Law of Diminishing Return: Tahapan, Penyebab, dan Contoh

law of diminishing return banner

Dalam dunia bisnis, ada sebuah konsep penting yang perlu Anda pahami, yaitu law of diminishing return atau hukum hasil yang semakin berkurang.

Secara sederhana, hukum ini menjelaskan bahwa ketika sebuah perusahaan sudah mencapai tingkat efisiensi produksi maksimal, menambahkan faktor produksi seperti tenaga kerja, mesin, atau bahan baku justru bisa menurunkan hasil produksi secara keseluruhan.

Oleh karena itu, penting bagi perusahaan untuk bisa mengenali kapan mereka sudah mencapai titik puncak produksi agar bisa menghindari ketidakefisienan.

Pada artikel kali ini, GajiHub akan membahas apa itu law of diminishing return, tahap, penyebab, dan contohnya.

Apa yang Dimaksud Law of Diminishing Return?

law of diminishing return 1

Law of diminishing return adalah sebuah konsep dalam dunia bisnis yang menyatakan bahwa saat sebuah perusahaan sudah mencapai efisiensi produksi maksimal, penambahan faktor produski justru bisa menurunkan hasil produksi secara keseluruhan.

Kondisi ini biasanya terjadi ketika perusahaan tidak melakukan inovasi atau tidak menggunakan teknologi baru dalam proses produksinya.

Padahal, dengan menyederhanakan proses kerja atau menekan biaya tenaga kerja melalui teknologi, perusahaan bisa meningkatkan produksi sebelum akhirnya mengalami penurunan hasil.

Selain itu, penting juga untuk memahami perbedaan antara biaya tetap dan biaya variabel.

Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah selama produksi,contohnya bunga pinjaman.

Sementara biaya variabel merupakan biaya yang bisa berubah-ubah tergantung situasi, seperti harga bahan baku atau upah karyawan.

Perubahan biaya variabel ini bisa memengaruhi jumlah maksimal produksi yang bisa dicapai sebelum perusahaan masuk ke fase ketidakefisienan.

Baca Juga: Kotters 8 Step Change Model: Prinsip dan Langkahnya

Bagaimana Sejarah Law of Diminishing Return?

law of diminishing return 2

Konsep law of diminishing return pertama kali diperkenalkan oleh seorang ekonom asal Prancis bernama Anne-Robert-Jacques Turgot lewat tulisannya berjudul “Reflections on the Formation and Distribution of Wealth” pada tahun 1770.

Setelah itu, gagasan ini dikembangkan lebih lanjut oleh ekonom terkenal seperti Thomas Robert Malthus dan David Ricardo.

Awalnya, konsep ini hanya digunakan di bidang pertanian, tapi seiring waktu mulai diterapkan juga di berbagai bidang industri lainnya.

Baca Juga: PESTEL Analysis: Elemen, Fungsi, Langkah, dan Contohnya

Bagaimana Cara Kerja Law of Diminishing Return?

law of diminishing return 3

Law of diminishing return menyatakanbahwa penambahan input secara terus-menerus pada akhirnya akan memeberikan dampak negatif terhadap output.

Agar hukum ini berlaku, ada beberapa asumsi yang harus dipenuhi:

1. Teknologi yang Digunakan Harus Tetap Konstan

Jika alat atau teknologi produksi berubah, maka biaya dan nilai produk (baik rata-rata maupun marginal) juga akan berubah.

Hal ini akan membatalkan asumsi dasar hukum ini, karena ada lebih dari satu variabel produksi yang berubah.

2. Output Tidak Boleh Berubah secara Proporsional

Hanya satu input yang boleh berubah, sementara input lainnya harus tetap konstan.

Tujuannya adalah untuk menghindari situasi produksi di mana semua input berubah secara bersamaan, sehingga efek dari satu input saja tidak bisa diamati dengan jelas.

Baca Juga: 8 Skill Business Acumen, Manfaat, dan Cara Meningkatkannya

Apa Saja Tiga Tahap dalam Law of Diminishing Returns?

law of diminishing return 4

Jika Anda bekerja di posisi manajerial, biasanya Anda dapat meningkatkan hasil produksi pada tahap awal dengan membagi biaya produksi kepada lebih banyak karyawan.

Namun, jika biaya yang dikeluarkan terus bertambah tanpa perhitungan yang tepat, keuntungan justru bisa menurun, bahkan tidak ada sama sekali.

Berikut penjelasan mengenai 3 tahap dalam law of diminishing return:

1. Hasil Meningkat (Increasing Returns)

Pada tahap awal ketika perusahaan mulai berkembang, Anda dapat meningkatkan hasil produksi dengan menambah faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja.

