Sesuai namanya, aturan kerja 4 hari seminggu artinya karyawan hanya akan bekerja selama 4 hari, bukan 5 hari seperti biasanya.
Artinya, mereka mendapatkan libur akhir pekan selaam 3 hari, bukan hanya 2 hari seperti pada umumnya.
Dalam kerja ini, bukan hanya jumlah hari kerja yang dipangkas, tetapi juga total jam kerja.
Misalnya, jika karyawan biasa bekerja 40 jam per minggu, maka pada sistem kerja 4 hari mereka hanya bekerja 32.
Menariknya, hak dan benefit yang diterima, termasuk gaji tetap sama seperti sistem 5 hari kerja.
Namun, untuk menerapkan sistem kerja tersebut, tentu ada beberapa hal yang perlu dipahami oleh perusahaan terlebih dahulu.
Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas keuntungan dan kekurangan aturan kerja 4 hari, contoh penerapan, hingga aturannya di Indonesia.
Apa yang Dimaksud dengan Aturan Kerja 4 Hari Seminggu?

Aturan kerja 4 hari dalam seminggu adalah pengaturan di mana karyawan suatu perusahaan bekerja dengan jam kerja yang lebih sedikit setiap minggunya.
Alih-alih bekerja 40 jam selama 5 hari, mereka bisa bekerja selama 32 jam yang dibagi ke dalam 4 hari tergantung pada kebijakan perusahaan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, meskipun karyawan menghabiskan lebih sedikit waktu di kantor dengan aturan ini, biasanya perusahaan tetap membayar mereka dengan gaji yang sama seperti bekerja 5 hari.
Dengan berkurangnya jam kerja, karyawan dapat memberikan kontribusi dengan semangat dan komitmen yang lebih besar.
Selain itu, karena memiliki 1 hari tambahan untuk beristirahat, mereka cenderung lebih sehat secara mental dan lebih mampu mencapai tujuan profesionalnya.
Baca Juga: UU Cipta Kerja Tentang Jam Kerja, Berikut Poin-Poin Pentingnya
Mengapa Perusahaan Perlu Mempertimbangkan Aturan Kerja 4 Hari?

Dalam beberapa tahun terakhir, dukungan terhadap sistem kerja 4 hari semakin meningkat.
Survei LinkedIn Workforce Confidence menunjukkan bahwa 54% karyawan menempatkan kerja 4 hari sebagai salah satu dari 3 manfaat utama yang paling mereka harapkan.
Generasi muda menjadi kelompok dengan dukungan yang paling besar, sebanyak 62% milenial dan Gen Z menginginkan minggu kerja yang lebih singkat.
Hal ini menandakan adanya pergeseran dari pola kerja 5 hari untuk mencapai work life balance yang lebih baik, risiko mengalami burnout syndrome yang lebih rendah, serta fleksibilitas yang lebih tinggi.
Keinginan tersebut juga didorong oleh kecemasan di tempat kerja dan burnout yang terus meningkat.
Itulah mengapa Global Talent Trends LinkedIn 2022 mengungkapkan bahwa keseimbangan hidup dan pekerjaan kini menjadi prioritas lebih tinggi dibandingkan gaji.
Dengan demikian, sistem kerja empat hari dapat menjadi solusi untuk mengurangi burnout sekaligus mempertahankan produktivitas, meskipun dengan jam kerja yang lebih sedikit.
Baca Juga: Cara Hitung Gaji Nett dan Contohnya Paling Mudah
Apa Saja Kelebihan dan Kekurangan Aturan Kerja 4 Hari Seminggu?
Seiring populernya sistem kerja 4 hari, banyak perusahaan mulai melakukan riset dampaknya terhadap produktivitas, kesejahteraan karyawan, dan proses rekrutmen.
Beberapa riset menunjukkan bahwa minggu kerja yang lebih singkat bisa membantu menciptakan work life balance yang lebih baik sekaligus membuat karyawan betah di tempat kerja.
Namun, sistem ini tentu tidak cocok untuk semua jenis pekerjaan.
Berikut adalah sejumlah kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihan Aturan Kerja 4 Hari Seminggu
Di bawah ini adalah kelebihan yang bisa perusahaan rasakan saat menerapkan sistem kerja 4 hari:
1. Produktivitas Meningkat
Uji coba berskala besar di Islandia dan program Microsoft Jepang menunjukkan bahwa pengurangan jam kerja tidak menurunkan hasil kerja.
Bahkan, Microsoft mencatat peningkatan produktivitas hingga 40% selama percobaan kerja 4 hari.
2. Work Life Balance Lebih Baik
Dengan tambahan satu hari libur, karyawan punya waktu lebih untuk beristirahat.
Hasilnya, tingkat stres menurun, burnout berkurang, dan kesehatan pun lebih terjaga.
3. Ramah Lingkungan
Dengan menerapkan aturan 4 hari kerja, perusahaan turut mengurangi emisi yang dihasilkan kendaraan.
Studi di Inggris memperkirakan, jika sistem ini diterapkan secara luas bisa mengurangi emisi hingga 127 juta ton per tahun, yakni setara dengan menghilangkan 27 juta mobil dari jalan.
4. Menarik dan Mempertahankan Karyawan
Saat ini banyak karyawan mengutamakan fleksibilitas kerja.
Minggu kerja yang lebih singkat bisa menjadi daya tarik besar bagi talenta baru sekaligus membuat karyawan lama lebih betah.
Baca Juga: Rata-Rata Orang Indonesia Kerja 41 Jam, Apakah Masih Sesuai Aturan?

Kekurangan Aturan Kerja 4 Hari Seminggu
Sementara itu, berikut sejumlah kekurangan yang harus Anda pertimbangkan:
1. Tidak Cocok untuk Semua Sektor
Bidang seperti kesehatan, layanan pelanggan, ritel, dan produksi biasanya membutuhkan ketersediaan penuh sepanjang minggu, sehingga sulit menerapkan kerja 4 hari.
2. Risiko Gangguan Layanan
Jika perusahaan tutup sehari tambahan, hubungan dengan klien bisa terganggu.
Beberapa perusahaan mengakalinya dengan jadwal bergantian, tapi hal ini bisa menimbulkan ketidakseimbangan beban kerja.
3. Penjadwalan Jadi Lebih Rumit
Memadatkan 40 jam kerja ke dalam 4 hari bisa membuat jadwal terlalu padat.
Pertemuan dan kolaborasi lebih sulit diatur, bahkan jam kerja panjang (misalnya 10 jam per hari) bisa memicu kelelahan.
4. Dampak Jangka Panjang Belum Jelas
Walaupun uji coba menunjukkan hasil positif, masih ada risiko turunnya produktivitas pada beberapa perusahaan.
Untuk bisnis dengan pekerja berbasis jam, biaya lembur juga bisa meningkat.
Baca Juga: Aturan Upah Lembur Per Jam, Cara Hitung, dan Contoh Penghitungannya
Bagaimana Model Aturan Kerja 4 Hari Seminggu?

Setiap perusahaan dapat menentukan kebijakan terkait aturan kerja 4 hari sesuai dengan kebutuhannya masing-masing.
Namun, berikut beberapa model yang umumnya diterapkan:
1. Model 4×10
Dalam skema ini, jam kerja tetap 40 jam per minggu, tetapi dibagi menjadi empat hari kerja dengan durasi 10 jam per hari.
Artinya, karyawan tetap bekerja penuh tanpa ada pengurangan gaji, namun mereka mendapat satu hari libur tambahan.
Model ini cocok untuk perusahaan yang tetap ingin mempertahankan jam kerja penuh tetapi memberi fleksibilitas lebih kepada karyawan.
2. Minggu Kerja 32 Jam
Pendekatan lain yang semakin populer adalah mengurangi total jam kerja menjadi 32 jam dalam empat hari, dengan gaji tetap sama.
Konsep ini berfokus pada prinsip “bekerja lebih cerdas, bukan lebih lama.”
Perusahaan yang menerapkan sistem ini biasanya mendorong efisiensi kerja, pemangkasan rapat yang tidak penting, serta optimalisasi waktu sehingga hasil tetap maksimal meski jam kerja lebih singkat.
Sejumlah negara seperti Selandia Baru, Inggris, dan Australia telah meluncurkan uji coba kerja 4 hari selama 6 bulan untuk melihat dampaknya terhadap kepuasan kerja, retensi karyawan, dan produktivitas.
Hasil awal menunjukkan tren positif, yakni karyawan merasa lebih puas, lebih bersemangat, dan perusahaan tetap bisa mencapai target bisnis.
Baca Juga: Kalkulator Lembur 6 Hari Gratis dan Cara Menghitungnya
Apakah Aturan Kerja 4 Hari Seminggu Cocok untuk Perusahaan Anda?

Keputusan apakah perusahaan perlu menerapkan aturan kerja 4 hari seminggu dapat tergantung banyak faktor, seperti jenis industri, budaya kerja, hingga pendapatan karyawan yang akan langsung merasakan dampaknya.
Oleh karena itu, perusahaan perlu mempertimbangkannya dengan matang dari berbagai sis.
Berikut beberapa hal yang perlu Anda pertimbangkan:
1. Kesesuaian Industri dan Model Bisnis
Setiap industri memiliki kebutuhan berbeda.
Jika perusahaan bergerak di bidang layanan pelanggan, interaksi dengan klien, atau layanan yang membutuhkan ketersediaan penuh, sistem kerja 4 hari mungkin sulit diterapkan.
Dampaknya terhadap harapan pelanggan, profitabilitas, dan alur kerja harus dihitung dengan cermat.
2. Profitabilitas dan Ketersediaan Layanan
Selanjutnya, diskusikan dengan tim bisnis, operasional, dan layanan pelanggan apakah pengurangan jam kerja dapat mengganggu produktivitas atau pendapatan.
Beberapa perusahaan memilih solusi dengan sistem jadwal bergantian atau minggu kerja 4 hari secara selang-seling agar operasional tetap berjalan.
3. Masukan dari Karyawan dan Pemangku Kepentingan
Jangan lupa libatkan karyawan serta stakeholder sejak awal untuk mengidentifikasi potensi kendala.
Karena karyawan yang akan terdampak langsung membutuhkan diskusi mengenai bagaimana perubahan ini memengaruhi beban kerja, peluang karier, dan keseimbangan hidup.
Baca Juga: PP 35 Tahun 2021 Tentang Perjanjian Kerja, PHK, dan Pesangon
4. Budaya Kerja dan Alur Tim
Setiap tim memiliki gaya kerja berbeda.
Ada yang membutuhkan jadwal yang terstruktur, ada pula yang lebih cocok dengan fleksibilitas.
Oleh karena itu, pertimbangkan apakah sistem kerja 4 hari sesuai dengan budaya perusahaan, pola kolaborasi antar tim, serta timeline proyek.
5. Kesiapan Menghadapi Tantangan
Jika sistem ini diterapkan, siapkan rencana untuk mengantisipasi kekosongan staf, perubahan beban kerja, dan kebutuhan layanan pelanggan.
Perencanaan yang matang akan mempermudah transisi dan mengurangi ketidakpastian.
Baca Juga: 12 Tips Melakukan Rapat Kerja yang Efektif dan Langkahnya
6. Penerapan Bertahap
Alih-alih langsung mengubah sistem, perusahaan perlu menerapkan uji coba.
Hal ini memberi waktu untuk menyempurnakan proses, mengatasi hambatan, serta membantu karyawan beradaptasi.
Komunikasi yang jelas dan adanya mekanisme feedback sangat diperlukan.
7. Alternatif Lain
Jika sistem kerja 4 hari tidak sesuai, perusahaan tetap bisa mempertimbangkan pilihan fleksibel lainnya, seperti jadwal 9/80 (9 hari kerja dalam 2 minggu dengan tambahan 1 hari libur), jam kerja yang lebih singkat setiap hari, atau model kerja hybrid.
Kesimpulannya, sistem kerja 4 hari dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan karyawan, namun tidak selalu cocok bagi semua perusahaan.
Baca Juga: 9 Tips Agar Tidak Lembur Paling Efektif dan Efisien
Bagaimana Aturan 4 Hari Kerja di Indonesia?

