Sebagai HR, apakah Anda pernah menemukan riwayat kerja kandidat yang terlalu mengesankan?
Misalnya, kandidat tersebut memiliki beban tanggung jawab yang tidak sesuai dengan posisinya atau pengalaman kerja yang tampak berlebihan.
Dalam proses rekrutmen, tentu Anda ingin menemukan kandidat yang terbaik.
Namun, di sisi lain Anda juga perlu jeli dan berhati-hati, karena pada kenyataannya cukup banyak kandidat yang memilih untuk “memoles” riwayat kerja atau CV mereka agar terlihat lebih menarik.
Di tengah ketatnya persaingan kerja, memalsukan riwayat kerja dianggap sebagian orang sebagai jalan pintas untuk lolos tahap screening.
Lantas, bagaimana cara mengetahui riwayat pekerjaan yang diberikan kandidat adalah palsu?
Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas hal tersebut beserta tips penting untuk memastikan CV kandidat.
Mengapa Kandidat Memberikan Riwayat Pekerjaan Palsu?

Sebagai HR, Anda perlu memahami alasan di balik tindakan kandidat memalsukan riwayat pekerjaan.
Berikut adalah beberapa alasan umum yang kerap menjadi pemicunya:
1. Ingin Menonjol di Tengah Persaingan
Persaingan kerja semakin ketat, apalagi di perusahaan besar yang menerima ratusan hingga ribuan lamaran.
Banyak kandidat merasa harus melakukan sesuatu agar bisa “berbeda” dan menarik perhatian HR.
Salah satu cara yang mereka lakukan adalah memoles CV, dengan harapan bisa lolos sistem applicant tracking system dan dipanggil wawancara.
2. Kurang Pengalaman atau Kualifikasi yang Diminta
Ada juga kandidat yang merasa mampu menjalankan pekerjaannya, tapi tidak punya pengalaman atau kualifikasi yang sesuai dengan yang dicantumkan di lowongan.
Oleh karena itu, mereka kadang menambahkan atau melebihkan informasi agar terlihat cocok.
Masalahnya, hal ini bisa jadi bumerang saat proses wawancara, ketika informasi tersebut mulai ditanyakan lebih dalam.
3. Takut Menganggur
Ketakutan tidak mendapat pekerjaan sering kali mendorong kandidat untuk mengambil jalan pintas.
Mereka merasa bahwa tanpa melebih-lebihkan riwayat kerja, peluang untuk dipanggil wawancara sangat kecil.
Demi bisa segera bekerja atau meningkatkan karier, mereka pun tergoda untuk menyisipkan hal-hal yang tidak sepenuhnya sesuai kenyataan.
Baca Juga: 4 Contoh Masalah Ketenagakerjaan di Indonesia, Apa Saja?
Apa Saja Informasi yang Sering Dipalsukan dalam Riwayat Pekerjaan?

Untuk mengetahui riwayat kerja palsu, ada beberapa informasi yang perlu Anda perhatikan saat melakukan screening CV kandidat:
1. Melebih-lebihkan Tanggung Jawab dan Tugas Pekerjaan
Kandidat sering kali membesar-besarkan peran mereka di pekerjaan sebelumnya.
Misalnya, seseorang yang hanya bertugas menyusun jadwal bisa menulis
“Mengelola kegiatan tim berbagai departemen.”
Hal tersebut terkesan lebih bagus, tapi hal ini bisa dengan mudah terbongkar saat wawancara, terutama jika kandidat kesulitan memberi contoh konkret.
2. Membesar-besarkan Angka dan Pencapaian
Mengklaim sesuatu seperti “meningkatkan penjualan 50%” padahal kenyataannya hanya 20% juga termasuk bentuk kebohongan yang umum.
Banyak kandidat berpikir angka besar akan lebih menarik, padahal hal ini bisa langsung diketahui rekruter jika mereka meminta bukti, misalnya melalui lapotan penjualan atau referensi kandidat.
3. Mengada-ada Pengalaman Kerja atau Peran Sebelumnya
Ada juga kandidat yang mencantumkan pekerjaan yang sebenarnya tidak pernah mereka lakukan, baik untuk menutupi celah di CV, mengisi masa jeda, atau terlihat lebih berpengalaman.
Bentuknya bisa macam-macam:
- Menambahkan perusahaan fiktif
- Membuat posisi kerja palsu
- Mengklaim pernah bekerja di perusahaan ternama padahal tidak
Dalam proses wawancara, HR juga bisa dengan mudah mengukur sejauh mana pengetahuan dan tanggung jawab yang sebenarnya dimiliki kandidat.
Baca Juga: Tahapan Screening Lamaran, Manfaat, dan Tips Terbaiknya
4. Memalsukan Tanggal Kerja
Terkadang, kandidat sengaja memperpanjang masa kerja agar CV terlihat lebih rapi tanpa celah.
Misalnya, menyebut berhenti kerja di bulan Juli padahal sebenarnya sudah keluar sejak April.
Meskipun terlihat sepele, hal seperti ini biasanya cepat terungkap dalam background check.
5. Mencantumkan Skill atau Software yang Tidak Dikuasai
Untuk mengetahui riwayat pekerjaan palsu, Anda juga perlu memperhatikan kandidat daftar keterampilan yang ditulis kandidat.
Sebagai contoh, kandidat mengklaim bahwa mahir dalam Excel, padahal ia hanya menguasai dasar-dasarnya.
Sebagai HR, Anda dapat mengetes skill tersebut saat wawancara, atau bahkan memberi tes teknis langsung.
Baca Juga: Bagaimana Cara Menilai Technical Skill Kandidat?
6. Memalsukan Gelar atau Sertifikasi Akademik
Mengaku lulus padahal belum, menambahkan IPK yang lebih tinggi, atau mencantumkan sertifikasi yang belum pernah diambil.
7. Membuat Proyek Sampingan atau Pengalaman Volunteer Palsu
Sama seperti pengalaman kerja, beberapa kandidat menulis proyek pribadi atau kegiatan relawan yang tidak pernah mereka lakukan.
Bacaa Juga: 8 Tanda dan Hal Penting dalam Menemukan Kandidat yang Tepat
Bagaimana Cara HR Mengetahui Riwayat Pekerjaan Palsu?

Sebagai HR, Anda tentu ingin memastikan bahwa riwayat kerja yang diberikan kandidat tidak palsu.
Berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mengetahui riwayat pekerjaan palsu:
1. Verifikasi Riwayat Kerja
Verifikasi riwayat kerja adalah langkah dasar namun penting.
Hubungi atasan atau HR di perusahaan sebelumnya untuk memastikan informasi seperti:
- Jabatan
- Tanggal mulai dan berhenti bekerja
- Tanggung jawab utama
Jika ada perbedaan antara yang disampaikan kandidat dan hasil verifikasi, hal ini bisa menjadi red flag kandidat.
Anda juga bisa melihat profil LinkedIn mereka untuk mencocokkan informasi secara cepat.
Baca Juga: 28 Tanda Red Flag Interview, HRD Wajib Tahu
2. Lakukan Pemeriksaan Latar Belakang
Background check bisa membantu Anda mengetahui catatan pribadi dan hukum kandidat.
Jika informasi yang mereka berikan bertentangan dengan hasil pemeriksaan, integritas mereka bisa langsung diragukan.
3. Cek Referensi dengan Teliti
Referensi dari mantan atasan atau rekan kerja dapat memberikan gambaran yang lebih objektif tentang kandidat.
Jika kandidat mencantumkan referensi palsu atau memberikan informasi yang tidak sesuai dengan yang dikatakan oleh referensinya, hal ini patut diwaspadai.
Baca Juga: Download Contoh Surat Rekomendasi Karyawan dan Template Gratisnya
4. Perhatikan Konsistensi Saat Wawancara
Kandidat yang berbohong biasanya akan kesulitan memberikan jawaban detail atau tampak ragu saat menjelaskan pengalaman kerjanya.
Berikut tanda-tandanya:
- Gugup berlebihan
- Jawaban yang tidak konsisten
- Terlalu banyak generalisasi
Berbagai hal tersebut bisa menjadi tanda bahwa ada informasi yang tidak sesuai.

5. Verifikasi Pendidikan
Jika kandidat mencantumkan gelar atau sertifikasi tertentu, Anda bisa langsung menghubungi institusi terkait atau menggunakan PPDDikti untuk mengeceknya.
Banyak perusahaan juga menyertakan langkah ini dalam background check untuk menghindari pemalsuan data akademik.
6. Tes Kompetensi (Job Assessment)
Beberapa perusahaan menyertakan skill test sebagai bagian dari proses rekrutmen.
Jika hasil tes tidak sejalan dengan kemampuan yang diklaim di resume, hal ini bisa menjadi tanda adanya ketidaksesuaian atau bahkan kebohongan.
Tes seperti ini cukup efektif untuk membedakan kandidat yang benar-benar menguasai suatu keahlian dengan mereka yang sekadar mencantumkannya agar terlihat cocok dengan posisi yang dilamar.
Baca Juga: Uji Kompetensi: Arti, Prinsip, Jenis, Hingga Langkah-Langkahnya
7. Informasi yang Tidak Konsisten di Resume
Anda perlu mengecek riwayat kerja secara menyeluruh.
Jika ditemukan ketidaksesuaian antara jabatan, tanggung jawab, atau alur karier yang terlalu dibuat-buat, hal ini bisa memicu pengecekan lebih lanjut.
8. Penjelasan yang Tidak Spesifik
Jika isi riwayat kerja atau jawaban saat wawancara terdengar terlalu umum dan tidak menjelaskan detail pengalaman dengan jelas, hal ini bisa menjadi sinyal bahwa kandidat tidak benar-benar memiliki pengalaman yang diklaim.
Saat seseorang tidak bisa menjelaskan secara spesifik apa yang pernah mereka kerjakan, sebagai HR Anda perlu mempertanyakan kredibilitas dan kualifikasinya.
Baca Juga: 20 Kesalahan Saat Interview Ini Wajib Anda Hindari, Apa Saja?
Apa Saja Tips untuk Mengecek Kebenaran Riwayat Pekerjaan Kandidat?

Selain dengan mengetahui tanda riwayat pekerjaan palsu, Anda juga perlu melakukan beberapa tips untuk mengecek kebenaran riwayat kerja karyawan.
Berikut beberapa tipsnya:
1. Kenali Jenis Kebohongan yang Sering Dilakukan
Langkah pertama adalah memahami bagian-bagian dalam resume yang paling sering dimanipulasi oleh kandidat, seperti:
Tanggal pengalaman kerja
Kandidat dapat memperpanjang masa kerja di suatu perusahaan untuk menutupi jeda waktu dalam riwayat karier mereka.
Gelar akademik dan sertifikasi
Meskipun jarang, ada kandidat yang mencantumkan gelar atau sertifikat yang sebenarnya tidak mereka miliki.
Kontribusi dalam proyek tim
Beberapa orang mungkin mengklaim tanggung jawab pribadi atas hasil kerja tim.
Kegiatan relawan
Informasi ini kerap dilebih-lebihkan agar kandidat terlihat lebih peduli secara sosial.
Jabatan dan gaji sebelumnya
Kandidat bisa saja melebih-lebihkan posisi atau penghasilan terakhir demi meningkatkan daya tawar mereka.
2. Gunakan Tes atau Kuis untuk Menilai Kemampuan Spesifik
Jika posisi yang ditawarkan membutuhkan keahlian tertentu, Anda dapat menyaring kandidat dengan menggunakan tes atau kuis keterampilan sejak awal.
Hal ini sangat berguna untuk mengetahui apakah kandidat benar-benar menguasai keterampilan yang mereka klaim di resume.
Tes ini membantu Anda menghemat waktu dan memastikan hanya kandidat yang relevan yang lanjut ke tahap berikutnya.
Baca Juga: Assessment Test: Pengertian, Jenis, dan Contohnya
3. Minta Bukti Resmi atas Gelar dan Sertifikasi
Anda dapat mencantumkan syarat untuk melampirkan transkrip nilai atau bukti kelulusan saat mengajukan lamaran.
Jika tidak memungkinkan, lakukan verifikasi langsung ke lembaga pendidikan atau penyedia sertifikasi untuk memastikan keabsahan dokumen yang diklaim.
Langkah ini penting, terutama jika kandidat mencantumkan banyak sertifikasi yang relevan dengan posisi yang dilamar.

4. Periksa Media Sosial Kandidat
Selain mengecek profil LinkedIn, Anda juga bisa meninjau media sosial lainnya seperti Facebook, Instagram, atau Twitter.
Hal ini dapat membantu Anda melihat apakah kepribadian dan informasi yang disampaikan kandidat konsisten di berbagai platform.
Contohnya, jika kandidat mencantumkan pengalaman dalam kegiatan sosial, media sosial bisa menunjukkan apakah klaim tersebut akurat atau hanya sekadar pencitraan.
Baca Juga: Sosial Media Rekrutmen: Pengertian, Manfaat, dan Strateginya
5. Ajukan Pertanyaan Spesifik Saat Wawancara
Ajukan pertanyaan yang berfokus pada detail pengalaman kerja, latar belakang pendidikan, atau pencapaian yang mereka sebutkan.
Misalnya, jika kandidat menyebutkan pernah bekerja di proyek tertentu, mintalah mereka menjelaskan bagaimana peran mereka dalam proyek tersebut, tantangan yang dihadapi, dan hasil yang dicapai.
Pertanyaan yang spesifik dapat mengungkap apakah mereka benar-benar terlibat langsung atau hanya mencantumkan pengalaman tersebut tanpa dasar yang kuat.
Selain jawaban yang diberikan, perhatikan juga bahasa tubuh mereka untuk melihat konsistensi saat menjawab.
Baca Juga: Job Grading: Manfaat, Jenis, Cara Membuat, dan Contohnya
Kesimpulan
Berdasarkan artikel di atas, dapat diketahui bahwa cukup banyak kandidat yang mencoba memanipulasi informasi dalam riwayat kerja agar terlihat lebih menarik di mata rekruter.
Beberapa bentuk kebohongan yang sering ditemukan antara lain memperpanjang masa kerja, melebih-lebihkan jobdesk, hingga mengklaim peran dalam proyek tim.
Jika tidak melakukan screening dengan teliti, riwayat pekerjaan palsu dapat mengganggu proses rekrutmen dan berpotensi menyebabkan ketidakcocokan antara kemampuan kandidat dan kebutuhan perusahaan.
Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk memahami cara mengetahui riwayat pekerjaan palsu, misalnya dengan menggunakan tes keterampilan, memeriksa latar belakang pendidikan, hingga menggali informasi lebih dalam saat wawancara.
Dengan pendekatan yang tepat dan sistematis, perusahaan dapat menghindari risiko menerima kandidat yang tidak sesuai kebutuhan.
Untuk membantu tim HR lebih fokus dalam proses rekrutmen, perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan software HRIS dari GajiHub.
Melalui software ini, tim HR dapat menyerahkan tugas-tugas administrasi, seperti absensi karyawan, payroll, hingga reimbursement dan kasbon kepada GajiHub.
Perusahaan juga akan mendapatkan 30 laporan performa karyawan yang bisa diakses kapan pun dan di mana saja.
Tertarik mencoba? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.
- 20 Tanda Diterima Kerja Setelah Interview - 15 April 2025
- Value Chain Analysis: Manfaat, Langkah, Jenis, dan Contohnya - 14 April 2025
- 10 Cara Mengatasi Sifat Perfeksionis, Dampak, dan Tandanya - 14 April 2025