Perhitungan gaji OJT umumnya tidak sama dengan karyawan tetap, karena sifatnya masih berupa pelatihan.
Besarannya bisa berupa uang saku atau kompensasi tertentu yang disesuaikan dengan kebijakan perusahaan dan lamanya program pelatihan berlangsung.
Dalam praktiknya, perusahaan bisa menghitung gaji OJT berdasarkan beberapa metode, misalnya dengan sistem harian, mingguan, atau bulanan.
Ada juga perusahaan yang memberikan uang saku tetap per bulan, tanpa melihat jumlah hari masuk kerja.
Namun, jika perhitungan dilakukan harian, maka jumlah kompensasi biasanya dihitung dari jumlah hari kehadiran peserta OJT dikalikan dengan nominal yang sudah ditentukan per hari.
Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas pengertian, perhitungan gaji OJT dan contohnya.
Apa yang Disebut dengan OJT?

On-the-job training (OJT) adalah bentuk pelatihan kerja yang dilakukan langsung di tempat kerja, biasanya dengan cara mengamati karyawan lain, serta melakukan praktik langsung di bawah bimbingan manajer, rekan kerja, atau pelatih profesional.
Selama menjalani OJT, peserta akan mempelajari proses dan prosedur yang digunakan perusahaan, termasuk cara mengoperasikan peralatan, alat, atau mesin yang dibutuhkan dalam pekerjaan.
Dalam beberapa kasus, OJT juga mencakup job shadowing, yaitu mengikuti dan mengamati karyawan berpengalaman saat mengerjakan tugas tertentu.
Tujuan dari OJT adalah mempersiapkan peserta agar mampu bekerja secara mandiri.
Melalui kombinasi instruksi dan praktik, peserta bisa mengembangkan keterampilan, pengetahuan, serta kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan.
Dalam praktiknya, OJT bisa bersifat berbayar maupun tidak berbayar dan tergantung kebijakan perusahaan.
Ada perusahaan yang memberikan gaji penuh, uang saku, atau fasilitas pendukung seperti transport dan makan.
Namun ada juga perusahaan yang hanya memberikan pengalaman, sertifikat, atau kesempatan direkrut sebagai karyawan tetap setelah OJT selesai.
Dengan begitu, meskipun tidak selalu identik dengan gaji, OJT tetap memberi nilai penting bagi peserta karena membuka jalan untuk karier ke depannya.
Baca Juga: Apakah Training Kerja Tetap Digaji? Simak Jawaban dan Aturannya
Apakah OJT Sama dengan Internship?

Meskipun sama-sama bertujuan untuk memahami dunia kerja dengan lebih baik, on-the-job training dan internship memiliki sejumlah perbedaan utama, seperti:
Fokus Utama
Internship lebih menekankan pada pengalaman praktis di bidang tertentu, biasanya sebagai bagian dari kurikulum kuliah.
Dalam pelaksanaannya, mahasiswa atau fresh graduate bisa merasakan bagaimana dunia kerja berlangsung, sekaligus mempraktikkan teori yang mereka pelajari di kampus.
Sementara itu, OJT difokuskan untuk melatih karyawan baru agar bisa menjalankan tugas spesifik sesuai kebutuhan perusahaan.
Jadi, tujuannya bukan sekadar memberi pengalaman, tapi benar-benar menyiapkan seseorang agar langsung siap bekerja di posisinya.

Sasaran Peserta
Peserta internship umumnya adalah mahasiswa atau lulusan baru yang sedang mencari pengalaman pertama di dunia kerja.
Program ini biasanya berdurasi beberapa bulan sesuai kebutuhan akademik atau kebijakan perusahaan.
Sementara OJT memiliki cakupan yang lebih luas karena ditujukan untuk siapa pun yang baru bergabung di perusahaan, baik di level entry level maupun posisi yang lebih tinggi.
Artinya, OJT bukan hanya untuk mahasiswa, tapi juga untuk karyawan tetap yang baru direkrut.
Baca Juga: Perbedaan Internship dan Apprenticeship & Cara Memilihnya
Kompensasi atau Bayaran
Dari sisi kompensasi, internship bisa berbayar atau tidak berbayar.
Ada perusahaan yang hanya memberikan sertifikat dan pengalaman tanpa uang saku, sementara ada juga yang menyediakan stipend atau tunjangan tertentu.
Berbeda dengan itu, OJT umumnya bersifat berbayar karena peserta dianggap sudah menjadi bagian dari tenaga kerja perusahaan meski masih dalam tahap pelatihan.
Dengan begitu, OJT bukan hanya memberikan keterampilan baru, tetapi juga penghasilan selama masa pelatihan berlangsung.
Baca Juga: 15 Hak Kewajiban PKWT PKWTT dan Perbedaannya
Apakah Peserta OJT Mendapatkan Gaji?

Berbeda dengan masa training atau probation yang diatur secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
OJT umumnya diberikan kepada mahasiswa, fresh graduate, atau calon karyawan yang masih dalam tahap pelatihan kerja di perusahaan.
Karena mereka belum dianggap sebagai karyawan tetap,maka soal kompensasi tidak diatur secara ketat dalam undang-undang.
Dengan kata lain, apakah OJT mendapat gaji atau tidak, sepenuhnya bergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan.
Ada perusahaan yang memberikan gaji penuh, ada yang memberi uang saku bulanan, ada juga yang hanya menyediakan tunjangan transportasi dan makan.
Bahkan, beberapa perusahaan besar menjadikan OJT sebagai “jalur masuk” ke status karyawan tetap, sehingga meski kompensasi awalnya kecil, peluang jangka panjangnya cukup besar.
Baca Juga: Membayar Gaji di Bawah UMR: Aturan dan Sanksinya
Bagaimana Contoh Perhitungan Gaji OJT?

Perhitungan gaji atau uang saku untuk peserta OJT bisa berbeda-beda, tergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan.
Ada yang menggunakan sistem bulanan dengan jumlah tetap, ada juga yang menghitung berdasarkan jumlah hari trainee hadir, bahkan ada pula yang menambahkan tunjangan transportasi dan makan.
Untuk memberi gambaran yang lebih jelas, berikut beberapa contoh simulasi perhitungannya.
1. OJT dengan Gaji Bulanan
Beberapa perusahaan menetapkan uang saku OJT dalam bentuk gaji bulanan yang jumlahnya sama setiap bulan.
Skema ini biasanya diterapkan di perusahaan besar yang sudah memiliki standar kompensasi untuk trainee, misalnya di bidang perbankan, manufaktur, atau perusahaan multinasional.
Contoh kasus:
Andi mengikuti program OJT di sebuah perusahaan IT di Jakarta dengan uang saku bulanan sebesar Rp2.000.000.
Berapapun jumlah hari kerja efektif dalam sebulan, kompensasi yang ia terima tetap sama, yaitu Rp2.000.000 per bulan.
Dengan sistem ini, peserta tidak perlu khawatir jika ada hari libur nasional atau cuti bersama, karena uang sakunya tidak berubah.
2. OJT dengan Sistem Harian
Tidak semua perusahaan menggunakan sistem bulanan. Ada juga yang membayar uang saku berdasarkan jumlah hari trainee hadir.
Pola ini sering dijumpai di sektor ritel, hotel, restoran, atau industri kreatif di mana jam kerja lebih fleksibel.
Contoh kasus:
Dina menjalani OJT di sebuah hotel di Bandung. Perusahaan menetapkan uang saku Rp100.000 per hari.
Selama satu bulan, Dina masuk kerja selama 20 hari. Maka perhitungan kompensasinya adalah:
Rp100.000 × 20 hari = Rp2.000.000
Dengan sistem ini, semakin banyak hari trainee hadir, semakin besar juga uang saku yang didapat.
Sebaliknya, jika trainee tidak hadir (misalnya sakit atau izin), maka uang saku yang diterima otomatis berkurang.
Baca Juga: Pesangon Karyawan Kontrak: Aturan, Cara Hitung, dan Contohnya
3. OJT dengan Tambahan Tunjangan Transportasi dan Makan
Beberapa perusahaan memberikan kompensasi lebih dari sekadar uang saku pokok.
Biasanya mereka menambahkan tunjangan transportasi dan uang makan harian.
Sistem ini banyak ditemui di perusahaan yang lokasinya jauh dari pusat kota atau membutuhkan kehadiran trainee secara penuh setiap hari.
Contoh kasus:
Candra mengikuti OJT di sebuah perusahaan manufaktur. Ia mendapat uang saku bulanan sebesar Rp2.500.000.
Selain itu, perusahaan juga memberikan tunjangan transportasi dan makan sebesar Rp50.000 per hari.
Jika dalam satu bulan Candra hadir selama 22 hari kerja, maka perhitungannya adalah:
Rp2.500.000 + (Rp50.000 × 22 hari) = Rp3.600.000.
Baca Juga: Pengertian Upah, Dasar Hukum, dan Jenisnya
Bagaimana Cara Meningkatkan Efektivitas dalam Pelaksanaan OJT?

Mengadakan program OJT seringkali dianggap membutuhkan biaya besar.
Padahal, dengan strategi yang tepat, perusahaan bisa tetap memberikan pelatihan berkualitas tanpa harus membebani anggaran.
Berikut beberapa cara yang bisa diterapkan:
1. Analisis Kebutuhan Training
Dibandingkan memberikan pelatihan umum yang kadang tidak relevan, perusahaan sebaiknya memetakan keterampilan apa saja yang benar-benar dibutuhkan karyawan sesuai target bisnis.
Dengan begitu, materi OJT lebih fokus, tidak buang waktu dan biaya.
2. Rencana yang Terstruktur
Buat rancangan OJT yang jelas mulai dari tujuan, metode, hingga cara mengukur progres.
Training yang terstruktur akan mencegah pengulangan materi yang tidak perlu, sehingga lebih efisien.
3. Optimalkan Mentor Internal
Dibandingkan menyewa trainer eksternal yang biayanya tinggi, manfaatkan karyawan senior atau supervisor sebagai mentor.
Selain lebih hemat, mereka juga lebih paham dengan kultur dan proses kerja perusahaan.
Baca Juga: Cara Menghitung Upah Per Jam Menurut Undang-Undang Terbaru
4. Sesuaikan dengan Gaya Belajar Karyawan
Setiap orang punya cara belajar berbeda, ada yang cepat menangkap lewat praktik langsung, ada juga yang lebih nyaman dengan visual.
Dengan menyesuaikan metode training dengan gaya belajar akan membuat proses OJT lebih cepat efektif, sehingga menghemat waktu dan biaya.
5. Manfaatkan Teknologi
Gunakan video tutorial, e-learning, atau aplikasi internal perusahaan untuk mendukung pelatihan.
Di awal mungkin membutuhkan investasi awal, namun materi digital tersebut bisa dipakai berulang kali tanpa biaya tambahan.
Baca Juga: Mengenal Berbagai Jenis Sistem Upah dan Cara Menghitungnya
6. Feedback Rutin
Feedback yang konsisten membuat trainee tahu di mana kekurangannya, sehingga bisa memperbaiki diri lebih cepat.
Hal ini mencegah kesalahan berulang yang bisa memakan waktu dan biaya perusahaan.
7. Evaluasi & Peningkatan Berkala
Terakhir, lakukan evaluasi terhadap program OJT. Jika ada bagian yang tidak efektif, segera revisi.
Dengan begitu, program bisa terus berkembang tanpa harus mengeluarkan biaya berlebih untuk hal yang tidak memberi dampak.
Baca Juga: Struktur dan Skala Upah: Pengertian, Tahapan, dan Cara Membuatnya
Kesimpulan
On-the-job training (OJT) merupakan salah satu strategi penting bagi perusahaan untuk membekali karyawan baru maupun trainee dengan keterampilan yang sesuai kebutuhan kerja.
Melalui kombinasi antara praktik langsung dan bimbingan mentor, OJT mampu meningkatkan kompetensi peserta sekaligus mempercepat adaptasi mereka terhadap budaya kerja perusahaan.
Walaupun tidak selalu diberikan gaji penuh, OJT tetap memberikan nilai tambah yang besar, baik berupa uang saku, tunjangan, maupun peluang karier jangka panjang.
Untuk mempermudah proses penggajian, baik untuk perhitungan gaji OJT maupun karyawan lainnya, perusahaan dapat mempertimbangkan penggunaan software payroll dari GajiHub.
Melalui software ini, perusahaan dapat mengelola seluruh komponen gaji karyawan mulai dari gaji pokok, bonus, tunjangan, hingga potongan seperti iuran BPJS Ketenagakerjaan dan PPh 21.
Dengan demikian, tim HR bisa lebih fokus dalam tugas-tugas yang membutuhkan strategi seperti pelakanaan on-the-job training.
Tertarik mencoba GajiHub? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.
- Perhitungan Gaji OJT dan Contohnya - 26 August 2025
- Alat Tes Psikologi yang Digunakan dalam Rekrutmen - 26 August 2025
- Cara Mengurus Jaminan Kecelakaan Kerja dan Aturannya - 25 August 2025