Berdasarkan informasi dari artikel berjudul “Sistem Empat Hari Kerja Belum Cocok Diterapkan di Indonesia” yang dipublikasikan Kompas, hingga saat ini belum ada aturan resmi yang mengatur sistem kerja empat hari dalam seminggu.
Regulasi ketenagakerjaan yang berlaku masih mengacu pada UU No. 13 Tahun 2003, yang menetapkan jam kerja maksimal 40 jam per minggu, baik dengan pola 7 jam per hari selama enam hari kerja maupun 8 jam per hari selama lima hari kerja.
Dengan ketentuan ini, sistem kerja empat hari belum secara langsung diakomodasi dalam regulasi nasional.
Meski demikian, wacana empat hari kerja mulai diuji coba secara terbatas.
Sebagai contoh, pada tahun 2024 Kementerian BUMN melaksanakan pilot project Compressed Work Schedule, yaitu memberi opsi pegawai untuk menyelesaikan 40 jam kerja hanya dalam empat hari, hingga dua kali sebulan.
Tujuan uji coba ini adalah untuk menekan stres, mendukung work-life balance, serta meningkatkan kesejahteraan pegawai.
Namun, kebijakan ini masih bersifat internal, belum berlaku di perusahaan BUMN maupun instansi lain, dan efektivitasnya masih dalam tahap evaluasi.
Artikel ini juga menyoroti tantangan yang membuat sistem kerja empat hari sulit diterapkan di Indonesia.
Faktor jarak rumah, sekolah, dan tempat kerja yang jauh serta kemacetan membuat pengurangan jam kerja tidak otomatis meningkatkan kesejahteraan pekerja.
Ditambah lagi, data ILO menempatkan produktivitas pekerja Indonesia di peringkat 113 dari 191 negara dengan rata-rata PDB per jam sekitar 14 dollar AS.
Budaya kerja yang kurang efektif, mulai dari keterlambatan hingga penggunaan gawai di jam kerja menjadi alasan tambahan mengapa perusahaan di Indonesia lebih memilih konsep work-life integration, yaitu menyediakan fasilitas penunjang di kantor agar pekerja tetap nyaman meski jam kerja tidak berkurang.
Baca Juga: Program Kerja: Cara Membuat dan Template Gratisnya
Kesimpulan
Aturan kerja 4 hari seminggu memang menawarkan banyak potensi manfaat, mulai dari meningkatnya produktivitas, keseimbangan hidup yang lebih baik, hingga daya tarik bagi talenta baru.
Beberapa uji coba di luar negeri, seperti di Islandia dan Jepang, juga membuktikan bahwa pengurangan jam kerja tidak selalu menurunkan hasil kerja, bahkan bisa memberikan dampak positif terhadap kesehatan mental karyawan.
Namun, sistem ini tetap memiliki sejumlah tantangan, terutama dalam sektor-sektor yang menuntut ketersediaan layanan penuh, sehingga penerapannya perlu disesuaikan dengan kebutuhan industri dan budaya kerja masing-masing perusahaan.
Nah, baik perusahaan Anda menerapkan sistem kerja 4 atau 5 hari, Anda dapat mempertimbangkan penggunaan software HRIS dari GajiHub.
Melalui software ini, Anda dapat mengelola dan memastikan jam kerja karyawan dengan lebih mudah.
Selain itu, karyawan juga dapat melakukan presensi secara mandiri lewat aplikasi GajiHub yang bisa diunduh di smartphone mereka masing-masing.
Dengan demikian, jumlah jam kerja karyawan menjadi lebih transparan dan apabila terdapat lembur, tim HR akan lebih mudah dala menghitung dan menggaji karyawan sesuai dengan jam kerjanya.
Tertarik mencoba GajiHub? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.
- Aturan Kerja 4 Hari Seminggu: Kekurangan dan Kelebihannya - 10 September 2025
- Download Contoh Soal Psikotest dan Tips Mengerjakannya - 9 September 2025
- HR Life Cycle: Manfaat dan Tahapan Pentingnya - 9 September 2025