Screening Social Media: Manfaat, Cara, dan Do’s and Don’ts

screening social media banner

Saat ini, screening social media telah menjadi bagian penting dalam proses rekrutmen.

Sebagai tim HR, tentunya Anda tidak hanya perlu mengevaluasi CV dan performa kandidat saat wawancara, Anda juga ingin melihat sisi lain yang mungkin tidak terlihat dalam dokumen formal.

Melalui screening social media, Anda dapat menangkap pola komunikasi kandidat, cara Anda menanggapi informasi, hingga bagaimana Anda membangun hubungan secara online.

Hal ini membantu Anda mengidentifikasi apakah kandidat memiliki nilai yang sejalan dengan budaya perusaahaan.

Namun, tentu saja proses rekrutmen tetap dijalankan secara profesional dan bertanggung jawab, bukan untuk mencari-cari kesalahan, melainkan untuk mengenal kandidat secara lebih menyeluruh.

Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas apa itu screening social media, manfaat, apa yang dilihat oleh rekruter, dan cara melakukannya.

Apa yang Dimaksud dengan Screening Social Media?

screening social media 1

Social media screening adalah proses mengecek profil media sosial kandidat atau karyawan yang bisa diakses ke publik.

Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran lebih lengkap yang bisa membantu dalam proses rekrutmen atau pengelolaan karyawan.

Biasanya, rekruter akan melihat platform seperti LinkedIn, Facebook, Twitter, Instagram, dan lainnya.

Dari sana, perusahaan bisa menilai latar belakang profesional, perilaku pribadi, dan bagaimana seseorang menampilkan dirinya di dunia maya.

Social media screening bertujuan untuk memberikan sudut pandang yang lebih luas tentang kualifikasi, kepribadian, dan apakah kandidat cocok dengan budaya perusahaan.

Namun, penting untuk diingat bahwa proses ini harus dilakukan dengan bijak, yakni tetap menghargai privasi kandidat dan tidak melanggar hukum yang berlaku.

Biasanya yang boleh dilihat hanyalah konten publik, dan perusahaan tidak boleh masuk ke ranah pribadi yang dilindungi.

Baca Juga: Sosial Media Rekrutmen: Pengertian, Manfaat, dan Strateginya

Apa Hubungan Media Sosial dengan Kinerja Kandidat?

screening social media 2

Perilaku seseorang di media sosial bisa memberikan gambaran awal tentang bagaimana mereka akan bekerja jika diterima.

Cara mereka berinteraksi secara online bisa menunjukkan gaya komunikasi, sikap profesional, dan bagaimana mereka menghadapi kritik atau feedback yang diberikan.

Semua hal ini bisa berpengaruh pada kinerja kandidat di tempat kerja.

Sebagai contoh, jika seseorang sering membagikan pencapaian dan aktif berinteraksi dengan orang-orang di bidangnya, hal tersebut bisa jadi tanda bahwa mereka memiliki semangat kerja tinggi, suka belajar, dan senang bekerja sama.

Sifat-sifat ini biasanya berhubungan dengan etos kerja yang baik.

Sebaliknya, jika ada banyak postingan bernada negatif atau kerap memicu perdebatan, hal itu bisa menunjukkan bahwa orang tersebut mungkin sulit untuk mengelola konflik, mudah stres, atau kurang cocok bekerja di dalam tim.

Nada bicara, ppilihan kata, dan seberapa sering mereka membuat postingan juga bisa mencerminkan apakah mereka rapi dan mampu membagi waktu antara urusan pribadi dan pekerjaan.

Dari situ, perusahaan bisa menilai apakah orang tersebut cocok untuk bekerja dalam tim, bisa dipercaya, dan bisa membawa nama baik perusahaan.

Kesimpulannya, perilaku di media sosial bisa memberi gambaran penting kinerja kerja seseorang.

Meskipun tidak dijadikan satu-satunya pennilaian, informasi dari media sosial bis amelengkapi proses rekrutmen dan membantu perusahaan memilih kandidat secara tepat.

Baca Juga: 8 Tanda dan Hal Penting dalam Menemukan Kandidat yang Tepat

Apakah Perusahaan Perlu Melakukan Screening Social Media?

screening social media 3

Melalui sosial media, perusahaan dapat melihat sisi lain kandidat yang tidak terlihat di CV atau saat wawancara.

Proses ini membantu memahami kepribadian, nilai, dan perilakuk kandidat secara lebih menyeluruh.

Berikut sejumlah manfaat dari screening social media:

1. Membantu Keputusan Rekrutmen

Media sosial bisa memberikan gambaran tambahan tentang kandidat, seperti minat, cara mereka berkomunikasi, hingga nilai yang mereka pegang.

Misalnya, profil LinkedIn bisa menunjukkan pengalaman dan reputasi profesional mereka, sedangkan Instagram atau Twitter bisa memperlihatkan seberapa aktif mereka di komunitas atau industri.

Screening juga bisa membantu mendeteksi ketidaksesuaian antara persona online dengan apa yang disampaikan saat wawancara.

2. Menilai Red Flags dan Kecocokan Budaya

Screening ini berguna untuk menemukan potensi masalah, seperti unggahan tidak pantas, komentar ofensif, atau sikap yang bertentangan dengan nilai perusahaan.

Selain itu, screening juga membantu menilai apakah kandidat sejalan dengan budaya kerja perusahaan.

Jika perusahaan menjunjung tinggi keberagaman dan kerjasama, tentu Anda ingin karyawan yang juga mendukung nilai tersebut.

Baca Juga: 28 Tanda Red Flag Interview, HRD Wajib Tahu

3. Menjaga Reputasi Perusahaan

Karyawan bisa menjadi wajah perusahaan di media sosial.

Apa yang mereka bagikan bisa memengaruhi reputasi brand Anda.

Dengan screening, perusahaan bisa mencegah risiko reputasi sejak awal dan memastikan karyawan mencerminkan nilai yang ingin ditonjolkan perusahaan, terutama di posisi yang berhubungan langsung dengan publik.

4. Meningkatkan Retensi dan Keterlibatan

Media sosial juga bisa jadi indikator kepuasan kerja.

Karyawan yang sering mengeluh di media sosial bisa jadi sedang tidak bahagia di tempat kerja. Sebaliknya, mereka yang bangga berbagi pencapaian kerja biasanya lebih loyal dan terlibat.

Dengan memahami tanda ini lebih awal, perusahaan bisa menjaga suasana kerja tetap positif dan karyawan tetap betah.

Baca Juga: 14 Strategi Talent Retention dan Pentingnya bagi Perusahaan

Apa Saja yang Dilihat dalam Screening Social Media?

screening social media 4

Untuk membant perusahaan menilai apakah seseorang memiliki profesionalisme, skill yang relevan, dan kecocokan budaya, berikut beberapa hal yang perlu Anda perhatikan:

1. Profesionalisme dan Keterampilan

Perusahaan ingin melihat bagaimana calon karyawan menampilkan dirinya secara profesional. Media sosial seperti LinkedIn sering dijadikan acuan untuk menilai:

  • Pencapaian karier dan pengalaman kerja
  • Keterampilan dan endorsement dari rekan kerja
  • Partisipasi dalam diskusi industri atau pembagian konten yang relevan
  • Calon yang aktif membagikan wawasan atau tren terbaru di bidangnya biasanya menunjukkan sikap proaktif dan semangat belajar.

2. Kecocokan dengan Budaya Perusahaan

Dari unggahan media sosial, perusahaan bisa menilai apakah nilai-nilai pribadi kandidat selaras dengan budaya perusahaan.

Misalnya:

  • Postingan tentang kerja sama tim, keberagaman, atau kegiatan sosial
  • Komentar yang menunjukkan empati, sikap suportif, atau semangat kolaboratif
  • Keterlibatan dalam komunitas profesional atau forum online

Seseorang yang aktif, positif, dan menunjukkan kepedulian terhadap isu-isu sosial cenderung lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan kerja yang inklusif dan dinamis.

Baca Juga: Culture Fit Test: Pengertian, Manfaat, dan Langkahnya

3. Pengaruh dan Reputasi Online

Di era digital, pengaruh online juga bisa menjadi nilai tambah.

Calon karyawan yang memiliki banyak pengikut, reputasi baik di komunitas profesional, konten menarik yang banyak dibagikan orang lain bisa menjadi aset berharga.

Khususnya jika posisi yang dilamar berkaitan dengan marketing, branding, atau hubungan masyarakat.

4. Red Flag yang Perlu Diwaspadai

Selain mencari sisi positif, perusahaan juga memperhatikan potensi red flags, seperti:

  • Unggahan yang berisi ujaran kebencian, rasisme, seksisme, atau diskriminasi
  • Postingan yang menunjukkan perilaku tidak profesional, seperti mabuk-mabukan atau konflik pribadi yang diumbar
  • Ketidaksesuaian antara informasi di media sosial dan yang tercantum di CV

Pola perilaku negatif secara konsisten bisa menjadi pertimbangan serius, karena bisa memengaruhi reputasi dan dinamika tim di tempat kerja.

Baca Juga: Nepotisme di Tempat Kerja: Dampak, Contoh, dan Cara Mengatasi

Bagaimana Cara Melakukan Screening Social Media?

screening social media 5

Supaya proses screening social media berjalan dengan efisien dan tetap menjaga privasi kandaidat, perusahaan biasanya menggabungkan penggunaan teknologi dengan penilaian manual.

Dengan cara ini, mereka bisa mengumpulkan informasi yang relevan tanpa melanggar etika atau hukum privasi.

Alat dan Platform untuk Memantau Media Sosial

Di era digital, ada banyak alat yang bisa membantu perusahaan memantau aktivitas media sosial kandidat dengan cepat dan akurat.

Berikut beberapa alat yang umum digunakan:

1. Hiretual

Hiretual adalah platform rekrutmen yang membantu perusahaan mencari profil kandidat di berbagai media sosial seperti LinkedIn, Twitter, dan Facebook.

Hiretual juga dilengkapi dengan teknologi AI yang bisa memberikan gambaran tentang aktivitas online kandidat dan membantu mendeteksi potensi masalah sejak awal.

2. Social Search

Social Search merupakan pencarian yang memungkinkan perusahaan mengakses berbagai informasi dari platform media sosial sekaligus.

Dengan menggabungkan data dari LinkedIn, Twitter, Facebook, dan lainnya, Social Search memudahkan HR melihat sisi profesional maupun personal dari kandidat secara menyeluruh.

3. LinkedIn Recruiter

Alat ini memaksimalkan fungsi LinkedIn untuk proses rekrutmen.

Perusahaan bisa menilai latar belakang profesional kandidat, melihat koneksi mereka, hingga membaca rekomendasi dan aktivitas yang mereka lakukan di bidangnya.

Profil LinkedIn yang rapi dan aktif bisa menjadi sinyal positif tentang profesionalisme kandidat.

Selain alat-alat tersebut, banyak perusahaan juga menggunakan platform seperti Hootsuite atau Sprout Social.

Umumnya, alat ini digunakan untuk memantau percakapan atau penyebutan nama perusahaan di media sosial.

Namun, alat ini juga bisa dipakai untuk memantau aktivitas karyawan secara berkelanjutan, misalnya untuk melihat bagaimana mereka mewakili citra perusahaan secara online.

Baca Juga: 10 Strategi untuk Meningkatkan Proses Rekrutmen Online

Apa Perbedaan Manual dan Otomatis dalam Screening Social Media?

penyaringan medsos 6

Sebagai rekruter, ada dua metode screening sosial media yang bisa Anda terapkan, yaitu otomais dan manual.

Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

Simak penjelasannya berikut ini:

Screening Otomatis

Metode otomatis menggunakan alat bantu digital untuk memindai profil medi sosial kandidat yang bisa diakses secara publik.

Alat ini bisa digunakan untuk mencari keyword, pola perilaku, atau tanda-tanda yang dianggap sebagai potensi masalah atau nilai positif, seperti keahlian dan kecocokan dengan budaya perusahaan.

Keunggulan dari cara ini adalah prosesnya yang cepat dan konsisten.

Semua kandidat dinilai dengan standar yang sama, sehingga risiko kesalahan manusia atau bias bisa dikurangi.

Namun, screening otomatis juga memiliki keterbatasan.

Misalnya, sistem bisa saja melakukan kesalah dalam menilai unggahan, karena tidak memahami konteksnya.

Sebuah tweets sarakastik bisa dianggap negatif hanya karena mengandung kata tertentu.

Berbeda dengan penilaian manusia yang bisa membaca niat atau nada komunikasi seseorang.

Screening Manual

Sebaliknya, screening manual dilakukan oleh tim HR dengan ebnar-benar mengecek langsung media sosial kandidat.

Cara ini memungkinkan mereka menangkap konteks unggahan, menilai cara kandidat berkomunikasi, dan memahami kepribadian atau profesionalisme seseorang dengan lebih baik.

Meski hasilnya bisa lebih mendalam, metode ini tentu memakan waktu lebih lama, apalagi kalau jumlah kandidat banyak.

Selain itu, risiko bias pribadi juga tetap ada karena semuanya dinilai berdasarkan penilaian manusia.

Gabungan Keduanya

Untuk hasil yang seimbang, banyak perusahaan akhirnya memilih menggabungkan kedua metode.

Sistem otomatis digunakan di tahap awal untuk menyaring kandidat atau menemukan hal-hal mencurigakan.

Setelah itu, hasilnya akan ditinjau ulang secara manual agar penilaiannya lebih akurat dan tidak salah konteks.

Baca Juga: 9 Tanda Employer Branding Berhasil dan Trennya di Tahun 2025

Bagaimana Cara Menentukan Media Sosial yang Perlu Di-screening?

penyaringan medsos 7

Tantangan lain dalam screening social media adalah menentukan platform mana saja yang relevan untuk diperiksa.

Karena setiap platform punya karakter yang berbeda, perusahaan harus bisa menyesuaikannya dengan posisi yang sedang dibuka.

LinkedIn

LinkedIn jadi platform utama untuk melihat latar belakang profesional kandidat.

Di sini, perusahaan bisa mengecek riwayat pekerjaan, keahlian, rekomendasi, hingga jaringan profesional.

Oleh karena itu, LinkedIn hampir selalu jadi fokus utama dalam proses screening.

Facebook dan Twitter

Facebook dan Twitter lebih mencerminkan sisi personal.

Meski ada kandidat yang menggunakan platform ini untuk berbagi hal profesional, kebanyakan menggunakannya untuk opini pribadi atau aktivitas sehari-hari.

Itulah mengapa perusahaan harus bijak saat mengevaluasi unggahan, apakah benar-benar relevan dengan pekerjaan atau tidak.

Instagram dan Tiktok

Instagram dan TikTok menunjukkan konten yang bersifat lebih visual dan biasanya menunjukkan gaya hidup atau minat pribadi.

Untuk posisi kreatif seperti content creator, marketing, atau public relations, platform ini justru bisa memberikan gambaran kemampuan kandidat dalam membangun citra atau berinteraksi dengan audiens.

Baca Juga: 8 Cara Mengetahui Riwayat Pekerjaan Palsu dan Tipsnya

Apa Saja Do’s and Don’ts dalam Screening Social Media?

penyaringan medsos 6

Meskipun bermanfaat, screening social media harus dilakukan dengan hati-hati.

Do’s

  • Minta izin tertulis dari kandidat sebelum melakukan screening.
  • Hanya lihat konten yang tersedia secara publik, jangan pakai cara tidak etis.
  • Fokus pada hal-hal yang relevan dengan pekerjaan, seperti perilaku profesional atau indikasi pelanggaran hukum.
  • Gunakan daftar pengecekan agar proses penilaian lebih konsisten.
  • Tetapkan kriteria jelas tentang apa yang dianggap sebagai red flag dan pastikan semua kandidat dinilai dengan standar yang sama.
  • Catat hasil temuan, termasuk platform yang dicek, kata kunci yang digunakan, dan informasi penting yang ditemukan.
  • Pertimbangkan konteks dan waktu unggahan. Beri kesempatan kandidat untuk menjelaskan jika ada unggahan yang dinilai bermasalah.

Baca Juga: 10 Kendala Rekrutmen yang Dialami oleh Tim HR + Tipsnya

Don’ts

  • Jangan menilai berdasarkan usia, gender, ras, agama, orientasi seksual, atau informasi sensitif lainnya.
  • Jangan buat akun palsu untuk mengakses akun pribadi kandidat.
  • Jangan langsung menyimpulkan dari satu unggahan tanpa memahami konteksnya.
  • Jangan kirim permintaan pertemanan hanya untuk melihat konten privat.
  • Jangan terlalu mengandalkan media sosial sebagai satu-satunya penilaian.
  • Jangan lakukan screening secara sembarangan tanpa pedoman internal yang jelas.

Baca Juga: Diskriminasi SARA di Tempat Kerja: Ini Cara Mengatasinya

Kesimpulan

Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami bahwa screening social media dapat menjadi media untuk melihat sisi lain dari kandidat yang mungkin tidak nampak di dalam CV atau interview.

Screening bisa membantu perusahaan menilai potensi red flag, kesesuaian budaya, atau soft skills kandidat.

Namun, agar proses ini berjalan adil dan profesional, perusahaan perlu memastikan bahwa informasi yang diperiksa benar-benar relevan dengan pekerjaan dan tidak mencampuradukkan aspek pribadi.

Selain itu, penting bagi perusahaan untuk memiliki panduan yang jelas agar screening dilakukan secara etis, konsisten, dan tidak melanggar privasi.

Setelah melewati berbagai proses rekrutmen, termasuk screening social media dan menemukan kandidat terbaik, selanjutnya Anda perlu melakukan pengelolaan data karyawan baru.

Untuk memudahkan hal tersebut, Anda dapat menggunakan software HRIS dari GajiHub.

Dengan fitur yang dimilikinya, seluruh proses administrasi karyawan, mulai dari absensi, payroll, hingga pengelolaan PPh 21 menjadi lebih otomatis dan akurat.

Melalui bantuan tersebut, Anda bisa lebih fokus dalam proses rekrutmen.

Tertarik mencoba? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.

Amelia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *