takut ditolak atau gagal?

Mungkin kebiasaan ini terbentuk sejak kecil atau berasal dari pengalaman masa lalu. Luangkan waktu untuk memikirkan mengapa Anda selalu mendahulukan orang lain.

Mengetahui akar masalah ini akan memudahkan Anda untuk mengatasinya.

Setelah itu, tentukan apa yang ingin Anda ubah. Buat daftar masalah yang Anda alami di tempat kerja, misalnya merasa tidak dihargai atau bekerja lebih banyak dari rekan kerja.

Pikirkan apa yang bisa Anda lakukan secara berbeda, seperti menetapkan batas waktu bekerja lembur dan pastikan untuk menaatinya.

Sumber: Youtube The School of Life

2. Mintalah Bantuan dari Rekan Kerja

Alih-alih selalu setuju dengan permintaan orang lain, cobalah untuk meminta bantuan dari rekan kerja.

Misalnya, saat Anda merasa kewalahan dengan pekerjaan, tanyakan apakah ada yang bisa membantu Anda, seperti mengurus riset untuk presentasi atau menyusun laporan.

Meski hanya tugas kecil, langkah ini membantu Anda lebih nyaman dalam meminta bantuan.

3. Jadikan Ini Sebagai Tujuan

Jika Anda memiliki atasan yang mendukung, bicarakan dalam pertemuan atau evaluasi bahwa Anda ingin mengurangi kebiasaan people-pleasing.

Jelaskan mengapa Anda ingin mengubah kebiasaan ini dan keterampilan apa yang ingin Anda kembangkan, misalnya belajar mendelegasikan tugas.

Dengan memberi tahu atasan, Anda bisa mendapatkan dukungan untuk membuat rencana perubahan. Selain itu, atasan Anda mungkin akan menghargai keinginan Anda untuk berkembang.

Baca Juga: Toxic Workplace: Pengertian, Tanda, dan Cara Menghadapinya

4. Latih Diri untuk Mengatakan “Tidak”

People pleaser sering takut bahwa menjadi lebih tegas akan merusak hubungan di tempat kerja.

Anda bisa mengurangi ketakutan ini dengan berlatih mengatakan “tidak” hingga merasa lebih nyaman.

Latihlah beberapa kalimat seperti, “Maaf, saya sedang fokus pada deadline besar. Mungkin Anda bisa meminta bantuan Angela,” atau,

“Saya bisa membantu setelah menyelesaikan laporan ini.” Anda juga bisa menetapkan waktu, misalnya, “Saya bisa membantu hari Selasa pukul 10 hingga 12 siang.”

Dengan latihan, menolak permintaan akan terasa lebih alami, dan ketakutan merusak hubungan kerja bisa berkurang.

5. Mulailah dengan Langkah Kecil

Anda tidak perlu mengubah semuanya dalam semalam. Mulailah dengan langkah kecil. Fokus pada beberapa kebiasaan yang ingin Anda ubah, dan kerjakan secara bertahap.

Misalnya, mulailah dengan melacak seberapa sering Anda meminta maaf untuk hal-hal yang bukan kesalahan Anda, atau buatlah tujuan untuk menolak satu tugas tambahan setiap minggu.

Pendekatan bertahap ini akan mengurangi tekanan pada diri Anda dan tidak mengejutkan rekan kerja.

6. Sadari Bahwa Anda Tidak Sendirian

Saat seseorang meminta bantuan, Anda mungkin berpikir, “Kalau saya tidak melakukannya, tidak ada yang melakukannya,” atau, “Orang ini bergantung pada saya.” Tapi itu tidak selalu benar.

Perusahaan Anda tidak hanya bergantung pada Anda, dan ada orang lain yang bisa mengambil tanggung jawab tambahan jika Anda kewalahan.

Memahami ini akan membantu Anda mengurangi stres, membagi tugas secara adil, dan pada akhirnya menikmati karier Anda lebih baik.

Berusaha menyenangkan semua orang tidak mungkin dilakukan terus-menerus. Pada akhirnya, Anda hanya bisa mengendalikan diri sendiri.

Jadikan diri Anda prioritas utama, dan Anda akan lebih bahagia dalam pekerjaan serta menjadi profesional yang lebih baik.

Baca Juga: Employee Gathering: Pengertian, Manfaat, dan Contohnya

Apa Saja Perilaku Asertif yang Perlu Dikembangkan?

people pleaser 8

Untuk menjadi perilaku yang lebih baik dan tidak menjadi seorang people-pleaser, Anda dapat menerapkan beberapa perilaku asertif.

Perilaku asertif adalah kemampuan mengekspresikan pikiran, perasaan, dan kebutuhan secara percaya diri, sambil tetap menghormati hak dan batasan orang lain.

Hal ini dilakukan dengan cara yang langsung, jujur, dan kebutuhan secara percaya diri, sambil tetap menghormati hak dan batasan orang lain.

Karakteristik utamanya meliputi:

  • Komunikasi yang jelas dan ringkas
  • Ekspresi emosi secara konstruktif
  • Menetapkan dan menjaga batasan pribadi

Perilaku asertif berbeda dengan perilaku pasif, yang menekan kebutuhan sendiri, serta perilaku agresif, yang memaksakan pandangan pada orang lain.

Sikap asertif mendorong komunikasi terbuka dan sehat, serta membangun hubungan yang saling menghormati dan saling percaya.

Perilaku ini tentunya juga membantu Anda terhindar dari pelaku people-pleasing yang dapat merugikan diri sendiri.

Berikut adalah beberapa perilaku asertif yang perlu Anda kembangkan:

1. Self-Affirmation

Self-affirmation salah satu cara yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi pikiran negatif sekaligus meningkatkan rasa percaya diri seseorang melalui pertanyaan positif secara tegas dan berulang kepada dirinya sendiri.

Dengan cara ini, Anda dapat menyadari bahwa harga diri kita tidak bergantung pada satu aspek saja.

Berikut adalah beberapa contoh pernyataan positif yang bisa Anda ucapkan berulang kali untuk mengubah cara berpikir Anda:

  • “Saya layak dicintai”
  • “Saya cukup baik”

Pilih afirmasi yang relevan, ucapkan dengan lantang, dan gunakan dalam bentuk positif dan saat ini.

Baca Juga: 10 Tips Mengembangkan Potensi Diri dan Skill yang Dibutuhkan

2. Reframing

Reframing adalah teknik mengubah perspektif untuk melihat situasi dari sudut pandang yang berbeda.

Dengan menggeser “bingkai” ini, makna situasi berubah, dan perilaku serta pemikiran kita bisa berubah lebih positif.

3. Komunikasi Asertif

Komunikasi asertif adalah cara menyampaikan perasaan dan kebutuhan secara langsung tapi hormat. Ini didasarkan pada tiga komponen utama:

  • Jelas: Menyampaikan dengan tegas tanpa berbelit-belit.
  • Konsisten: Pesan yang disampaikan stabil dari waktu ke waktu.
  • Sopan: Menghargai orang lain dalam setiap komunikasi.

Komunikasi ini tidak memaksa seperti komunikasi agresif atau menghindar seperti komunikasi pasif, melainkan menjembatani keduanya dengan cara yang hormat dan efektif.

Baca Juga: Komunikasi Interpersonal: Pengertian, Jenis, dan Contohnya

Kesimpulan

Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami bahwa people pleaser adalah orang yang selalu berusaha menyenangkan orang lain, bahkan jika hal tersebut merugikan dirinya sendiri.

Di tempat kerja, perilaku ini bisa menyebabkan kelelahan, kurangnya pengakuan, serta beban kerja yang berlebihan.

Hal ini disebabkan karena Anda cenderung setuju dengan sesuatu yang sebenarnya kurang baik menurut Anda, sering minta maaf tanpa alasan, dan sulit menolak permintaan bantuan dari orang lain.

Untuk berhenti menjadi people pleaser, penting bagi Anda untuk mengenali akar masalah dan berkomitmen untuk berubah.

Meminta bantuan rekan kerja, melatih diri untuk mengatakan “tidak,” dan membangun kepercayaan diri dalam pekerjaan adalah beberapa langkah yang bisa diambil.

Perusahaan juga dapat mendorong karyawannya untuk berhenti menjadi people pleaser dengan memantau bagaimana karyawan bekerja.

Hal ini bisa diwujudkan salah satunya dengan menggunakan software payroll dan HR dari Gajihub.

Melalui fitur analisa data yang dimilikinya, perusahaan dapat melihat laporan lembur dan jam kerja masing-masing karyawan.

Dengan demikian, jika ditemukan jam lembur yang berlebihan, perusahaan bisa mengambil tindakan dan mencari tahu masalah yang dialami oleh karyawan tersebut.

Selain fitur analisa data, Gajihub juga dilengkapi oleh berbagai fitur menarik lainnya, mulai dari absensipayrollESS, hingga pengelolaan BPJS.

Tertarik mencoba? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.

Amelia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *