Compassionate Leave: Contoh, Manfaat, dan Aturannya

compassionate leave banner

Karyawan yang tengah menghadapi situasi darurat yang melibatkan orang terdekat seharusnya tidak dipaksa untuk bekerja.

Perusahaan perlu mendukung karyawan yang tengah menghadapi kondisi seperti kehilangan orang tercinta, ada anggota keluarga yang sakit parah, atau kejadian tak terduga lainnya.

Itulah mengapa perusahaan perlu mempertimbangkan penerapan compassionate leave atau cuti belasungkawa sebagai bentuk kepedulian terhadap kesejahteraan karyawan.

Cuti ini memungkinkan karyawan untuk mengambil istirahat dari pekerjaan demi menangani urusan pribadi yang bersifat mendesak, seperti mengurus anggota keluarga yang sakit, menghadiri pemakaman, atau memberikan dukungan emosional kepada orang terdekat.

Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas apa itu compassionate leave, manfaat, dan berbagai aturannya.

Apa yang Dimaksud dengan Compassionate Leave?

compassionate leave 1

Compassionate leave atau cuti belasungkawa adalah izin tidak masuk kerja yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan ketika mereka menghadapi situasi pribadi atau keluarga yang cukup berat.

Beberapa kondisi yang umumnya termasuk dalam cuti ini antara lain:

  • Berduka karena kehilangan orang terdekat: Waktu istirahat untuk menghadiri pemakaman dan menjalani masa berkabung.
  • Merawat anggota keluarga yang sakit parah: Waktu untuk fokus merawat keluarga yang membutuhkan perhatian khusus.
  • Keadaan darurat pribadi lainnya: Situasi mendesak yang mengharuskan karyawan segera menangani secara langsung.

Compassionate leave bisa berbeda-beda tergantung pada negara dan kebijakan masing-masing perusahaan.

Namun secara umum, cuti ini memberi kesempatan bagi karyawan untuk mengambil waktu istirahat selama beberapa hari tanpa khawatir kehilangan pekerjaan.

Lama cuti dan apakah tetap digaji atau tidak biasanya ditentukan oleh kebijakan internal perusahaan serta kondisi karyawan.

Untuk tim HR, penting untuk menangani permohonan cuti belasungkawa dengan empati dan pengertian.

Pasalnya, karyawan yang mengajukan cuti ini biasanya sedang dalam kondisi emosional yang sulit dan membutuhkan dukungan dari lingkungan kerja.

Baca Juga: Cuti Duka Cita, Ketahui Pentingnya Hingga Aturannya di Indonesia

Bagaimana Contoh Penggunaan Compassionate Leave?

compassionate leave 2

Compassionate leave bisa diberikan kepada karyawan dalam berbagai kondisi pribadi yang cukup berat.

Berikut beberapa contoh situasinya:

1. Keluarga atau Teman Dekat Sakit Parah atau Meninggal Dunia

Karyawan dapat mengambil cuti untuk merawat anggota keluarga yang sedang sakit serius dan membutuhkan pengawasan atau pengobatan.

Jika ada anggota keluarga atau teman dekat yang meninggal, karyawan juga bisa mendapatkan cuti beberapa hari hingga seminggu untuk mengurus pemakaman dan menjalani masa berduka.

2. Mengalami Masalah Kesehatan Mental

Karyawan yang sedang menghadapi gangguan mental mungkin memerlukan waktu untuk beristirahat atau mengikuti sesi terapi dengan psikolog maupun psikiater, agar bisa pulih secara emosional.

3. Menjalani Pengobatan Rutin

Jika karyawan harus mengikuti perawatan medis berkala, seperti kemoterapi atau terapi fisik, perusahaan dapat memberikan cuti dalam jangka waktu tertentu.

Misalnya, memberi waktu cuti terus-menerus sampai pulih atau hanya pada hari-hari tertentu sesuai jadwal pengobatan.

Baca Juga: Pengajuan Cuti Online: Mengapa Lebih Baik dari Manual?

gajihub banner

4. Menjadi Korban Kejahatan

Dalam kasus seperti kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), karyawan bisa membutuhkan waktu untuk mencari tempat tinggal yang aman, bertemu pihak kepolisian, menghadiri sidang pengadilan, atau menerima dukungan psikologis.

5. Mengalami atau Menyaksikan Peristiwa Traumatis

Karyawan yang terlibat langsung atau menjadi saksi dalam kejadian traumatis berhak mengambil cuti untuk memulihkan kondisi mental dan emosionalnya.

Pada intinya, compassionate leave dirancang untuk memberikan ruang dan waktu bagi karyawan, agar bisa fokus menangani situasi pribadi tanpa khawatir akan pekerjaannya.

Baca Juga: Kebijakan Cuti Karyawan dan Jenis-Jenisnya

Mengapa Perusahaan Harus Memberikan Compassionate Leave kepada Karyawan?

compassionate leave 3

Meskipun setiap perusahaan memiliki pertimbangannya masing-masing terkait cuti belasungkawa ini, namun berikut sejumlah alasan mengapa perusahaan harus memberikan compassionate leave:

1. Memberikan Rasa Aman secara Finansial

Ketika karyawan menghadapi situasi kepada kematian anggota keluarga atau merawat orang yang sakit parah, mereka tentu membutuhkan waktu tanpa harus memikirkan kehilangan pekerjaan.

Selain itu, apabila cuti ini termasuk ke dalam paid time off atau cuti berbayar, maka bisa membantu karyawan fokus pada kondisi keluarganya tanpa terbebani soal keuangan.

2. Menjaga Kesehatan dan Kesejahteraan Karyawan

Banyak karyawan sebenarnya membutuhkan butuh cuti dalam kondisi darurat, tetapi memilih tetap bekerja karena takut gajinya dipotong.

Padahal, memaksakan diri bekerja dalam kondisi emosional yang tidak stabil bisa berdampak buruk pada kesehatan mental dan produktivitas.

Baca Juga: Program Kesejahteraan Karyawan: Pengertian dan Jenisnya

3. Meningkatkan Loyalitas dan Kepercayaan

Karyawan yang merasa diperhatikan akan lebih loyal dan menghargai tempat kerjanya.

Dengan memberikan cuti belasungkawa yang dibayar, perusahaan menunjukkan bahwa mereka peduli, yang pada akhirnya mendorong karyawan untuk kembali bekerja dengan semangat setelah masa sulit.

Memberikan waktu istirahat yang dibayar di saat-saat sulit bukan hanya keputusan bijak, tapi juga bentuk empati dan dukungan yang membuat karyawan merasa dihargai dan didukung sepenuhnya.

Baca Juga: Cuti Melahirkan bagi Suami dalam UU KIA 2024

Apa yang Membedakan Compassionate Leave dengan Bereavement Leave?

compassionate leave 4

Selain compassionate leave, terdapat bereavement leave atau cuti duka cita.

Meski sekilas terdengar mirip, keduanya sebenarnya memiliki perbedaan yang cukup jelas.

Bereavement leave adalah cuti yang diberikan saat karyawan harus berduka karena meninggalnya anggota keluarga atau orang terdekat.

Cuti ini biasanya digunakan untuk proses berduka, menghadiri pemakaman, atau mengurus hal-hal terkait kepergian orang tersebut.

Kebijakan perusahaan biasanya menentukan siapa saja yang termasuk “orang terdekat” yang membuat karyawan berhak atas cuti ini.

Sementara itu, compassionate leave memiliki cakupan yang lebih luas.

Cuti ini tidak hanya diberikan karena kehilangan orang tercinta, tapi juga bisa digunakan untuk menghadapi situasi mendesak lain, seperti anggota keluarga yang sakit parah, kecelakaan mendadak, atau krisis pribadi lainnya.

Meskipun istilah ini kadang digunakan secara bergantian dengan bereavement leave, kenyataannya compassionate leave bisa mencakup lebih banyak kondisi.

Perbedaan Compassionate Leave dan Bereavement Leave

Jenis cutiCompassionate leaveBereavement Leave
TujuanUntuk menghadapi kondisi darurat keluarga atau pribadiUntuk berduka dan mengurus pemakaman orang terdekat
CakupanLebih luas: sakit, kecelakaan, krisis mendesak lainnyaTerbatas pada kematian anggota keluarga atau teman dekat
Lama CutiBervariasi, tergantung kebijakan perusahaan dan situasiBiasanya singkat, sekitar beberapa hari hingga satu minggu
Status PembayaranBisa dibayar, tidak dibayar, atau menggunakan cuti lainBisa dibayar atau tidak, tapi umumnya lebih sering diberikan secara dibayar

Baca Juga: Daftar Cuti Bersama Tahun 2025 dan Regulasinya

Bagaimana Aturan Compassionate Leave di Indonesia?

cuti kedukaan 5

Di Indonesia, compassionate leave diatur secara jelas dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, tepatnya pada Pasal 93 ayat 4, yang menyebutkan bahwa karyawan tetap berhak atas upah penuh ketika tidak masuk kerja karena keadaan tertentu.

Beberapa kondisi yang termasuk dalam aturan ini antara lain:

  • Istri melahirkan atau mengalami keguguran
  • Suami, istri, orang tua, mertua, anak, atau menantu meninggal dunia
  • Anggota keluarga yang tinggal serumah dengan karyawan meninggal dunia

Durasi cuti yang diberikan umumnya berkisar antara 1-10 hari kerja, tergantung pada kebijakan internal masing-masing perusahaan serta kesepakatan antara pihak karyawan dan manajemen.

Penting untuk diketahui bahwa cuti ini bersifat berbayar, artinya karyawan tetap menerima gaji penuh selama menjalani cuti, tanpa potongan apa pun.

Dengan adanya aturan ini, perusahaan diharapkan dapat memberikan ruang bagi karyawan untuk menangani kondisi emosional atau krisis keluarga tanpa kekhawatiran kehilangan penghasilan.

Compassionate leave juga mencerminkan bentuk kepedulian dan empati perusahaan terhadap kesejahteraan pribadi karyawan.

Baca Juga: Sisa Cuti Diuangkan: Aturan, Rumus, dan Contoh Menghitungnya

Bagaimana Contoh Penerapan Kebijakan Compassionate Leave?

cuti kedukaan 6

Berikut contoh penerapan kebijakan terkait compassionate leave:

1. Situasi yang Dapat Diberikan

Perusahaan menetapkan bahwa cuti ini dapat diberikan jika karyawan menghadapi kondisi seperti:

  • Anggota keluarga inti (orang tua, pasangan, anak) mengalami sakit berat atau kecelakaan serius
  • Kondisi krisis keluarga, seperti perawatan intensif atau tindakan medis darurat
  • Keadaan lain yang dinilai sebagai situasi mendesak oleh manajer atau HR

Catatan:

Perusahaan dapat mempertimbangkan permohonan cuti di luar kondisi yang telah disebutkan, berdasarkan penilaian situasi secara khusus.

2. Durasi dan Status Pembayaran Cuti

Setiap perusahaan memiliki fleksibilitas dalam menentukan lama dan status pembayaran cuti kepedulian.

Namun, penting untuk menyampaikan dengan jelas berapa hari yang diizinkan, apakah cuti ini dibayar penuh atau tidak, dan bagaimana prosedur jika karyawan membutuhkan waktu tambahan.

Contoh prosedur:

  • Lama cuti maksimal yang diberikan adalah 3 hari kerja untuk setiap kejadian yang memenuhi syarat
  • Cuti ini bisa dibayar penuh, tergantung pada kebijakan perusahaan atau perjanjian kerja yang berlaku
  • Karyawan dapat mengajukan perpanjangan cuti jika kondisi darurat berlanjut, dengan persetujuan dari atasan dan tim HR
  • Jika cuti tambahan tidak bisa diberikan, karyawan dapat menggunakan cuti tahunan atau cuti sakit (jika sesuai) untuk menutupi ketidakhadiran

Baca Juga: Form Cuti Karyawan: Manfaat, Contoh, dan Unduh Template Gratis

3. Proses Pengajuan dan Persetujuan

Agar proses pengajuan berjalan lancar, perusahaan perlu membuat alur yang ringkas dan tidak menyulitkan.

Proses ini sebaiknya dibuat sederhana agar karyawan dapat segera fokus pada kondisi darurat yang dihadapi.

Contoh prosedur:

  • Karyawan mengisi formulir permohonan cuti melalui sistem internal atau kepada HR
  • Melampirkan dokumen pendukung seperti surat dari rumah sakit, bukti kejadian, atau keterangan medis
  • Menunggu persetujuan dari atasan langsung dan tim HR yang akan memproses permohonan secepat mungkin

Untuk memudahkan karyawan dalam mengajukan cuti, perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan software HRIS dari GajiHub.

Dengan fitur kelola cuti dan izin yang dimilikinya, karyawan bisa langsung mengajukan cuti khusus melalui aplikasi GajiHub dengan melampirkan bukti terkait.

Setelah itu, manajer dan tim HR dapat melakukan approval secara digital dengan sangat mudah.

4. Dukungan Tambahan dari Perusahaan

Selain memberikan waktu cuti, perusahaan juga dapat menunjukkan kepedulian lebih lanjut dengan menyediakan berbagai bentuk dukungan tambahan, seperti:

  • Akses ke layanan konseling atau kesehatan mental
  • Penyesuaian jam kerja atau skema kerja fleksibel saat kembali bekerja
  • Pengurangan beban kerja sementara, bila memungkinkan
  • Langkah ini menunjukkan bahwa perusahaan benar-benar peduli terhadap kesejahteraan emosional dan psikologis karyawan.

Baca Juga: Pengertian Cuti Alasan Penting Ini Wajib Dipahami Karyawan

Kesimpulan

Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami bahwa compassionate leave merupakan bentuk dukungan nyata dari perusahaan kepada karyawan yang tengah menghadapi situasi darurat pribadi atau keluarga.

Pemberian cuti ini tidak hanya menunjukkan empati perusahaan, tetapi juga membantu menjaga kesehatan mental, stabilitas emosional, dan keseimbangan hidup karyawan di tengah kondisi sulit.

Dengan cuti ini, karyawan diberikan ruang untuk beristirahat sejenak dari tanggung jawab pekerjaan agar dapat fokus menyelesaikan persoalan pribadi tanpa beban tambahan.

Untuk memudahkan karyawan dalam pengajuan cuti, perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan software HRIS dari GajiHub.

Software ini dilengkapi dengan fitur kelola izin dan cuti, yang memungkinkan proses pengajuan cuti menjadi lebih otomatis dan terdokumentasi dengan baik.

Lewat fitur tersebut, karyawan juga dapat mengecek sisa saldo cuti mereka dan melampirkan bukti berdasarkan alasan cuti yang diberikan.

Selain fitur kelola izin cuti, GajiHub juga dilengkapi dengan berbagai fitur seperti absensi, payroll, hingga reimbursement.

Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hinga 14 hari.

Amelia

Tinggalkan Komentar