Misalnya, Anda melatih karyawan baru untuk fokus pada satu tugas tertentu dalam proses produksi, bukan mengerjakan seluruh proses secara mandiri.

Dengan cara ini, pekerjaan dapat diselesaikan lebih cepat karena karyawan menjadi lebih ahli di bidangnya dan tidak terdistraksi oleh tugas lain.

Akibatnya, produksi meningkat tanpa perlu menaikkan biaya produksi secara signifikan, sehingga keuntungan perusahaan ikut naik.

2. Hasil Mulai Menurun (Diminishing Returns)

Seiring bertambahnya biaya variabel dalam proses produksi, seperti jumlah tenaga kerja, hasil yang diperoleh justru bisa mulai menurun.

Hal ini umumnya terjadi karena adanya faktor-faktor tetap, seperti kapasitas mesin, luas area produksi, atau tingkat permintaan konsumen, yang tidak ikut meningkat.

Jadi, meskipun jumlah tenaga kerja terus ditambah, peningkatan produksi tidak lagi sebanding.

Jika tidak segera dikendalikan, perusahaan bisa mencapai titik di mana biaya produksi lebih tinggi daripada pendapatan dari penjualan.

Baca Juga: Ansoff Matrix: Strategi, Manfaat, dan Cara Implementasinya

3. Hasil Menurun Drastis (Reduced Returns)

Jika perusahaan tidak segera mengatasi faktor-faktor penyebab penurunan hasil produksi, dampaknya bisa menjadi lebih serius.

Keuntungan dapat turun secara drastis.

Untuk menutup biaya produksi yang semakin besar, perusahaan mungkin terpaksa menaikkan harga jual produk.

Namun, hal ini dapat menyebabkan produk kalah bersaing di pasar.

Apabila kondisi ini terus berlanjut, perusahaan berisiko tertinggal dari tren pasar dan mengalami masalah keuangan dalam jangka panjang.

Baca Juga: Good Manufacturing Practice: Komponen, Prinsip, dan Contohnya

Apa Bedanya Law of Diminishing Returns dan Diseconomies of Scale?

law of diminishing return 5

Selain law of diminishing return, juga dikenal istilah diseconomies of scale.

Keduanya sama-sama membahas tentang penurunan efisiensi saat input bertambah, namun masing-masing tetap memiliki sejumlah perbedaan.

Law of diminishing returns terjadi saat hanya satu faktor produksi (seperti tenaga kerja) yang ditambah, sementara faktor lain tetap.

Produksi awalnya naik, tapi lama-lama peningkatannya melambat, bahkan menurun dan biasanya terjadi dalam jangka pendek.

Sementara itu, diseconomies of scale terjadi saat output terus ditambah dalam skala besar, tapi biaya per unit justru meningkat.

Hal ini biasanya terjadi dalam jangka panjang, saat perusahaan tumbuh terlalu besar.

Baik law of diminishing return maupun diseconomies of scale, ada beberapa alasan utama mengapa produksi besar-besaran bisa jadi tidak efisien:

1. Koordinasi

Jika perusahaan punya banyak pabrik di berbagai lokasi, mengatur agar semuanya berjalan lancar jadi makin sulit.

Semakin besar skala produksi, biaya untuk menjaga koordinasi juga ikut naik.

Baca Juga: Koordinasi Adalah: Pengertian, Jenis, dan Cara Meningkatkannya

2. Pengawasan

Semakin banyak karyawan dan fasilitas yang harus diawasi, makin sulit pula mengontrol semuanya dengan efisien.

Akibatnya, proses kerja menjadi tidak efektif dan justru boros biaya.

3. Kerja Sama Tim

Saat perusahaan terlalu besar, karyawan bisa kehilangan rasa memiliki.

Mereka jadi kurang termotivasi, dan ini berdampak pada turunnya produktivitas.

Hasilnya, biaya produksi naik karena hasil kerja tidak sebanding dengan jumlah tenaga kerja.

Baca Juga: Workforce Forecasting: Arti, Manfaat, Cara, dan Metodenya

Apa Penyebab Terjadinya Diminishing Returns?

produksi 6

Diminishing returns bisa terjadi ketika biaya variabel seperti tenaga kerja terus bertambah, tapi output yang dihasilkan justru tidak bertambah.

Kondisi ini bisa muncul karena beberapa hal berikut:

1. Biaya Tenaga Kerja Terus Meningkat

Jika biaya untuk membayar karyawan naik secara tiba-tia, misalnya karena adanya kenaikan upah minimum, perusahaan harus mengeluarkan lebih banyak uang.

Namun, kenaikan biaya ini belum tentu diikuti dengan peningkatan produktivitas.

Akhirnya, perusahaan terpaksa menaikkan harga produk agar tetap untung, dan ini bisa membuat konsumen enggan membeli.

Jika masalah tersebut meluas, kondisi ini juga bisa memicu inflasi karena harga bahan baku ikut naik.

2. Produktivitas Karyawan Rendah

Karyawan yang tidak bekerja dengan maksimal juga bisa menyebabkan hasil produksi menurun.

Misalnya, ketika Anda bekerja dalam waktu lama tapi dengan gaji kecil, motivasi kerja bisa turun.

Akibatnya, hasil kerja tidak sesuai dengan biaya yang sudah dikeluarkan perusahaan.

Jika terus dibiarkan, perusahaan bisa rugi dan akhirnya harus menaikkan harga jual atau mengganti karyawan, yang malah menambah beban.

Baca Juga: Balanced Scorecard: Tujuan, Perspektif, Cara, dan Contohnya

3. Permintaan Pasar Menurun

Saat daya beli masyarakat menurun, seperti saat terjadi resesi, produk tertentu bisa kehilangan peminat.

Misalnya, barang-barang mewah akan lebih sulit laku karena orang memilih berhemat.

Perusahaan pun harus menurunkan harga agar tetap bisa menjual.

Tapi kalau tetap tidak laku, mereka bisa kesulitan menutup biaya produksi, termasuk untuk membayar gaji atau membeli bahan baku.

Akhirnya, mereka mengurangi produksi dan hasil yang diperoleh pun menurun drastis.

Baca Juga: Manajemen Produksi: Arti, Fungsi, Hingga Ruang Lingkupnya

Bagaimana Contoh Terjadinya Diminishing Return?

produksi 7

Untuk lebih memahami apa yang disebut dengan law of diminishing return, simak contoh terjadinya berikut ini:

Contoh 1 – Pabrik Mobil di Karawang

Sebuah pabrik mobil di Karawang memiliki 100 pekerja perakitan.

Awalnya, tiap orang bisa merakit 25 mobil per hari.

Perusahaan lalu memberi pelatihan dan menambah mesin otomatis, sehingga setiap pekerja bisa merakit 40 mobil per hari—produktivitas naik.

Tapi setelah menambah lebih banyak alat bantu, hasilnya hanya naik sedikit. Ini karena satu orang hanya bisa mengoperasikan beberapa alat sekaligus.

Tambahan alat tidak selalu berarti hasil yang jauh lebih banyak.

Contoh 2 – Pabrik Garmen di Bandung

Sebuah pabrik pakaian di Bandung mempekerjakan 500 orang.

Awalnya, tiap karyawan mengerjakan seluruh proses, dari menjahit hingga mewarnai.

Lalu perusahaan membuat pelatihan agar karyawan fokus pada satu tahap saja.

Hasilnya, produksi naik karena kerja jadi lebih efisien.

Tapi karena performa meningkat, serikat pekerja menuntut kenaikan gaji 40%.

Akhirnya biaya naik dan keuntungan mulai berkurang, meskipun produksi tetap tinggi.

Baca Juga: PPIC Adalah: Pengertian, Tugas, dan Skill yang Dibutuhkan

Contoh 3 – Perusahaan Elektronik di Tangerang

Sebuah perusahaan elektronik memproduksi 1.000 unit HP per hari dan menjualnya seharga Rp5 juta.

Tapi saat daya beli masyarakat turun karena resesi, penjualan anjlok 45%.

Perusahaan pun menurunkan harga untuk menarik pembeli, tapi tetap kesulitan menutup biaya operasional seperti gaji dan bahan baku.

Mereka tetap produksi, tapi hasil keuntungannya makin kecil.

Contoh 4 – Pabrik Mainan Pindah dari Jakarta ke Jawa Tengah

Sebuah pabrik mainan awalnya beroperasi di Jakarta.

Karena biaya tenaga kerja tinggi, mereka pindah ke Jawa Tengah di mana gaji lebih rendah.

Dalam jangka pendek, produksi meningkat karena biaya tetap rendah.

DTapi, makin lama daerah tersebut tumbuh, UMR naik, dan biaya produksi ikut naik. Keuntungan pun mulai menurun.

Akhirnya perusahaan mempertimbangkan pindah lagi ke daerah lain yang biaya operasionalnya lebih murah.

Diminishing returns adalah tanda bahwa strategi pemasaran Anda sudah mulai jenuh.

Baca Juga: PEST Analysis: Aspek, Manfaat, dan Cara Menganalisisnya

Bagaimana Cara Mengatasi Diminishing Return?

law of diminishing return 8

Jika bisnis Anda mengalami diminishing return, berikut sejumlah cara yang bisa Anda terapkan untuk mengatasinya:

1. Optimalkan “Efficient Frontier” (Batas Efisiensi Optimal)

Efficient frontier adalah kondisi ideal di mana anggaran Anda menghasilkan hasil maksimal dengan risiko minimal.

Tips:

  • Evaluasi kampanye secara rutin, jangan hanya andalkan performa masa lalu.
  • Pangkas kampanye yang mulai jenuh dan alihkan anggaran ke yang lebih menjanjikan.
  • Gunakan prinsip diversifikasi, bagian budget ke berbagai channel, jangan fokus di satu tempat.

2. Coba Channel Berbayar Baru

Saat performa channel lama menurun, ini saatnya mencoba channel lain untuk menjangkau audiens baru.

Tips:

  • Uji channel seperti Microsoft Ads, TikTok, atau media sosial alternatif lainnya.
  • Awali dengan budget kecil untuk pengujian, lalu lakukan kembali saat performanya terbukti.
  • Perhatikan juga potensi biaya yang lebih efisien dan audiens yang belum tersentuh.

Baca Juga: Perbedaan Sales dan Marketing & Tips Meningkatkan Kolaborasi

3. Buat Materi Iklan Baru

Audiens bisa bosan melihat materi iklan yang sama terus-menerus.

Oleh karena itu, Anda perlu mengupdate content untuk memberikan hal baru pada campaign marketing.

Tips:

  • Ganti visual, pesan, atau format iklan secara berkala agar audiens tidak bosan.
  • Uji performa dengan membagi budget dalam beberapa skenario. Ingatlah bahwa hasil terbaik tidak selalu datang dari anggaran terbesar.
  • Gabungkan ide kreatif baru dengan data performa sebelumnya agar pendekatan Anda tetap segar tapi tetap berbasis data.

4. Jangkau Audiens Baru

Target yang sama terus-menerus bisa membuat biaya naik dan konversi turun.

Oleh karena itu, Anda perlu memperluas cakupan agar hasil kembali optimal.

Tips:

  • Manfaatkan fitur lookalike audience untuk menjangkau audiens serupa tapi baru.
  • Uji segmen demografis atau geografis yang berbeda dari target utama Anda.
  • Jika berada di pasar yang sangat niche, pertimbangkan variasi dalam pendekatan atau format iklan.

5. Investasi ke Channel Organik

Terlalu bergantung pada paid advertising bisa memicu diminishing returns.

Anda juga perlu mempertimbangkan channel organik untuk menjadi penyeimbang jangka panjang.

Tips:

  • Perkuat strategi SEO dan content marketing agar brand Anda mudah ditemukan tanpa iklan.
  • Bangun komunitas melalui media sosial atau kolaborasi dengan micro-influencer.
  • Fokus pada membangun kepercayaan dan hubungan jangka panjang dengan audiens.

Baca Juga: Pengertian ESOP, Manfaat, Cara Kerja, dan Cara Membuatnya

Kesimpulan

Berdasarkan artikel di atas, dapat dipahami bahwa law of diminishing return adalah kondisi di mana saat perusahaan mencapai titik efisiensi maksimal, hasil produksi tambahan justru akan menurun jika perusahaan terus menambah faktor produksi.

Jika tidak diantisipasi, penambahan tenaga kerja, mesin, atau bahan baku justru bisa membuat biaya produksi membengkak tanpa diiringi peningkatan hasil yang sepadan.

Oleh karena itu, perusahaan perlu cermat dalam membaca situasi dan mengetahui kapan mereka sudah mencapai titik optimal agar bisa menghindari ketidakefisienan.

Untuk mencegah ketidakefisienan dalam proses produksi, perusahaan juga perlu berfokus pada manajemen data karyawan menggunakan software payroll dari GajiHub.

Melalui fitur analisa data yang dimilikinya, Anda dapat mengetahui produktivitas karyawan lewat laporan kehadiran, lembur, izin cuti, dan juga keterlambatan.

Data-data tersebut tentunya membantu Anda untuk memantau kedisiplinan karyawan, yang pada akhirnya berujung pada produktivitas kerja mereka.

Tertarik mencoba GajiHub? Kunjungi tautan ini dan dapatkan coba gratis hingga 14 hari.

Amelia

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *