Ciri-Ciri dan Cara Mengatasi Karyawan Red Flag

karyawan red flag banner

Di sebuah perusahaan, tidak semua karyawan memberikan dampak positif bagi lingkungan kerja.

Ada tipe karyawan yang justru menunjukkan tanda-tanda red flag, yaitu perilaku yang berpotensi merugikan tim maupun organisasi.

Jika dibiarkan, sikap ini bisa menurunkan produktvitas dan menciptakan budaya kerja yang sehat.

Misalnya, kurangnya etos kerja pada karyawan seperti kerap menunda pekerjaan, sulit memenuhi deadline, atau menunjukkan sikap tidak peduli terhadap hasil kerjanya.

Hal ini bisa menghambat kinerja tim dan menimbulkan beban tambahan bagi rekan kerja lainnya.

Itulah mengapa perusahaan perlu memahami tanda-tanda karyawan red flag agar bisa segera mengambil tindakan.

Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas ciri-ciri karyawan red flag dan cara mengatasinya.

Apa Saja Ciri-Ciri Karyawan Red Flag?

karyawan red flag 1

Karyawan red flag bisa dikenali sejak awal proses rekrutmen, tapi ada juga yang baru menunjukkan “wajah aslinya” setelah resmi diterima bekerja.

Itulah sebabnya penting bagi perusahaan untuk memahami tanda-tanda ini agar tidak salah langkah.

Berikut beberapa ciri-ciri karyawan red flag baik sebelum direkrut maupun setelah resmi menjadi karyawan di perusahaan.

Ciri-ciri Karyawan Red Flag Sebelum Direkrut

Saat melakukan rekrutmen, perhatikan tanda-tanda berikut yang mungkin akan berpotensi menjadi karyawan red flag:

1. Riwayat Kerja yang Tidak Konsisten

Kandidat yang sering berpindah-pindah kerja tanpa alasan jelas, misalnya bukan karena promosi atau perpindahan domisili, bisa menjadi sinyal kurangnya loyalitas.

Mereka mungkin mudah bosan, sulit beradaptasi, atau tidak mampu menyelesaikan tanggung jawab dengan baik.

Jika pola ini berulang, ada kemungkinan mereka akan melakukan hal yang sama di perusahaan Anda.

2. Tidak Punya Contoh Spesifik dari Pengalaman Kerja

Saat ditanya tentang pengalaman, kandidat red flag biasanya hanya menjawab dengan teori atau kalimat umum tanpa menyertakan contoh nyata.

Misalnya, mengatakan “saya biasa mengelola proyek” tanpa menjelaskan detail proyek, ukuran tim, atau hasil yang dicapai.

Hal ini bisa menandakan keterampilan mereka tidak sesuai dengan yang dituliskan di CV.

3. Suka Menyalahkan Rekan atau Atasan Sebelumnya

Jika wawancara dipenuhi dengan keluhan tentang kantor lama, rekan kerja, atau atasan ini adalah tanda pola pikir negatif.

Kandidat seperti ini lebih fokus mencari kambing hitam ketimbang mengevaluasi diri sendiri.

Di tempat kerja baru, pola ini bisa berulang dan berpotensi menimbulkan konflik dalam tim.

Baca Juga: 28 Tanda Red Flag Interview, HRD Wajib Tahu

gajihub banner 3

Ciri-Ciri Karyawan Red Flag Setelah Direkrut

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, ada juga karyawan yang baru menunjukkan wajahnya setelah menjadi karyawan resmi.

Berikut ciri-ciri karyawan red flag yang perlu Anda perhatikan:

1. Perilaku Kritis yang Tidak Tepat

Memberi masukan adalah hal positif, tetapi cara penyampaiannya sangat penting.

Karyawan red flag cenderung mengkritik rekan kerja atau atasan secara terbuka di forum yang tidak tepat, bahkan kadang dilakukan dengan nada merendahkan.

Hal ini menunjukkan kurangnya profesionalisme, merusak hubungan kerja, dan menurunkan wibawa manajemen.

2. Menyebarkan Gosip dan Menciptakan Konflik

Lingkungan kerja bisa menjadi tidak sehat ketika ada karyawan yang senang bergosip.

Awalnya terlihat ringan, namun gosip sering kali berkembang menjadi isu besar yang menurunkan kepercayaan antar karyawan, memicu konflik, dan membuat suasana kerja tidak nyaman.

Hal ini berbahaya karena bisa menghancurkan keharmonisan tim secara perlahan.

3. Tidak Profesional Terhadap Pihak Eksternal

Seorang karyawan mewakili citra perusahaan di mata klien, pelanggan, atau vendor.

Jika mereka menunjukkan sikap tidak sopan, tidak peduli, atau bahkan meremehkan pihak eksternal, dampaknya bisa fatal.

Reputasi perusahaan ikut tercoreng, kepercayaan mitra bisnis berkurang, dan peluang kerja sama bisa hilang.

Baca Juga: 15 Contoh Red Flag di Dunia Kerja Beserta Artinya

4. Menghindari Tanggung Jawab

Karyawan red flag biasanya enggan mengakui kesalahan dan lebih suka menyalahkan orang lain.

Pola perilaku ini menimbulkan budaya kerja yang penuh tudingan, bukan budaya belajar dan berkembang.

Selain memperlambat penyelesaian masalah, sikap seperti ini juga menurunkan semangat tim karena rasa tanggung jawab tidak terbagi dengan adil.

5. Penyalahgunaan Cuti atau Izin Sakit

Mengambil cuti memang hak setiap karyawan, namun jika dilakukan terlalu sering tanpa alasan jelas atau dengan berpura-pura sakit, ini adalah tanda komitmen yang rendah.

Akibatnya, beban kerja harus ditanggung oleh rekan lain, sehingga menimbulkan ketidakadilan dan berpotensi menurunkan produktivitas tim secara keseluruhan.

Baca Juga: Toxic Leadership: Tanda dan Cara Menyikapinya

Apa Saja Metrik Penting untuk Mengidentifikasi Karyawan Red Flag?

karyawan red flag 2

Selain mengenali karyawan red flag dengan tanda-tanda di atas, ada beberapa metrik penting yang bisa membantu Anda mengidentifikasinya, yaitu:

1. Tingkat Turnover Sukarela yang Tinggi

Turnover sukarela adalah metrik yang melacak jumlah karyawan yang keluar dari perusahaan atas kemauan sendiri dibandingkan dengan jumlah rata-rata karyawan.

Tingkat turnover yang tinggi berarti lebih banyak karyawan dari biasanya yang memilih untuk berhenti.

Mengapa penting:

  • Turnover karyawan sangat mahal bagi bisnis, bisa mencapai sekitar 21% dari gaji tahunan karyawan.
  • Tingginya angka ini dapat menunjukkan adanya masalah internal, seperti pengalaman kerja yang buruk, komunikasi yang minim, atau manajemen yang tidak efektif.
  • Definisi “tinggi” berbeda-beda tergantung konteks industri dan lokasi, sehingga data perlu dibandingkan dengan standar industri agar tidak salah menafsirkan.

2. Rendahnya Jangkauan Komunikasi (Low Reachability)

Reachability menggambarkan seberapa besar proporsi karyawan yang dapat dijangkau melalui kanal komunikasi perusahaan.

Biasanya diukur dari persentase karyawan yang mengakses aplikasi komunikasi dalam 90 hari terakhir.

Mengapa penting:

  • Rendahnya jangkauan komunikasi membuat perusahaan kesulitan menyampaikan informasi penting.
  • Hal ini dapat menghambat penyelarasan strategi, koordinasi, hingga respons cepat dalam situasi darurat.
  • Biasanya kondisi ini menunjukkan saluran komunikasi perusahaan kurang efektif atau sulit diakses.

Baca Juga: Pahami Penyebab Kandidat Tidak Sopan dan Cara Mengatasinya

3. Rendahnya Partisipasi Feedback

Partisipasi feedback rendah berarti karyawan jarang memberikan masukan yang dibutuhkan organisasi, baik terkait kesehatan dan keselamatan, prosedur kerja, maupun wawasan pelanggan.

Mengapa penting:

  • Budaya feedback yang sehat mendorong perbaikan berkelanjutan.
  • Rendahnya partisipasi membuat perusahaan kehilangan wawasan berharga.
  • Penyebabnya bisa karena kurangnya rasa aman secara psikologis (psychological safety) atau alat feedback yang rumit.
karyawan red flag 3

4. Rendahnya Keterlibatan dalam Kampanye Perusahaan

Metrik ini mengukur sejauh mana karyawan terlibat dalam kampanye penting perusahaan, seperti peluncuran produk, pembaruan kepatuhan, atau promosi internal.

Mengapa penting:

  • Rendahnya keterlibatan menandakan pesan perusahaan tidak tersampaikan secara efektif.
  • Dampaknya bisa berupa miskomunikasi dalam prosedur, pelayanan pelanggan, hingga penerapan kebijakan.
  • Hal ini dapat mengindikasikan masalah pada strategi komunikasi internal atau pemberdayaan karyawan.

Baca Juga: Cara Menolak Pelamar Kerja Setelah dan Sebelum Tahap Interview

5. Adanya Kesenjangan Pengetahuan

Kesenjangan pengetahuan terjadi ketika terdapat perbedaan antara apa yang seharusnya diketahui karyawan dengan apa yang benar-benar mereka pahami.

Mengapa penting:

  • Kesenjangan ini bisa menimbulkan risiko besar, seperti kecelakaan kerja, buruknya pengalaman pelanggan, hingga penurunan kinerja tim.
  • Meski perusahaan banyak berinvestasi dalam pelatihan, hasilnya sering tidak sebanding. Survei Gartner mencatat 70% karyawan masih merasa tidak menguasai keterampilan yang dibutuhkan.

Artinya, pemantauan metrik ini sangat penting untuk memastikan investasi pelatihan efektif.

6. Rendahnya Advokasi Karyawan (Employee Advocacy)

Metrik ini mirip dengan Net Promoter Score (NPS) untuk pelanggan, tetapi digunakan untuk mengukur loyalitas dan rekomendasi dari sisi karyawan (employee NPS atau eNPS).

Mengapa penting:

  • Tingkat advokasi berhubungan langsung dengan engagement karyawan.
  • Karyawan yang terlibat cenderung menjadi promoter perusahaan, sementara yang tidak terlibat bisa menyebarkan opini negatif.
  • Hal ini berpengaruh pada reputasi perusahaan, produktivitas, dan kualitas layanan.

Baca Juga: 8 Tanda dan Hal Penting dalam Menemukan Kandidat yang Tepat

Bagaimana Cara Mengatasi Karyawan Red Flag?

redflag employee 5

Untuk mengatasi karyawan red flag, berikut beberapa cara yang bisa Anda lakukan:

1. Lakukan Survei Keterlibatan Karyawan

Survei membantu perusahaan memahami tingkat keterikatan karyawan sekaligus menemukan apa yang membuat mereka betah atau justru merasa kurang nyaman.

Jika dilakukan secara rutin, survei ini akan menunjukkan pola yang konsisten dan memberikan gambaran jelas tentang hal-hal yang perlu diperbaiki.

Tips:

  • Gunakan survei singkat tapi rutin agar karyawan tidak merasa terbebani.
  • Analisis data untuk menemukan pola, misalnya faktor yang paling sering dikeluhkan.
  • Sampaikan hasil survei kepada karyawan dan tindak lanjuti dengan langkah nyata.

2. Ciptakan Ruang Feedback yang Terbuka

Karyawan yang merasa tidak bisa menyampaikan pendapatnya kepada atasan akan mencari jalan lain, biasanya dengan cara yang tidak sehat seperti bergosip atau melampiaskan kekesalan di luar tim.

Dengan membuka ruang feedback, pemimpin bisa menangkap sinyal lebih awal sebelum masalah menjadi besar.

Tips:

  • Sediakan sesi tanya jawab terbuka setelah rapat besar (town hall).
  • Dorong pemimpin untuk selalu mendengarkan lebih dulu sebelum memberi solusi.
  • Beri apresiasi pada setiap masukan agar karyawan merasa dihargai.

Baca Juga: Ghost Jobs: Arti, Penyebab, Dampak, dan Tips Menghindarinya

3. Terapkan One on One secara Rutin

Selain untuk mengecek target dan pekerjaan, meeting 1 on 1 dengan karyawan juga bisa menjadi kesempatan untuk memahami kondisi mereka.

Dengan bertanya hal-hal sederhana, pemimpin bisa mengetahui masalah kecil yang berpotensi menjadi besar jika diabaikan.

Tips:

  • Tanyakan: “Ada hal yang membuat pekerjaan terasa berat?” atau “Apa yang bisa saya lakukan agar hari kerja Anda lebih baik?”.
  • Gunakan pertemuan ini sebagai sarana membangun kepercayaan, bukan sekadar formalitas.
  • Catat poin-poin penting agar tindak lanjut bisa jelas dan konsisten.

4. Pahami Employee Value Proposition

Setiap karyawan punya alasan berbeda untuk bertahan: ada yang mengejar gaji, ada yang butuh tantangan proyek baru, ada pula yang lebih menghargai fleksibilitas.

Jika EVP karyawan tidak terpenuhi, mereka akan lebih mudah tergoda untuk pindah ke perusahaan lain yang lebih sesuai dengan kebutuhannya.

Tips:

  • Kenali motivasi utama tiap karyawan, misalnya melalui obrolan pribadi atau review kinerja.
  • Sesuaikan tugas atau proyek dengan minat mereka agar tidak merasa monoton.
  • Jadikan diskusi tentang EVP sebagai bagian penting dalam evaluasi dan rencana pengembangan.

5. Bangun Hubungan yang Sehat

Karyawan yang merasa didukung akan menunjukkan usaha ekstra dan lebih terbuka saat menghadapi masalah.

Jika mereka percaya bahwa pemimpin ada di pihaknya, komunikasi akan berjalan lebih jujur dan sehat.

Hubungan yang berbasis kemitraan ini jauh lebih kuat dibanding hubungan yang hanya berorientasi “atasan-bawahan”.

Tips:

  • Tunjukkan kepedulian dengan melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan kecil.
  • Bangun komunikasi yang hangat dan dua arah, bukan instruksi satu arah.
  • Jadilah pemimpin yang bisa dipercaya sehingga karyawan merasa nyaman berbagi masalah.

Baca Juga: Toxic Workplace: Pengertian, Tanda, dan Cara Menghadapinya

Kesimpulan

Karyawan red flag bisa memberikan dampak negatif bagi lingkungan kerja jika tidak segera ditangani.

Ciri-cirinya dapat terlihat sejak tahap rekrutmen hingga setelah resmi bekerja, mulai dari riwayat kerja yang tidak konsisten, perilaku menyalahkan orang lain, hingga kebiasaan menghindari tanggung jawab.

Jika dibiarkan, hal ini bukan hanya mengganggu kinerja individu, tetapi juga menurunkan produktivitas tim, merusak budaya kerja, dan bahkan mencoreng citra perusahaan di mata eksternal.

Untuk itu, perusahaan perlu lebih proaktif dalam mengidentifikasi dan mengatasi potensi red flag.

Melalui survei keterlibatan karyawan, ruang feedback yang terbuka, 1 on 1 meeting, pemahaman EVP, hingga membangun hubungan yang sehat antara pemimpin dan karyawan, masalah bisa dicegah lebih awal.

Selain itu, untuk menghindari tindakan red flag mungkin muncul di lingkungan kerjanya, misalnya dengan meningkatkan transparansi dan komunikasi di antara karyawan dan manajemen.

Dalam hal ini, perusahaan dapat menggunakan software HRIS dari Gajihub yang menyediakan dashboard untuk menyampaikan informasi tentang pengumuman tertentu, kebijakan perusahaan.

Tertarik mencoba GajiHub? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.

Amelia

Tinggalkan Komentar